Menjadi pengusaha penerbit buku modal foto kopi. Kisah pendiri Deepublish cuma berbisnis foto kopi biasa. Akan tetapi lambat laun menjadi besar mengikuti passion -nya. Annur Budi Utama, mahasiswa Teknik Industri UGM angkatan 2008, memilik minat akan buku dan juga kewirausahaan.
Meski baru saja berkuliah sudah bisa membaca peluang. Kebutuhan akan buku cetak ia baca jadi peluang usaha. Melalui bendera Deepublish, membawa pemuda 21 tahun ini, suka menghasilkan omzet hingga Rp.200 juta per- bulan.
Bisnis Buku
Membuka usaha foto kopi berarti berurusan dengan mencetak ulang. Sejak November 2009 bisnisnya telah mantap tidak cuma mencetak ulang. Pada semester III di Januari 2010, usaha Annur beralih ke percetakan kecil- kecilan buku tugas. Fokusnya menyasar buku- buku pendidikan.
Produk cetak awalnya adalah buku- buku keperluan kampus. Jika biasanya dosen memberikan pengajaran melalui slide show atau power point. Di tanganya dibawalah ke ranah cetak terjangkau agar digandakan.
Deepublisher mulai mengolah data mentah jadi buku pelajaran. Annur sendiri langsung menghubungi pihak si dosen pengampu sendiri. Dia menawarkan kerja sama menguntungkan untuk tiap buku pelajaran. Ternyata hal ini diterima baik oleh para dosen.
Tak cuma merambah pasar kampusnya juga menyasar sekolah menengah atas “Kami jadikan dosen dan guru sebagai penulis dengan royalti hingga 25%,” ujarnya. Cara ini ternyata cukup ampuh membangun bisnisnya.
Meski tergolong cepat banting stir bisnisnya. Faktanya bukan perkara mudah membangun bisnis. Apalagi ia masih berkuliah kala itu. Justru karena melaju sangat cepat jalan bisnisnya. Ia sendiri harus rela kehilangan banyak waktu.
Banyaknya permintaan membuat kerepotan terutama buat dalapan karyawannya. Karena terlalu banyak kebutuhan cetak mereka malah memilih mundur. Maka jadilan dia sendiri turun tangan dalam proses percetakan.
Annur sampai- sampai harus mempekerjakan karyawan baru. Berbicara kunci sukses menurutnya semua itu berkat menyasar ceruk kecil. Deepublish bukanlah percetakan besar. Tapi bisa melihat peluang kebutuhan akan bahan ajar.
Kalau biasanya dosen atau guru menggunakan bahan orang lain. Kini, mereka bisa menulis buku mereka sendiri. Oleh karenanya topik buku pun mulai beragam tak lagi cuma buku pelajaran. Dari buku kelautan, teknik, peternakan, kedokteran, kebidanan, bahkan sosial politik.
“Kami jadikan dosen dan guru sebaga penulis dengan royalti 25%. Biasanya royalti penulis hanya 10% atau kurang, loh,” jalarnya.
Konsep cetak on demand membuat bisnisnya lebih efektif. Dimana cuma akan cetak jika sudah ada pesanan saja. Cara lain yakni mencetak buku terbatas hingga mudah berpromosi. Jika sudah banyak permintaan baru bisa diperbanyak.
Disinilah bedanya lagi, dimana Deepublish siap sedia membantu menulis, ya karena tidak semua dosen bisa menulis buku. Akan ada bantuan how to -nya atau aneka tutorial menulis baik. Ada juga video tutorialnya segala.
Semakin lama juga menyasar bahan- bahan seminar, jurnal pendidikan, hingga buku- buku life skill. Ituloh buku- bukua teknik atau kesenian. Sukses besar tak cuma membawa namanya terkenal se- antero kampus UGM.
Juga dikenal dan jadi langganan kampus Universitas Islam Indonesia, Universitas Pasundan Bandung, Instiper, serta buat sekolah luar biasa SLB se- Madiun dan Salatiga. Tak cuma ditulis oleh dosen atau guru, juga mengajak profesi lain buat aktif menulis.
Bahkan salah satu bukunya ditulis oleh seorang pelaut terkenal. Itu menjadi seolah bacaan wajib karyawan atau pelaku bisnis dibidang kelautan dan pelabuhan. Bisnisnya bermodal 16 juta dalam temp setahun sudah bisa jadi ratusan juta.
Akhir tahun 2011, menurut tabloid InfoKUKM, disebutkan telah mampu menghasilkan omzet Rp.280 juta. Meski pernah karyawannya berhenti secara bersamaan. Kini, ia telah dibantu oleh tiga karyawan tetap, dan tiga pekerja paruh waktu.
Selepas kuliah apalagi kalau bukan membesarkan bisnisnya. Ia tak perlu susah- susah cari pekerjaan lagi. Melalui usaha Deepublish dirinya mampu mebayari gaji keryawan. Penuh bahkan sudah mampu menyentuh upah minimun regional yakni dikisaran Rp.1 juta lebih per- bulan.
Buat karyawan paruh waktu pun sudah bisa menggaji Rp.800 ribu per- bulan. Melalui kompetisi Wirausaha Muda Mandiri, namanya dikenal dan sukses merebut juara satu bidang perdagangan dan jasa kelompok mahasiswa.
Pria yang sering dipanggil Man Bonbon ini. Memang membanggakan karena mampu sukses menyisihkan ribuan finalis. Total ada 3.741 mahasiswa UGM mendaftar, mewakili beberapa kategori seperti industri, jasa dan perdagangan, boga dan industri kreatif.
Cuma ada 8 orang saja yang mewakili regional Yogyakarta -Jawa Tengah. Dimana lima diantaranya merupakan mahasiswa UGM, ada 3 kelompok alumni, dan dua dari kelompok mahasiswa.
Visinya jelas melalui usaha percetakan buku. Yakni visinya menciptakan manusia mulia dan cerdas. Bisnisnya juga punya target jelas. Kuncinya, menurutnya jika kamu mau usaha maka harus punya visi, menentukan apa target kamu, ketetapan hati.
Hal paling utama selain hal tersebut, ia juga mengingatkan bisnis jangan cuma melihat opportunity saja. Peluang bisnis juga berasal dari passion kita. Seperti Annur Budi Utama melalui kaca mata buku kegemarannya akan buku.
“Hal pokok, sekarang sudah saatnya tinggalkan bisnis yang berbasis oportunity atau peluang tapi berbisnis itu harus dengan passion, mencari profit atau laba sebesarnya, itu harus,” tutup Annur.