Pemilik Abuba Steak Kisah Pengusaha Tanpa Ijasah

Komentar · 16 Tampilan

Pengusaha tanpa ijasah tetapi Abu Bakar tidak surut asa. Pemilik Abuba Steak bercerita awalnya memulai usaha tersebut. Abuba sendiri merupakan kepanjangan nama pemiliknya. Pria kelahiran Cirebon, usianya sudah 59 tahun, yang menjalankan usaha bak air mengalir.

Pengusaha tanpa ijasah tetapi Abu Bakar tidak surut asa. Pemilik Abuba Steak bercerita awalnya memulai usaha tersebut. Abuba sendiri merupakan kepanjangan nama pemiliknya. Pria kelahiran Cirebon, usianya sudah 59 tahun, yang menjalankan usaha bak air mengalir.

 

Pak Abu tidak pernah sama sekali belajar formal. Tidak pula spesifik belajar memasak. Maka ia tidak pernah menyangkan sesukses kini. Ketika kelas 5 SD, dirinya memilih berhenti sekolah lantaran ayahnya jatuh sakit dan akhirnya meninggal.

 

Kisah Pengusaha Tanpa Ijasah

 

Abu remaja berusia 13 tahun harus menghidupi keluarga. Dia tinggalkan ibu. Merantau ke Jakarta demi mendapatkan pekerjaan. Dia harus kerja menghidupi ibu dan lima orang adik. Setiba di Jakarta, Abu cuma menjadi kuli batu dan buruh.

 

Usia 17 tahun, Abu remaja mendapatkan tawaran bekerja, dimana kelak menjadi bekal merubah arah hidupnya. Dia diajak menjadi tukang cuci piring sebuah restoran di Kemang, Jakarta Selatan. Dari menjadi cuci piring kemudian ia membantu memasak. Dia lalu dipasrahi tugas menggoreng- goreng.

 

Sayangnya, pekerjaan di restoran cuma berjalan beberapa bulan dikarenakan bisnis surut. Berbekal pengalaman memasak dia bekerja kembali. Tepatnya pada 1970 sampai 1985, dia bisa bekerja di hotel dan restoran, antara lain Hotel Sahid, Kemang, dan Restoran Ponderosa (Kemang).

 

Sebalas tahun membuatnya belajar banyak mengenai memasak. Abu menguasai memasak masakan lokal dan barat. Kemampuan memasak masakan barat terasah ketika pekerjaan baru. Pak Abu bekerja menjadi juru masak perusahaan minyak.

 

Tahun 1987 dia bekerja menjadi juru masak perusahaan minyak lepas pantai Natuna. Di sini, bertemu dia dengan Chef asal Texas, Amerika Serikat, yang lantas mengajarinya cara membuat burger dan steik khas. Abu ingat, steak makannya ditemani jagung, buncis, dan potongan kentang.

 

Dari situ, ia mendaptkan ide, “waktu itu, saya sering berpikir bagaimana kalau disajikan lebih kecil”. Ia berpikir namun belum kepikiran mau membuka restoran. Abu tidak berpikir ekstrim begitu. Kemudian tugasnya selesai, kontraknya berakhir setelah empat tahun dan membawanya pulang ke Jakarta.

 

Selama tiga bulan, kebutuhan hidup mendesaknya berhenti menganggur, alias Abu dipaksa membuka usaha atau tidak sama sekali. Dia dipaksa membuka warung steak di Jalan Kemang Raya, Jakarta Selatan. Dan dia tidak langsung membuka warung steak dahulu.

 

Pemilik Abuba Steak ini tidak percaya diri. “Dulu, yang banyak dijual pecel lele dan lalapan. Tapi, saya tidak bisa membuatnya. Saya bisanya membuat steak,” kenangnya kepada Kontan.co.id. Yang mana dia malahan membuka warung pecel lele.

 

Bermodal pengetahuan seadanya dia membuka usaha. Uang modal sedikit dipakai membuat warung pecel lele. Tapi dia juga menyajikan steak. Aneh bukan. Modal awalnya Rp.3 juta berasal dari sumber tabungan dan pinjaman.

 

Mulailah dia berjualan memakai nama Abuba Steak. Ya Pak Abu berjualan menu steak, tetapi disisipi makanan lain biar tetap laku jualan. Harapannya dia mampu menghasilkan walaupun nanti steaknya kurang laku. Dia membuka warung pertama di Jalan Kemang Raya, tepatnya di depan restoran Payon.

 

Abuba Steak menjadi ramai karena di kawasan ekspatriat. Beruntung dia memilih tempat tersebut. Jadi dalam beberapa bulan usahanya ramai. Ia buka warung setiap hari dari 18:00- 24:00. Dari tempat tersebut kemudian dia pindah ke Gang Langgar, Jalan Kemang, pada 1994.

 

Lalu Abu pindahkan ke Jalan Cipete Raya, dimana Abu membuka di sana sudah 14 tahun pada 2008. Usaha makin bersinar. Bahkan dia memiliki restoran seluas 4.500 meter persegi. Dia memindahkan usahanya tidak jauh dari tempat semula.

 

Restorannya juga memiliki lahan parkir luas. Meski pengusaha tanpa ijasah mampu membuktikan. Dia terus berenovasi. Memberikan sajian dan makanan lebih modern. Tempat makin luas otomatis jumlah karyawan lebih banyak. Dulu Pak Abu tidak memiliki tanah melainkan mengontrak tempat.

 

“Saya mengontrak lahan itu selama lima tahun biar lebih aman,” terang Pak Abu. Ia mengenang di tempar tersebut masih jarang orang berbisnis. Dia ingat ada satu rumah makan masakan Sunda. “Jadi, kawasan Cipete masih sepi,” lanjutnya.

 

Pada 2010, dia menyerahkan Abuba Steak kepada anaknya. Dia merasa membutuhkan penyegaran, dan sekaligus manajemen yang lebih modern. Anak tunggalnya, Ali Ariansyah, yang membuat usaha sang ayah naik pesat. Itu berkat latar belakang pendidikan sekolah perhotelan di Swiss.

 

Abuba mulai membuka lebih banyak cabang di Jakarta. Restoran Abuba Steak didirikan untuk mampu menggaet pasar lebih tinggi. Caranya gerai Abuba baru berada di kawasan pemukiman kelas menengah atas, yakni kawasan Summarecon, Serpong, Kelapa Gading dan Tebet.

 

Bila banyak restoran steak kelas menengah bawah bermunculan. Abuba malah memilih meningkatkan kualitas dan naik kelas. Dia menaikan segmen kelas menengah atas. Aneka usaha dilakukan agar nanti Abuba lebih berkelas.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Komentar