Juragan Minyak Asiri Pengusaha Khafidz Sederhana

Komentar · 23 Tampilan

Menyandang gelar juragan minyak asiri dia tetap bersahaja. Pengusaha Khafidz Nazrullah mungkin beromzet 2 miliar rupiah. Tetapi dia tetap ramah murah senyum dengan pakaian biasa. Dia sendiri lah yang terjun langsung menjelaskan apa itu asiri.

Menyandang gelar juragan minyak asiri dia tetap bersahaja. Pengusaha Khafidz Nazrullah mungkin beromzet 2 miliar rupiah. Tetapi dia tetap ramah murah senyum dengan pakaian biasa. Dia sendiri lah yang terjun langsung menjelaskan apa itu asiri.

 
Padahal waktu itu dia telah membuka booth pemasaran. Khafidz memilih menyapa para pengunjung langsung. Tampilan booth nya berbeda dibanding peserta lain. Nampak hanya memajang produk sejenis minyak. Tampak berjejer botol kecil rapih di meja pada acara di Jakarta Convention Center.
 
Siapa sangka botol- botol tersebut bernilai tinggi. Minyak asiri dikenal sebagai bibit yang banyak digunakan. Selain untuk industri minyak wangi, manfaatnya banyak termasuk menjadi bahan baku produk rumah tangga. 
 
Mahasiswa Teknik Industri, Universitas Islam Negeri (UIN) Yogykarta, yang telah berhasil menaikan derajat keluarga. Dia juga menaikan komoditas asal kampung halaman. Bukan satu dua orang tetapi ratusan orang berterima kasih. Sosok pekerja keras yang pernah bekerja serabutan sebelum sukses.
 

Awal Wirausaha Sendiri

Ia berkisah penduduk desa bekerja sebagai buruh tani dan perkebunan. Tak banyak orang yang bisa sekolah sampai kuliah. Khafidz termasuk sedikit dari yang beruntung bisa berkuliah. Ini berkat otak yang encer sampai mendapatkan beasiswa.

Menjadi siswa terbaik membawanya berkuliah dibiayai pemerintah. Desa itu pelosok dengan jalan yang rusak dan berlubang. Dialah satu- satunya warga Ngargosari yang akan mencicipi pendidikan Sarjana. Tetapi dia mendapatkan kendala birokrasi yang rumit.

Alhasul Khalidz tak jadi berangkat karena beasiswa batal. Tekat Khafidz kedarung melambung, maka ia pun nekat berangkat walau tanpa beasiswa. Dia lalu membawa uang Rp.1,6 juta yang didapat dari pinjaman. Di tahun 2006, dia berangkat ke Yogyakarta dan mendaftarkan diri ke kampus impian.

Dia benar- benar buta soal Kota Yogkayarta tersebut. Selama disana Khafidz tinggal di masjid untuk beristirahat. Selama Semester 1, dia menerima uang bulanan dari orang tua walau merasa malu. Nah, di Semester 2, Khafidz mulai mencari pekerjaan untuk mencari biaya sehari- hari.

Ia memilih bekerja serabutan. Mulai dari mencari butung kenari untuk dijual kembali. Dia mencari burung kenari untuk dijual lagi ke pasar burung. Khafidz mencari peluang dari para penghobi burung di Kota Gudeg. Belum sempat terjual, eh burungnya mati hingga dia kehilangan peluang berbisnis.

Tak patah arang aneka pekerjaan dan usaha dijalani. Salah satunya dia bekerja sebagai penngajar di bimbingan belajar. Sembari dia berkuliah mengerjakan aneka usaha demi uang. Beberapa kali dia ikut lembaga survei dari Dinas Kesehatan, dan Fakultas Kedokteran UIN untuk membagi questioner.

“Saya dulu dikenal karena sering ngutang,” selorohnya.

Pengusaha Angkringan Nasi Kucing

Dia bekerja keras mengerjakan apapun serabutan tak menentu. Pemuda desa yang belum tertarik akan entrepreneurship. Seorang teman mengajak dirinya untuk membuka usaha. Dia menawarkan Khafidz untuk menjalankan angkirang miliknya.

Semula dia mengerjakan bisnis angkirangan milik teman. Sampai dia mampu membeli gerobak milik sendiri. Membuka bisnis gerobak sendiri mepunyai konsekuensi. Dia harus rela bangun pagi, sekitar puku lima untuk berangkat ke pasar. Dia membeli aneka kebutuhan angkringan untuk dijual nanti.

Sepulang kuliah dia langsung membuka gerobak angkirangannya. Ditungguinya gerobak sampai para pembeli datang. Tiga tahun sudah bisnis ini dijalani, kehidupan Khafidz membaik soal keuangan, dan dia tak perlu lagi bekerja tak jelas demi memenuhi kebutuhan sehari- hari.

Dia bisa membiayai makan sehari- hari, sewa kos, dan uang kuliah. Berkat angkirangan pula berhasil membuka pandangannya soal entrepreneurship. Sembari mengobrol dia bertemu banyak orang, dari semua beberapa adalah wirausahawan menginspirasi.

Ketika bisnis angkirang berjalan baik terjadi masalah datang. Bukannya dia berhasil mengembangkan bisnis. Malah gerobak miliknya dicuri orang sehingga tamat lah sudah. Pada saat itu, Khafidz tengah menjalani magang di Cilegon, gerobak dicuri menyisakan cicilan hutang kredit.

“Padahal itu gerobak cicilan, harganya mahal bagi saya, Rp.1,5 juta,” tuturnya.

Kembali dia bekerja serabutan agar tetap bertahan. Sembari menyembuhkan diri, dia memilih untuk pulang kampung menghadapi hektaran kebun cengkih. Selama perjalanan dia memandangi kebun itu yang luasnya lebih dari 1000 hektar.

Banyak daun- daun berceceran tergeletak seperti tumpukan sampah. Dia mengingat ketika datang di sebuah pameran. Ada booth yang memerkan minyak asiri atau esensial oil. Mengapa tidak merubah daun cengkih itu jadi minyak. Dia mulai melakukan riset kecil- kecilan mengenai produksi asiri.

Setahun dia mempelajari mengenai produksi sampai pemasaran. Potensi pasar besar dengan bahan baku yang banyak. Ia membuat minyak asiri dengan usaha bernama Kendal Agro Atsiri. Pemuda 23 tahun yang nekat mengajak teman.

Mereka lalu menggelontorkan uang Rp.80 juta untuk membeli mesin suling. Ketika usaha telah mulai berjalan, tiba- tiba sang teman menarik modalnya. Khafidz pun segera mencari investor lain yang mau membantu. Beruntung dia menemukan orang hingga bisnis tersebut tetap berlanjut.

Dari investor baru memberi alat penyuling senilai Rp.250 juta. Bisnis Kendal Agro semakin besar dengan omzet mencapai miliaran rupiah. Total dia mendapatkan omzet 700 juta perbulan untuk jualan minyak saja. Dia mempekerjakan 30 orang karyawan untuk mencari daun- daun cengkih itu.

Juragan minyak asiri yang mengoprasikan empat mesin penyulingan. Kini, dia telah mempekerjakan 400 orang karyawan, yang ditugaskan mengepulkan daun. Karyawan itu akan mengumpulkan daun ke 35 orang pengepul, yang tersebar di lima desa berbeda.

Ibu- ibu Desa Ngargosari naik taraf hidupnya dengan bekerja. Mereka yang seharian bekerja menjadi buruh tani dan pabrik. Kini mereka mendapatkan gaji tambahan setara Rp.1 juta per- bulan. Khafidz tidak hanya berhasil menjual di pasar lokal, tetapi sampai ke Eropa seperti Swiss dan Jerman.

Dia juga menjual ke Amerika Utara, Amerika Selatan dan Asia. Total lima ton minyak asiri dikirim dari Indonesia perbulan. Derasnya permintaan membuat Khafidz mengembangkan ide baru. Yang semula hanya minyak asiri cengkih, kini ada kulit pala, nilam, bunga mawar dan melati.

Minyak cengkih dihargai Rp.100.000 perkilogram. Asiri dari nilam seharga Rp.400.000 per- kg, dan asiri kulit pala Rp.600.000 per- kg. Asiri mawar dan melati dijual paling mahal sampai harga ratusan juta perkilogram. Alhasil dia mengantongi omzet Rp.2 miliaran dengan produksi 36 ton pertahun.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Komentar