Usaha sepatu kulit motif batik Travon Footware berbeda. Sebab berbisnis bersama teman sangatlah mengasikan. Selain banyak terinspirasi kamu juga lebih mudah buat kumpul modalnya. Akan tetapi tak mudahnya yaitu menyatukan diri di dalam sebuah visi- misi korporasi.
Mereka berempat lebih kuat berkat rasa persahabatan. Berbisnis bersama yang mereka sukai yakni bisnis fashion. Jevon Wirianto, pemuda 22 tahun, berkuliah di Universitas Prastya Mulya Jakarta, berbisnis dan berkuliah bersama tiga temannya, Rizky Akbar Lubis, Yudha Leonardi, dan juga Agnes.
Mengembangkan Usaha
Mereka menggarap pasar batik. Eit, bukan batik biasa loh, karena mereka menggarap sepatu kulit bertema batik. Mereka tengah fokus menjadi ikon fashion anak- anak muda di Indonesia. Mereka menciptakan beraneka sepatu trendy, kasual, dan juga nyaman.
Produk tersebut diberi mereka nama Trove Footware. Bicara tentang omzet menurut Detik.com, omzetnya bisa mencapai Rp.35- 40 juta.
“Batik itu kesannya tua nah kita aplikasikan di sepatu. Sehingga bisa lebih terlihat kasual,” jelas Jevon, ketika ditemui di acara entrepreneurship.
Dimulai dari kampus, mengambil jurusan bisnis, tentu hidup berempat adalah tentang bisnis. Setiap harinya di perkuliahan para dosen menggembleng mereka. Seolah tiada hari tanpa sesi motivasi agar mereka semua para mahasiswa bisa jadi pengusaha sendiri.
Mereka diajarkan harus berani mengambil resiko jelasnya lagi, dalam sebuah wawancara bersama Mediabisnisonline.com. Mereka diharuskan berpikir di luar kotak. Dituntut untuk menciptakan produk maupun jasa berbeda.
Setelah berkuliah cukup lama berulah mereka dituntut lebih. Singkat cerita di Semester 3, mereka dituntut punya satu bisnis mapan sendiri, sebuah mata kuliah mengharuskan mereka berbisnis beneran. Dari mereka berempat satu gagas bisnis muncul.
Bagaimana jika mereka membuat sepatu kulit bertema batik. Diatasnya nanti diberi akses batik; jadilah Trove Footware!
Dimulai sejak 2011, bisnis berkembang cukup pesat karena idenya masih segar. Berempat mereka diawal sudah sukses menjual banyak. Meski harga yang dibandrol tidaklah murah. Jevon menjelaskan bahwa target pasarnya mereka berumur 15- 22 tahun.
Harga sepatunya dipatok berkisar Rp.360.000 sampai termahal Rp.550.000. Jevon menjelaskan modal awalnya cuma Rp.20 juta. Siapa sangka jika sampai artikelnya terbit brand mereka sudah punya pelanggan tetap.
Mereka mampu mempekerjakan 8 orang bagian produksi. Meski masih baru, ia mengaku, untuk pasarnya yaitu Jakarta dan Bandung, mereka memproduksi 4-5 lusin. Yang menjadi senjata utama bisnisnya adalah yah apalagi kalau bukan online.
Ia pun menjelaskan kenapa kita mesti berbisnis sepatu. Pertumbuhannya itu 8,3%/tahun. Ada 250 juta penduduk Indonesia meminati sepatu baik untuk gaya hidup ataupun kebutuhan. Itu pasaran potensial, jikalau dihitung pasar onlinenya, maka senilai Rp.21 triliun/tahun.
Pengusaha Bersama
“Kekuatan apa yang kita miliki? Kita tembus nilai hak paten, situs resmi dengan costumer service,” jelasnya.
Sejak mulai menjual sepatu ini, mereka fokus pada sosial media populer, mulai dari Kaskus, Facebook, Twitter, dan situs sendiri. Adapula konsep direct marketing ataupun penjualan secara langsung. Mereka ikut membuka stand di event- event diselenggarakan di Jakarta.
Meski sukses mereka mengaku melakukan satu pengorbanan besar. Mereka harus membagi antara bisnis, kuliah, dan fakta bahwa modal mereka itu tipis.
“Dalam Aktivitas kami sehari-hari juga terkadang mengalami kesulitan dalam membagi waktu, sehingga kami terkadang harus pintar dalam mengusahakan waktu kerja yang terbaik,” jelasnya.
Mereka harus mengakali waktu mereka. Juga, mereka harus mengakali uang mereka. Sebisa mungkin modal diputarnya kembali melalui penjualan.
Trove sendiri bukan seperti sepatu kulit biasanya. Karena ada tiga tema diambil dalam sepatu buatanya. Ini antara lain kulit, denim, dan ukiran batik. Kejenuhan akan sepatu kulit mendorong mereka menggunakan satu bahan lain yakni denim.
Namun, juga satu kenyataan bahwa, bahan denim mulai sering digunakan jadi satu pembeda dalam bisnis anak muda. Jadilah mereka mengambil tema lain. Yakni menggabungkan keduanya di satu tema batik.
Sukses Trove terbukti ketika memenangi ajang Indonesia Creative Award 2013. Mereka bahkan sukses bisa tembuh London, Inggris. Menjadi salah satu produk yang mewakili Indonesia diajang bernama Palapa Network di London, tahun 2013 silam.
Pengalam paling berkesan ditambahnya yakni ketika diliput oleh pihak Trans 7 untuk acara bernama Brownies Trans 7. Tantang terbesar bisnis mereka adalah masih adanya tanggapan dari masyarakat bahwa batik itu kuno, kampungan, tidak modern.