Wahyu Aditya Hello Motion menjadi pengusaha desain. Orang bilang hobi menggambar cuma menjadi pelukis. Pekerjaan tidak menjanjikan. Ternyata hobi menggambar bisa membuat perusahaan. Pelajaran ini katanya tidak penting, lebih penting matematika.
“Siapa bilang hobi menggambar hanya bisa jadi pelukis saja. Siapa bilang hobi menggambar tak bisa membuat perusahaan. Siapa bilang pelajaran menggambar tidak penting dan pelajaran matematika saja yang penting. Siapa bilang kesuksesan hidup hanya milik sang jenius matematika,” tuturnya.
Sang pengusaha desain, dari pengakuannya diatas, terlihat jelas definisi passion. Adit tidak menyukai matematika. Bahkan jujur ia mengakui pernah bersumpah memilih jurusan yang tidak ada matematika. Ia lebih memilih mencoret- coret kertasnya daripada sibuk mengerjakan tugas matematika.
Adit lebih suka menggambar berbagai tokoh imajinasinya diatas kertas. Kesenangannya akan dunia menggambar juga membawanya ke berbagai media. Dari kertas, dinding, kemudian merambah ke dunia digital yang membawanya ke dunia yang berbeda dari sebelumnya.
Masih dengan menggambar kreatifitas pria kelahiran Malang, Jawa Tengah, 4 Maret 1980 ini, terus tumbuh tanpa batas. Gara- gara sebuah acara bernama Gemar Menggambar di TVRI di tahun 90’an, Adit kini telah dikenal sebagai pendiri perusahaan animasi, Hello Motion Academy.
Dia menjadi pemain utama di bisnis ini, bisnis animasi dan desain grafis. Adit diburu oleh banyak perusahaan untuk mengerjakan berbagai iklan kreatif untuk produk mereka. Baik iklan komersial atau pun iklan layanan masyarakat.
Perjalanan Wahyu Aditya
Hobinya menggambar sudah terlihat sejak masih di sekolah dasar. Ketika masih di kelas 1 SD Cor Jesu 1 Malang, ia pernah beberapa kali memenangkan lomba menggambar. Ia juga pernah mengirim gambar pada Tino Sidin, tokoh seni lukias yang membawakan acara Gemar Menggambar di TVRI kala itu.
Sayang gambarnya tak pernah terpilih untuk ditayangkan. Ketika di kelas VI SD, ia rajin mengisi buku tulisannya dengan berbagai gambar dan cerita. Daripada membeli mainan, Adit kecil lebih sering membeli kertas HVS untuk dicorat-coreti dengan gambaran.
Ia pawai menyulap buku tulisnya menjadi komik dengan menciptakan ilustrasi sederhana dari berbagai tokoh rekaannya. Nama-nama tokoh dipelesetkan dengan mengambil inspirasi dari lingkungan sekitar.
Seperti empat sekawan menjadi enam sekawan, mengacu pada jumlah ‘preman cilik’ di sekolahnya. Hasilnya itu kemudian dipamerkan kepada teman- temannya.
Banyak yang suka hasil karyanya dan terhibur dengan cara Adit menuliskan cerita. “Saya senang jika mereka terhibur oleh karya saya,” katanya girang.
Ketika SMP, Adit pernah dipercaya mengelola rubrik khusus untuk majalah sekolah. Isinya tentang keadaan sekolah waktu itu. Hobi menggambar terus berlanjut hingga sekolah menengah atas. Kali ini sasaran tangan jahilnya adalah dinding di sekolah.
“Saya murid pertama yang diperbolehkan menggambari dinding,” katanya mengenang. Karir sebagai seorang animator diawalinya dengan menjadi seorang komikus amatiran. Korban pertamanya adalah buku-buku pelajaran kelas 3 SMA. Di buku inilah Adit membuat animasi strip komik.
Ketika akan melanjutkan kuliah pun, dengan ketegasan ia telah memiliki pilihan. “Ingin kuliah ditempat yang tidak ada matematikanya,” tandas anak kedua dari pasangan Sanarto Santoso dan Tri Astuti ini.
Akhirnya Adit sukses menuntut ilmu di Advanced Diploma of Interactive Multimedia – KvB Institut of Tech, Sydney Australia untuk mempelajari multimedia. Saat kuliah ia sempat menjuarai perlombaan. Ketika musim liburan tiba, ia sempatkan diri untuk kembali ke Indonesia.
Tak berdiam diri, Adit bekerja magang di sebuah tempat sablon selama dua minggu. Pemilik percetakan yang melihat hasil karyanya jauh melampaui kelasnya mengarahkan Adit untuk magang di Broadcast Desain Indonesia di kawasan Jakarta Selatan.
Disana Adit hanya mengamati pembuatan video dan teknik mengedit. Karir Adit selepas kuliah dimulai sebagai creative desainer dan animator di Trans TV pada 2000-2002. Sebagai best student di KvB Institut of Tech, almamaternya, bisa saja ia melanjutkan hidupnya di negeri Kanguru itu.
“Tapi saya tak betah hidup di Australia,” katanya.
Selepas dari Trans TV, Adit lebih memilih bekerja sebagai freelance selama satu tahun. Karena keterampilan dan pengetahuannya solid, ia bisa melakukan pekerjaan apapun di sana sini. Dari animator, sutradara sampai produser, ia bisa melakukan semuanya.
Proyek pertama yang pernah ditanganinya adalah video klip grup band Padi “Bayangkanlah”. Karyanya ini memenangkan “Best Video clip of The Month” Video Music Indonesia 2002 dan “People Choice Award” Video Music Indonesia 2002.
Sejak saat itu tawaran demi tawaran mengalir padanya.
Sukses mandiri
Tawaran bekerja memang banyak. Tapi kepercayaan diri Adit sudah membulatkan tekatnya membuat usaha sendiri. Ini semua berkat pengalaman suksesnya, bersama tujuh orang teman, mereka membuka bisnis sendiri dibiang jasa.
Sayang usaha pertamanya gagal, “Kumpulan orang pintar tapi tak ada naluri bisnis,” kata Adit menyimpulkan kegagalannya. Karena tahu hanya kepada diri sendirilah ia harus bersandar, Adit segera memulai langkah yang terbilang nekat.
Berbekal pinjaman bank sebesar 400 juta rupiah ia membuka kursus animasi sendiri. “Biar orang sekolah di Indonesia saja, tak harus keluar negeri,” niatnya sederhana. Kendati terdengar sangat ambisius, namun Adit telah melakukan berbagai riset kecil- kecilan terlebih dulu.
Hasilnya, banyak orang menyatakan minat bila ia membuka lembaga kursus animasi di Indonesia. Tekad itu diwujudkan dengan ikut serta dalama sebuah pameran pendidikan di semanggi expo Jakarta Selatan.
Disana ia menemukan ada 41 orang yang berminat menjadi muridnya. Ini menjadi langkah awal bagi Adit untuk mendirikan HelloMotion Inc, School of Animation and Cinema. Pemilihan nama dalam bahasa Inggris juga dimaksudkan agar ia bisa membuka franchisee di luar negeri.
Setelah berdiri lima tahun, sekolah miliknya masih sepi bahkan dari 400 juta modal, menangguk untung hanya 18% per- tahun. Ketika awal berdiri, sekolah ini bahkan mendapatkan minus 11%, tahun berikutnya 6%, tapi tetap bertahan hingga lima tahun berlalu.
Ada sekitar 800 an siswa lulusan lembaga pendidikan ini, “Itu masih kurang karena kami hanya punya satu kelas,” katanya. Satu kelas tersebut diisi sekitar 10 siswa dan ada 20 instruktur.
Titik balik yang membuat nama Adit menggebrak dunia animasi internasional adalah ketika dewan juri yang terdiri dari para pakar film Inggris menyatakannya sebagai juara International Young Screen Entrepreneur of the Year 2007.
Pada acara yang diselenggarakan oleh British Council di Apollo Theater West End London. Dia berhasil menumbangkan saingannya yang berasal dari India, Cina, Brazil, Polandia, Slovenia, Lithuania, Nigeria an Lebanon.
Di usianya yang baru 27 tahun itu, Adit telah berhasil mendirikan sekolah film Hello Motion serta memprakarsai festival film Hellofest yang setiap tahunnya dipadati 10 ribuan penonton muda di seluruh Indonesia.
Selain berbisnis ada tekat lain dibalik idenya mendirikan lembaga pendidikan ini. “Animasi kita masih kalah jauh dari Korea, Cina dan India. Animasi di Indonesia secara industri masih kategory advertising belum ke film dan TV.
Kini HelloMotion memiliki visi menggalakkan budaya motion picture art mulai diperhitungkan diindustri animasi tanah air. Untuk terus mengembangkan bisnisnya, Adit menggunakan cara Buzz Marketing atau getok tular serta lewat iklan media cetak, elektronik dan internet.
Adit juga menyempatkan waktu untuk merealisasikan ide-ide aneh lainnya. Ia membentuk Kementerian Desain Republik Indonesia (KDRI) yang bertujuan mengubah Indonesia dengan caranya sendiri. Di KDRI, struktur birokrasinya sederhana, ia menjabat juru bicara kementrian.
Sedangkan posisi mentri diduduki oleh Mr Gembol (panggilan masa kecilnya). Mr Gembol juga merangkap kurir KDRI. Biarpun terkesan lucu, dalam sehari website KDRI setidaknya dikunjungi 1000 pengunjung. Disini para volunteer dimanapun bisa mengirimkan desain karya mereka.