Piool.com - Nama Nabi Harun ‘alaihi as-salâm disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 19 kali, tersebar dalam Surat Al-Baqarah (1 kali), Surat An-Nisa’ (1 kali), Surat Al-An’am (1 kali), Surat Al-A’raf (2 kali), Surat Yunus (1 kali), Surat Maryam (1 kali), Surat Thaha (4 kali), Surat Al-Anbiya’ (1 kali), Surat Al-Mu’minun (1 kali), Surat Al-Furqan (1 kali), Surat Asy-Syu’ara (2 kali) Surat Al-Qashash (1 kali), dan Surat Ash-Shaffat (2 kali).Ada satu nama Harun lagi disebutkan pada Surat Maryam ayat 28, tetapi para mufassir berbeda pendapat apakah yang dimaksud Harun saudara Musa atau Harun yang lain yang ada di zaman Maryam ibunya Nabi ‘Isa AS.
Nama Harun pertama kali disebut dalam Mushaf pada Surat Al-Baqarah ayat 248. Allah SWT berfirman:
وَقَالَ لَهُمۡ نَبِيُّهُمۡ إِنَّ ءَايَةَ مُلۡكِهِۦٓ أَن يَأۡتِيَكُمُ ٱلتَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَبَقِيَّةٞ مِّمَّا تَرَكَ ءَالُ مُوسَىٰ وَءَالُ هَٰرُونَ تَحۡمِلُهُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لَّكُمۡ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ٢٤٨
“Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja, ialah kembalinya tabut kepadamu, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun; tabut itu dibawa malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu, jika kamu orang yang beriman.” (Q.S. Al-Baqarah 2: 248)
Sepeninggal Nabi Musa dan Harun ‘alaihima as-salam, Bani Israil dipimpin oleh Yusya’ bin Nun, murid Nabi Musa yang pernah dibawa menjadi pendamping beliau waktu mencari Khidhir di pertemuan dua lautan. Setelah berhasil membawa Bani Israil ke tanah yang dijanjikan, yaitu negeri Palestina, maka mereka memohon diberi seorang raja yang bisa mengalahkan raja Jalut yang perkasa. Yusya’ bin Nun lalu menunjuk Thalut, tapi mereka menolaknya karena dianggap orang biasa saja seperti Bani Israil umumnya , tidak ada keistimewaan apa-apa. Tetapi setelah Thalut menunjukkan tanda kekerajaannya yaitu dapat menghadirkan tabut dan peninggalan keluarga Musa dan Harun yang lainnya, barulah mereka dapat menerimanya.
Umumnya memang penyebutan nama Harun dirangkai dengan nama Musa AS. Kisah hidup dan perjalanan Harun pun berhimpitan dengan kisah Musa, karena memang Harun diangkat oleh Allah SWT menjadi Nabi atas permintaan Musa AS seperti disebutkan dalam firman Allah berikut ini:
وَٱجۡعَل لِّي وَزِيرٗا مِّنۡ أَهۡلِي ٢٩ هَٰرُونَ أَخِي ٣٠ ٱشۡدُدۡ بِهِۦٓ أَزۡرِي ٣١ وَأَشۡرِكۡهُ فِيٓ أَمۡرِي ٣٢
“Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku (yaitu) Harun saudaraku. Teguhkanlah dengan dia kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutuku dalam urusanku.” (Q. S. Thaha 20: 29-32)
Terakhir kali nama Harun disebut dalam Mushaf pada Surat Ash-Shaffat ayat 120, dalam rangkaian ayat sejak ayat 114. Lebih baik kita kutip lengkap sejak ayat 114. Allah SWT berfirman:
وَلَقَدۡ مَنَنَّا عَلَىٰ مُوسَىٰ وَهَٰرُونَ ١١٤ وَنَجَّيۡنَٰهُمَا وَقَوۡمَهُمَا مِنَ ٱلۡكَرۡبِ ٱلۡعَظِيمِ ١١٥ وَنَصَرۡنَٰهُمۡ فَكَانُواْ هُمُ ٱلۡغَٰلِبِينَ ١١٦ وَءَاتَيۡنَٰهُمَا ٱلۡكِتَٰبَ ٱلۡمُسۡتَبِينَ ١١٧ وَهَدَيۡنَٰهُمَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ١١٨ وَتَرَكۡنَا عَلَيۡهِمَا فِي ٱلۡأٓخِرِينَ ١١٩ سَلَٰمٌ عَلَىٰ مُوسَىٰ وَهَٰرُونَ ١٢٠ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٢١ إِنَّهُمَا مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١٢٢
“Dan sesungguhnya Kami telah melimpahkan nikmat atas Musa dan Harun. Dan Kami selamatkan keduanya dan kaumnya dari bencana yang besar. Dan Kami tolong mereka, maka jadilah mereka orang-orang yang menang. Dan Kami berikan kepada keduanya kitab yang sangat jelas. Dan Kami tunjuki keduanya ke jalan yang lurus. Dan Kami abadikan untuk keduanya (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian. (yaitu): “Kesejahteraan dilimpahkan atas Musa dan Harun”
Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya keduanya termasuk hamba-hamba Kami yang beriman.” (Q. S. Ash-Shaffat 37: 114-122)
Nasab dan Tempat
Karena Harun adalah kakak kandung Musa, maka nasabnya sama dengan nasab Musa. Sedangkan nasab Musa sudah disebutkan dalam bagian awal kisah Nabi Musa AS. Kita tinggal ganti nama Musa dengan Harun. Sumber yang kita gunakan untuk nasab Musa dan tentu juga Harun adalah Muhammad al-Washfi dalam Târîkh al-Anbiyâ’ wa ar-Rusul wa al-Irtibâth a-Zamani wa al-‘Aqâidi (2001:187). Dari nasab Musa kita tahu Harun adalah putera dari ‘Imrân ibn Quhât ibn Lâwi ibn Ya’qûb ibn Ishâq ibn Ibrâhîm. Sedangkan ibu Harun adalah Yukâbid, saudara perempuan dari Quhât dan bibi dari ‘Imrân sendiri. Dari ‘Imrân, Yukâbid melahirkan tiga orang anak, satu perempuan yang paling tua bernama Maryam, dan dua laki-laki yaitu Harun dan Mûsa. Lâwi adalah saudara satu bapak dari Nabi Yusuf AS. Lâwi bersama saudara-saudaranya yang lain, serta keluarga masing-masing bersama Nabi Ya’qub diajak pindah oleh Yusuf dari Madyan ke Mesir.
Menurut Ibn Katsîr dalam Kisah Para Nabi (2011: 336) Mûsa dan juga Harun adalah putera ‘Imrân ibn Qâhits ibn Azir ibn Lâwi ibn Yaqûb ibn Ishâq ibn Ibrâhîm. Terlihat ada perbedaan antara sumber yang dikutip Washfi di atas dengan Ibn Katsîr. Yang paling menonjol perbedaannya adalah antara Qâhits dan Lâwi dalam versi Ibn Katsîr ada Azir, sedangkan dalam versi Washfi, di atas Quhât langsung Lawi. Wallahu ‘alam.
Keluarga besar Ya’qub itulah generasi pertama Bani Israil yang menetap di Mesir. Mereka berkembang dengan cepat, bekerja dengan giat dalam bidang pertanian dan peternakan sehingga menimbulkan kecemburuan dan ketakutan bangsa Mesir. Akhirnya di bawah perintah Fir’aun (sebutan untuk Raja Mesir) Bani Israil ditindas, dipaksa bekerja dan diperbudak, sampai akhirnya Allah SWT mengirim Musa untuk membebaskan mereka dan membawa keluar dari Mesir menuju padang pasir Sinai, menyeberang laut dengan mukjizat dari Allah SWT.
Berbeda dengan Musa yang lahir pada tahun di mana tentara Fir’aun membunuhi semua bayi laki-laki Bani Israil yang baru dilahirkan, sehingga Musa bayi harus disembunyikan dan kemudian dihanyutkan di sungai Nil, maka Harun lahir pada masa jeda dari pembunuhan. Semula Fir’aun memerintahkan sepanjang tahun semua bayi laki-laki yang dilahirkan dari kalangan Bani Israil harus dibunuh, tetapi kemudian ada kekhawatiran yang disampaikan para pembesar Fir’aun, kalau semua bayi laki-laki Bani Israil dibunuh, maka pada suatu saat nanti Fir’aun dan para pembesarnya serta bangsa Mesir akan kesulitan karena tidak ada lagi laki-laki Bani Israil yang akan mereka paksa bekerja. Oleh sebab itu Fir’aun mengeluarkan perintah selang seling tahun, satu tahun semua bayi laki-laki Bani Israil dibunuh, satu tahun berikutnya dibiarkan hidup, begitu seterusnya. Maka Harun lahir pada masa bebas dari pembunuhan sehingga ibunya tidak perlu menyembunyikan atau menghanyutkannya.
Tidak dijelaskan berapa tahun beda umur antara Musa dan Harun, barangkali Cuma beda satu tahun, sehingga ibu Musa masih dalam masa menyusui. Kalau beda tiga tahun atau lebih tentu air susu tidak akan keluar lagi dari Ibu Musa, padahal jelas-jelas Ibu Musa dapat menyusui Musa di istana.
Harun diasuh sepenuhnya oleh ibunya di rumah, sementara Musa diasuh oleh isteri Fir’aun di istana. Tidak diceritakan apakah selama masa berada di istana Fir’aun, Musa dapat berkomunikasi dengan ibu dan kakaknya. Kemungkinan itu ada, karena kemudian kita mengetahui bahwa Musa mengenal dirinya sebagai bagian dari Bani Israil. Boleh jadi informasi itu pernah disampaikan ibunya pada suatu waktu, atau ibu angkatnya yaitu isteri Fir’aun yang memberitahunya. Kalau tidak ada komunikasi, tidak mungkin Musa kenal Harun, padahal faktanya Musa kenal baik Harun sehingga tatkala diangkat menjadi Nabi dan Rasul dan ditugaskan oleh Allah SWT untuk membebaskan Bani Israil, Musa memohon kepada Allah agar dia dibantu oleh saudaranya Harun.
Harun punya kelebihan fasih berbicara, sementara Musa sadar bahwa dirinya, akibat memasukkan bara api ke mulutnya waktu kecil, tidak basih berbicara. Harun selalu mendampingi Musa dalam menghadapi Fir’aun dan para pembesarnya, menghadapi para tukang sihir, membawa Bani Israil keluar dari Mesir, menyeberang ke Sinai, dan menghadapi kehidupan yang sulit di padang pasir Sinai, apalagi memimpin Bani Israil yang tidak pandai berterima kasih, suka membantah, tidak selalu patuh kepada mereka berdua dan karena sudah lama diperbudak di Mesir sudah tidak punya jiwa merdeka, tidak memiliki moralitas yang tinggi.
Harun tidak dibawa oleh Musa ke Bukit Thursina. Dia bertugas memimpin Bani Israil selama ditinggal oleh Musa. Harun seorang dirilah yang menghadapi Samiri dan sebagian Bani Israil yang mau menerima ajakan Samiri untuk menyembah patung anak sapi. Setelah kembali dari Thursina sempat terjadi kesalahanfahaman antara Musa dan Harun. Musa menyalahkan Harun karena dianggap membiarkan Samiri dan para pengikutnya menyembah patung anak sapi. Sampai-sampai Musa memegang baju Harun di lehernya. Untunglah Harun dapat dengan sabar mengingatkan Musa dan menjelaskan apa yang terjadi.
Begitu juga waktu pergi mencari hamba Allah yang saleh, yang ilmunya lebih tinggi dari Musa di pertemuan dua lautan, Musa juga tidak membawa Harun, Musa hanya didampingi oleh Yusya’ bin Nun.
Demikianlah, kisah hidup dan perjalanan dakwah Nabi Harun AS dapat kita ikuti melalui kisah Nabi Musa AS yang sudah diuraikan panjang lebar pada bagian sebelumnya. Harun meninggal lebih dahulu dari Musa. Kedua-duanya tidak sempat sampai kenegeri yang dijanjikan. Sekian. Baca selengkapnya!