Karena Politik Produksi Rokok Melonjak Jelang Kampanye

Komentar · 250 Tampilan

Produksi rokok Oktober 2023 mulai merangkak naik menjelang masa kampanye pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres) 2024. Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan menunjukkan produksi rokok pada Oktober 2023 tercatat 28,68 miliar batang. Jumlah tersebut mel

Produksi rokok Oktober 2023 mulai merangkak naik menjelang masa kampanye pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres) 2024. Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan menunjukkan produksi rokok pada Oktober 2023 tercatat 28,68 miliar batang. Jumlah tersebut melonjak 7,21% dibandingkan September 2023.

Produksi rokok Oktober 2023 juga meningkat 2,80% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Penurunan produksi pada Oktober tahun ini juga melawan data historis tiga tahun sebelumnya di mana output biasanya jeblok secara bulanan pada Oktober.
Terakhir kali produksi rokok melesat (secara bulanan) adalah pada Oktober 2018 di manaoutputnya melonjak 24%.

Sebagai catatan, musim kampanye pilpres 2018 berlangsung sejak 23 September 2018 dan April 2019.

Produksi rokok pada bulan-bulan ke depan juga diharapkan meningkat karena ada masa kampanye. Masa kampanye pilpres 2024 dimulai 28 November 2023 dan berakhir pada10 Februari 2024.


Secara hirstoris, konsumsi rokok menjelang dan selama kampanye akan naik karena banyaknya kegiatan berkumpul bersama.
Merujuk data Bea dan Cukai, produksi rokok biasanya melonjak menjelang kampanye pemilu. Kampanye pemilu 2024 akan dimulai pada 28 November 2023-10 Februari 2024.
Suhu politik Indonesia sendiri sudah mulai memanas sejak Oktober di mana tiga bakal calon presiden diumumkan dan mendaftarkan diri ke kampanye yakni pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, PrabowoSubianto-Gibran Rakabuming, dan AniesBaswedan-Muhaimin Iskanda.

Pada musim kampanye 2019 yang berlangsung pada September hingga April, rata-rata produksi rokok mencapai 29,6 miliar batang. Padahal, pada peride September 2017-April 2018 hanya tercatat 24,36 miliar batang.

Faktor lain pendorong produksi rokok ke depan adalah konsumsi akhir tahun serta kenaikan tarif cukai.

Konsumsi Indonesia biasanya melonjak pada Desember karena ada Hari Raya Natal dan tahun baru.

Kenaikan cukai pada tahun depan juga bisa mendorong produksi rokok pada November dan Desember karena produsen biasanya akan menumpuk produksi untuk menghindari cukai yang lebih besar pada tahun berikutnya.
Kementerian Keuangan sudah memutuskanuntuk mengerek tarif cukai rokok sebesar 10%pada 2024. Namun, besaran untuk setiap golongan belum ditentukan.

Secara kumulatif, produksi rokok kumulatif pada Januari-Oktober 2023 masih lebih rendah dibandingkan tahun lalu.

Dalam 10 bulan tahun ini, produksi rokok hanya mencapai 253,01 miliar batang. Jumlah tersebut turun 1,21% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

Komentar