Koren Denim Jejak Wirausaha Rendi Maulana

Komentar · 1 Tampilan

Yuk menelusuri jejak wirausaha Rendi Maulana. Pemilik Koren Denim yang berbisnis sejak kuliah. Dari dunia kampus dirinya merajut asa mimpi menjadi pengusaha. Disaat meninggalkan kota asalnya Tasikmalaya buat kuliah di Bandung, dia tidak punya pikiran lain.

Yuk menelusuri jejak wirausaha Rendi Maulana. Pemilik Koren Denim yang berbisnis sejak kuliah. Dari dunia kampus dirinya merajut asa mimpi menjadi pengusaha. Disaat meninggalkan kota asalnya Tasikmalaya buat kuliah di Bandung, dia tidak punya pikiran lain.

 
Di tahun 2007, Rendi cuma kuliah kemudian mungkin bekerja menjadi pegawai. Dia memilih jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha. Hingga Ia diminta bantuan sepupunya berjualan celana jean. Dia diminta membantu pemasaran, sementara tidak paham dunia fashion.
 
Ia mengakui bahwa kesusahan memasarkan jean. Pasalnya satu jean seharga rata- rata Rp300 ribuan perpotong. Namun Rendi terus mempelajari dan menemukan celah pemasaran. Ia menemukan pasar, mulai aktif mencari relasi, dan membuat konsep produk agar laku terjual.

 

“Dari pengalaman itu, saya terpikir untuk menjalankan usaha sendiri,” Rendi bercerita. Lalu muncul satu kesempatan, datang program Wirausaha Muda Mandiri 2011 ke kampusnya. Ia mendapatkan kesempatan coaching selama 6 bulan.

Memupuk Jiwa Wirausaha

Beberapa mahasiswa termasuk dirinya mendapatkan coaching di gadung Bank Mandiri, Jl. Soekarno Hatta, Bandung. Aneka macam pelatihan ditambah motivasi untuk berbisnis sendiri. Pada September 2011, ia memutuskan mendirikan usaha sendiri bernama Koren Denim.

Mengawali usahanya, Rendi mengerjakan semua proses tersebut sendirian, mulai dari perencanaan, pembuatan konsep, dan penjualan. Dalam proses produksi memanfaatkan jasa makloon atau dibuat pihak ketiga.

Rendi bekerja sama dengan lima mitra penjahit lepas. Dia tinggal membawa file, membuat konsep, bahan kain, cara menjahit dan desain sablonnya. Ia yang harus melakukan finishing sebelum dibawa ke mitra.

Para mitra mengisyaratkan pemesanan 60 buah untuk tiap model. Dalam 6- 12 bulan, biasanya akan hasilkan enam model yang harus habis sebelum model lain. Ketika stok menipis maka akan langsung memproduksi. “Tidak ada waktu lagi menunggu, semua berkesinambungan,” ujarnya.

Beruntung Rendi mendapatkan pinjaman kemitraan program Wirausaha Muda Mandiri. Uangnya akan dipakai membeli bahan denim atau menambah produk. Rendi kemudian mempekerjakan dua karyawan bagian produksi dan pemasaran.

Sedari awal Rendi memanfaatkan media online dalam pemasaran. Koren Denim memiliki toko online yang bernama www.korendenim.com, dan beberapa sosial media. Ternyata dalam perkembangannya, proses penjualan lewat reseller atau penjualan langsung memang lebih ampuh.

Rendi mulai merekrut beberapa mahasiswa di sejumlah kampus. Target bisnis mereka adalah anak- anak muda. Reseller diambil dari kampus Universitas Maranatha, Universitas Padjajaran, Universitas Parahyangan, ITB, Akademi Pariwisata NHI, dan Universitas Pendidikan Indonesian.

Rendi memberikan lisensi hingga katalog produk. Dia pun merambah pasar Lampung, Jakarta, Bali dan Makassar. Tiap produksinya menghasilkan 60 buah permodel dan sudah habis terjual. Begitu itu habis maka tidak akan diproduksi ulang semodel; akan digantikan model- model baru.

Agar menarik konsumen maka dibuat tematik permodel. Tujuannya agar selalu berbeda ketika sudah diluncurkan. Sebut tema Katty Perry, Cold Play, Naomi, Changemaker, atau edisi GoGreen. Agar ia selalu mendapatkan desain terbaru, Rendi tidak segan mendapatkan masukan atau kritik pembeli.

Dia menerapkan dua strategi penjualan yakni USP dan ESP. Dimana USP merupakan kepanjangan dari Unik Selling Point. Rendi akan membuat konsep yang unik, agar produk ini dapat terjual dengan keunikan tersebut.

Kemudian Rendi menciptakan ESP atau Emotional Selling Point, atau akan membeli walau tanpa ditawarkan. Produk dijual diharga kisaran Rp.250 ribu sampai Rp.650 ribu. Dia juga memproduksi denim premium seharga Rp.1 jutaan, yang dijual 5 buah permodel dan cuma dijual di outletnya.

Bisnisnya mampu meraup omzet Rp.20- Rp.40 juta perbulan. Dimana Rendi masih kuliah, dan bisa membiayai kuliahnya. Dia tidak perlu bergantung orang lain. Sementara ia tidak merasakan kerepotan antara kuliah dan wirausaha.

“Saya kan orang manajemen, jadi seharusnya bisa membagi waktu dengan baik,” jelas Rendi, yang punya jejak wirausaha gagal berbisnis bubur ayam.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Komentar