Terbukti banyak lulusan ITB menjadi wirausahawan sukses. Salah satunya pengusaha bambu, Harry Anugrah, yang menekankan desain produk modern. Mahasiswa lulusan Institut Teknologi Bandung, 2009 silam, yang mengambil jurusan Desain Produk Fakultas Seni Rupa dan Desain.
Berkat kurikulum ITB memupuk para calon pengusaha maji. Kini, berkat program kewirausahaan ITB, Harry menjadi eksportir bambu ke Jepang. Berawal dari kegiatan mata kuliah. Bersama- sama beberapa dosen ITB, mereka mengajak mahasiwa untuk aktif mengamati kerajinan tradisional.
Produk Bambu Berkualitas
Harry meyakini usaha ini lebih bermanfaat, dibanding cuma lembaran kertas laporan. Memang di daerah bernama Slawi, sudah dikenal menjadi sentra bambu. Dia melihat disana ada potensi. Hingga akhirnya mengajak satu pengrajin untuk mewujudkan gagasannya.
Terdengar seperti mimpi ketika produknya menjual hingga Jepang.
“Saya mencoba memasarkan sendiri dari desain- desain tersebut,” ia menjelaskan.
Produk yang awalnya prabotan rumah tangga dan sangkar burung. Harry bikin lebih kreatif dari segi desain hingga membuat produk baru. Bahannya murah banyak tersedia di daerah tersebut. Tinggal butuh didesain ulang. Di tahun 2014 Amygdala Bamboo mengembangkan tiga brand dibawahnya.
Berawal dari keaktifan dirinya dalam perkuliahan. Mata kuliah itu membawa dirinya menjadi sosok pengembang desain baru. Melihat potensi bambu menurutnya memiliki potensi global. Dia mulai mendesain aneka produk bambu sendiri.
“…pengrajin tidak memiliki akses dan wawasan tepat untuk itu,” tuturnya.
Keinginan menjadikan kerajinan tradisional menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dia ingin menjadi contoh bagi desainer lainnya. Bahwa kuliah desain harus menjadi manfaat bagi orang lain. Kenapa harus bekerja untuk perusahaan lain. Jika kamu bisa membuat perusahaan kamu sendiri mewujudkan idealisme mu.
Antara pengrajin desa yang diwakili Bapak Utang. Pengrajin kota yang diwakili dirinya. Bagaimana menggabungkan dua desain menjadi kesatuan. Bagaimana mengadaptasi nilai tradisional demi bisa memenuhi kebutuhan pasar global. Utang berhasil membuat puluhan produk, harganya mulai Rp.50- Rp.2,2 juta.
Amygdala memberikan produk handmade. Juga emberikan solusi modern agar kecepatan produksi. Peralatan modern mendukung produk handmade ini. Meskipun memakai perlatan tanpa melepaskan sentuhan tangan dan teknik handmade khusus.
Per- bulan para pengrajin mampu memproduksi sampai 100 buah. Pola kerja bisnisnya adalah pola kemitraan. Tidak hanya mempekerjakan pengrajian. Harry mencoba memberikan wawasan kepada pengrajin juga. Tugasnya memastikan pengrajin meningkat dalam kesejahteraan mereka.
Ada lima hingga tujuh orang pengrajin bergabung. Jumlah akan tersebut terus meningkat. Bersamaan dengan jumlah pesanan meningkat. Permintaan meningkat didukung desain berkualitas. Memang ada kecenderungan meningkat. Pasar tertarik akan bahan alami yang dianggap mudah dibudidayakan ini.
Potensi Bisnis Kerajinan Bambu
Harry mencoba menangkap kebutuhan pasar. Meskipun sukses banyak pesanan belum terorganisir baik. Pasalnya kecepatan produksi tidak sejalan permintaan pasar. Belum lagi kalau bicara kebutuhan custom. Hingga ia melakukan segala inovasi memaksimalkan produksi.
Peralatan produksi sudah dimodifikasi. Jangka pendek mulai mempercepat proses produksi. Ini bukan perkara gampang bisnis ini tidak langsung bisa cepat. Dia membutuhkan waktu memperkenalkan produknya. Dia membuat promosi sejak 2014 silam.
Perkembangan pesat ketika media cetak, televisi, majalah, radio, ikut memberitakan kisah Hary. Dia memanfaatkan ini sebagai media promosi. Ia sekalian memamerkan desainnya. Menampilkan foto produk yang dibuat. Penjualan Amygdala melalui instagram dan penjualan kolektif lewat web.
“…kami bekerja sama dengan furnislab.com,” unggahnya.
Marketing itu meningkatkan kesadaran orang atas produk buatannya. Keuntungan banyak didapat dari Instagram. Penjualan partai besar dipesan untuk kebutuhan kafe dan restoran. Penjualan selain dari Instagram juga punya blog sendiri, yakni amygdalaid.wordpress.com.
Bisnisnya viral dari mulut ke mulut. Penetrasi bisnisnya cepat melalui internet. Kemudahan internet memberikan kecepatan menjangkau wilayah terdalam. Bisnis tanpa bertemu tatap muka, berbekal brand yang sudah dikenal membuatnya mudah menjual meski barang tidak dipegang langsung.
Mendapatkan sorotan media, membuat bisnis Amygda berkembang pesat hingga meyakinkan bahwa produknya berkualitas. Dia tidak mau setengah- setengah berbisnis bambu. Pengusaha muda satu ini mulai mengembangkan berbagai strategi bisnis.
Meyakinkan bahwa mereka menjadi terdepan dalam produk bambu. Bisnis mereka sukses juga termasuk aktif mengikuti kompetisi. Amygdala telah mengembangkan sistem produk mereka sendiri. Ini berkat kreatifitas Hary menciptakan sistem crowd sourcing bisnis kerajinan.
Menjaring lebih banyak pengrajin bambu diluar daerah tempatnya beroprasi. Berbagai jenis produk lalu dikembangkan. Tidak terbatas pada produk tertentu. Workshopnya tidak lagi jadi cuma tempat produksi. Tetapi dirubah menjadi tempat menyimpan produk.
Disini menjadi tempatnya transit produk, diperiksa kualitas dulu, lalu barulah dipasarkan hingga jika produk dijual berkualitas. Membangun jejaringan menjadi andalan marketing Amygda. Visi dari Hary menjadi produk “Most wanted bamboo product in Indonesia”.
Meraup Omzet dari Koneksi
Koneksinya meraup hampir semua pengrajin bambu di Jawa Barat. Dia rajin mengikutkan produknya ke pameran- pameran besar, seperti Trade Expo, Inacraft, IFEX, dan Crafina. Menggunakan strategi titip berjualan di situs. Ini mengurangi biaya promosi karena promosi sudah ada yang mengurusi.
Hary tinggal mengeluarkan biaya ke situs tersebut, timbal baliknya pemili situs itu mempromosikan produk Amygda. Marketing 500 ribu dikeluarkan Hary. Terbaru mengambil endorsing dari ilustrator Rukmanul Hakim, komikus Tika Larasati, hingga peneliti Jessica Milla.
Strategi ini dianggap berhasil membawa lebih banyak pesanan. Omzet kini telah mencapai kisaran ratusan juta rupiah. Sebenarnya orang Indonesia sangat pandai membuat kerajinan tangan. Buktinya ada orang Jepang menantangnya membuat sesuatu.
Orang Jepang tersebut menantang membuat sarung bantal bambu. Ketika produk itu jadi, orang Jepang itu kaget karena di China atau Vietnam tidak ada yang seperti itu.
“Ketika mesin tidak sanggup melakukan pekerjaan sesuai diinginkan mereka berhenti,” ujar Hary
Berbekal satu mesin gerindra saja. Pak Utang mampu menciptakan karya- karya menakjubkan. Dia mampu mengikuti desain Hary. Padahal jika dilihat dari contoh di Instagram mereka. Desain yang ditampilkan merupakan desain modern.
Anugrah Jawara Wirausaha Sosial Bandung (AJWS) memberikan Hary penghargaan. Kriteria mereka adalah pengusaha yang mampu memberikan dampak sosial, memiliki model, mampu bekelanjutan bisnisnya, dan pasar.
Awal Kecamatan Slaawi lesu. Pengrajin tidak aktif berproduksi. Mereka merasa hasil kerajinan tidak memberi penghidupan. Mereka lebih memilih beralih menjadi buruh pabrik. Mereka lebih memilih pergi ke kota- kota besar. Utang kini membuktikan pengrajin mampu menghidupi lewat kreatifitas.
Pengusaha bambu Harry Anugrah semakin gemilang. Desain produk bervariatif disesuaikan dengan pemesanan. Ia membuktikan desainer tidak semata soal digital. Kamu tidak lagi berpatokan seorang desainer harus membuat fashion. Kerajinan kriya seperti inipun mampu menghasilkan ratusan juta.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.