Menjadi pengusaha sendal kelom menjanjikan. Kini Kelom Geulis merambah Eropa, berkat kegigihan dan kecerdasan memanfaatkan dunia digital. Arif termasuk generasi kedua usaha keluarga. Sejak lulus dari kampusnya, mata Junjun Arif Nugraha sudah tertuju kepada sendal kelom.
Usaha pembuatan sandal tradisional khas Jawa Barat. Maklum saja, usaha ini sudah digeluti kedua orang tuanya sejak 1980 -an. Oleh karenanya Arif merasa terpanggil meningkatkan nilai sandal kelom dimata masyarakat. Lewat internet marketing usahanya tersebut ternyata tidak sia- sia.
Jadi Pengusaha Sandal Kelom
Usaha sandal geulis dirintis kedua orang tuanya dari toko eceran di kawasan Pasar Tasikmalaya, Jawa Barat. Mereka awalnya pedagang yang mengambil dagangan. Mengambil aneka kerajinan dari para perajin sekitar wilayah Tasikmalaya untuk dijual kembali.
Ayah Arif bahkan bisa memasok sampai ke Bogor hingga Jakarta. Kios kecil milik mereka terus tumbuh. Sebagai pedangan kedua orang tuanya termasuk jeli dalam mengambil pasar.
Terbukti, dari perjalanan permintaan pelanggan akan sandal geulis semakin banyak saja. Di wilayah Bogor khususnya sudah beberapa tempat dipasoknya, seperti di Pasar Cisarua dan Cipanas. Untuk wilayah Jakarta sendiri sudah masuk sampai ke Pasar Jatinegara.
“Saat itu, saya sering bantu- bantu orang tua jaga kios,” imbuh Arif. Karena jumlah permintaan semakin meningkat, kedua orang tua Arif memilih membuka bengkel sendiri.
Tepatnya di tahun 1995, orang tuanya membuka bengkel pembuatan sendal khas Tasikmalaya tersebut. Selain memproduksi selom geulis juga memproduksi sendal kulit. Kemudian dibawah bendera PD Zunzun semakin berjayalah usaha mereka.
Berjalannya waktu modal kedua orang tua Arif semakin kuat. Sampai berdiri satu bengkel lagi memperkuat kapasitas produksi mereka. Sumber daya manusia pun naik menjadi 40 perajin berpengalaman.
“Usaha orang tua saya menunjukkan kemajuan pesat saat krisis 1998, saat itu banyak pesanan yang masuk,” kenangnya.
Arif menjelaskan kebanyakan pesanan datang untuk pasar ekspor. Sedangkan pemasaran dalam negeri terbatas Jawa Barat dan Jakarta. Kisah ini semakin berjalan apik ketika Arif mengambil alih bisnis. Jika cerita pengusaha banyak unsur kesedihan dan kegagalan.
Justru kedua orang tua Arif semakin sukses berbisnis. Hingga, di tahun 2006, karena faktor usia mereka mewariskan ini ke tangan seorang Junjun Arif Nugraha.
Merambah Eropa
Usaha Arif terbilang makin memoncerkan PD Zunzun. Itu juga termasuk berkat pengetahuan selama kuliah di kampus Universitas Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah. Sosok Arif dianggap sebagai generasi kedua yang perlu kamu contoh.
Di tangannya produk mampu merambah daerah- daerah lain. Bahkan sudah sampai ke tanah Eropa berkat internet. Tahun 2007 fokusnya adalah membangun internet marketing. Upayanya itu tidak sia- sia.
Tahun itu permintaan akan produk Kelom Geulis naik. Ia kebanjiran pesanan dari berbagai daerah di penjuru Indonesia. Pesanan bahkan naik sampai 200 persen. Semua orderan masuk melalui website buatannya. Arif bahkan mengaku kwalahan.
Alhasil pemenuhan pesanan terkadang terkendala dan terpaksa harus dia tolak halus. Untuk saat ini, PD Zunzun hanya mampu memenuhi permintaan Kelom Geulis untuk 2000 pasang per- bulan.
Harga jual Kelom Geulis diantara Rp.15.000- Rp.25.000 per- pasang. Omzet penjualan mencapai Rp.160 juta- Rp.200 juta per- bulan. Soal laba bersih Arif blak- blakan menyebut 10 persennya. Pelanggan darinya sendiri adalah para pedagang grosir asal daerah masing- masing.
Biasanya, ia menjelaskan mereka akan jual menjadi Rp.50.000 per- pasang. Untuk eceran jumlah permintaannya jauh lebih besar. Arif bahkan tidak sanggup lagi. Terobosan dalam marketing menggunakan online menjadi kunci.
Namun ingat memperbaiki manajemen dan kualitas harus berjalan beriringan. Itulah kunci sukses Arif lewat pembelian 40 unit mesin jahit baru berbagai jenis dan ukuran. Adapula mesin pendukung lain yang lebih modern.
Seperti mesin cangklong, mesin press otomatis, mesin penipis kulit, ruang oven, mesin oven elektrik, gergaji besar, penyedot debu, dan peralatan lain. Bahan dasar pembuatan sandal Kelom Geulis sendiri dari kulit sintetis atau kayu. Seluruh produksi sudah ada standarisasi satu atap.
“Sehingga lebih gampang mengawasi quality control dari produk kami,” ujar Arif lagi. Jadi tidak salah kalau namanya menjadi salah satu pengusaha muda rujukan. PD Zunzun meski kecil tetapi sudah memiliki berbagai inovasi dalam produksi.
Tahun 2007, PD Zunzun mendapat pengakuan Dji Sam Soe Award.
Secara pribadi, Arif juga pernah mendapatkan penghargaan bernama Lelaki Sejati Pengobar Inspirasi 2010 dari Bentoel.
Sejak mengambil alih dari kedua orang tua, sejak 2006, fokus Junjun Arif Nugraha ialah memperbaiki brand miliknya. Lewat penjualan interaktif berbekal media sosial digalang. Terobosan tersebut memang tidak sia- sia. Dia sukses membangun image kembali Kelom Geulis.
Pesanan bahkan naik 200% dan semua orderan masuk lewat website toko online milik perusahaan. Trobosan lain adalah memperbaiki variasi desain dan bentuk kelom. Modal dan bentuknya Kelom Geulis menjadi lebih bervariasi. Bahkan motif mega mendung khas Cirebon sudah dimasukan.
Selain itu, adanya ukiran cantik dari bahan kayu semakin menarik kaum hawa. Jadi tidak monoton berbahan kulit sintetis saja.
“Harga sandal ini menjadi mahal,” tutur Arif.
Sandal khas Tasikmalaya ini makin moncer. Tidak cuma dikenal di dalam negeri tetapi hingga Eropa sampai ke Spanyol. Kalau dulu paling mentok sampai pasar Jakarta.
Ditangan Arif, Kelom Geulis sudah merambah ke seluruh Pulau Jawa, sampai pula ke Indonesia Timur, seperti Sulawesi Tenggara, Manado, Gorontalo, Bali dan ke Pulau Sumatra. “Saya juga memasarkan kelom geulis hingga ke Sumatra,” tutupnya.