Biografi Aditya Caesarico Aero Street Berbisnis Sejak Kecil

Komentar · 8 Tampilan

Pemilik Aero Street memiliki jiwa wirausaha berbisnis sejak kecil. Biografi Aditya Caesarico hanyalah putra pegawai pabrik. Rico begitu orang akrab memanggilnya, mengaku merupakan anak pegawai pabrik percetakan buku. Dimulailah, ia berjualan buku- buku yang diproduksi pabrik ayahnya bekerj

Pemilik Aero Street memiliki jiwa wirausaha berbisnis sejak kecil. Biografi Aditya Caesarico hanyalah putra pegawai pabrik. Rico begitu orang akrab memanggilnya, mengaku merupakan anak pegawai pabrik percetakan buku. Dimulailah, ia berjualan buku- buku yang diproduksi pabrik ayahnya bekerja.

 

Sederhana dia berjualan ke pasar- pasar sepulang sekolah. Ia sempat berjualan stiker, kaos, sampai jualan aksesoris motor. Semangat wirausaha diwarisinya dari sang ibu, yang dulu merupakan pengusaha bidang distribusi sepatu AP Boot dan sandal Melly.

 

Pemilik Aerostreet

 

Terus berbisnis sampai kesempatan besar dihadapan Rico. Tepatnya ketika dia diberi kesempatan garap buku tahunan sekolah pada 2002- 2004. Selama setahun dia berhasil mengerjakan buat 68 sekolah di area Jakarta, Surabaya, dan kota- kota lain.

 

Buat mengerjakannya Rico menyewa tiga kamar indekos. Itu kemudian disulap, satu dijadikan kamar, dan kedua lainnya disulap menjadi kantor. Dari kamar- kamar tersebut disiapkan komputer dan rekrut teman- teman yang mendesain buku, edit foto, dan lainnya.

 

“Dari situ ternyata bisnis itu asyik ya, saya dapat ratusan juta, Satu proyek Rp.10- 20 juta persekolah. Duit Rp.500 juta waktu itu luar biasa,” kenang Rico Pengusaha alumnus SMA De Brito Jogja, yang terus mengerjakan bisnisnya.

 

Dia lantas menjual motor kesayangan buat beli pickup. Selain pickup buat berbisnis, ia bisa pakai buat sekolah sampai kuliah ke Jogja, di Jurusan Manajemen Universitas Atma Jaya, walau cuma tahan 2 Semester. Rico menyadari passion -nya berwirausaha. 

 

“Liver saya kena karena jadwal terlalu padat,” ia menjelaskan. Sibuk menjadi pengusaha sekaligus dia berkuliah menyita waktu. Rico lebih memilih wirausaha. Keliatan Rico begitu menikmati ini menjadi “jalan mulus” tetapi salah; Rico pernah mengalami masalah.

 

Berbisnis Sejak Kecil

 

Sudah memiliki banyak usaha semenjak kecil hingga remaja. Usianya 19 tahun, masih SMA pada saat bersamaan bisnis ibunya mengalami masalah. Bisnis ibu krisis sampai bangkrut. Usaha distribusi sepatu dan sandalnya bangkrut sebab sales nakal.

 

Wilayah distribusinya luas kemudian menyisakan wilayah Solo. Ibu membutuhkan bantuan, maka Rico memutuskan masuk ke bisnis ibu pada Februari 2006. Agar fokus, ia rela membubarkan semua usaha rintisannya ketika masih sekolah. Rico kemudian “ketiban” semua usaha milik ayah dan ibunya.

 

Rico diserahi semua bisnis distribusi. Dia kemudian kembangkan, enam tahun kemudian, perusahaan sudah besar memiliki lebih banyak produk. Dia menjual banyak merek, dari New Era, Ando, ATT, Swallow, dan lainnya. Rico berhasil menguasai pasaran seluruh Pulau Jawa.

 

Volume distribusinya besar dari 1 truk menjadi 20 truk. Berkat inilah Rico bertemu sesama pengusaha buat mengembangkan ide. Dia berniat membikin sepatu buatan sendiri. Melalui rasan- rasan curhatlah Rico sampai menjadi kenyataan. 

 

Sembari berkeliling 27 provinsi, Rico menanyakan pendapat seluruh ditributornya mengenai sepatu buatannya. Dia sudah membuat sendiri namun belum sempurna. Masih cut, make, trim ke pabrik milik orang bukan buatan sendiri.

 

Ia mendapatkan masukan, meyakini bahwa sepatu buatan sendiri sudah bagus. Tetapi dia mendapatkan fakta bahwa detailnya selalu tidak pas. “Ndak pernah pas. Detil- detilnya enggak pas. Proyek tadi berhenti sementara,” sambung pengusaha muda ini.

 

Biografi Aditya Caesarico menjawab kekurangan sepatu bikinan dia. Rico lantas terbang ke China buat belajar membuat sepatu. Pertama ia menyambangi pameran industri di Ghuangzhou. Rico tertarika akan membuat sepatu tanpa lem.

 

Teknologi tersebut tergolong baru di Indonesia. Ia membawa mesin tersebut ke rumah. Rico belajar cara membuat sepatu di rumah sewa. Mulai dari belajar pattern, inject, dan lain- lain. Industri kelas menangah di China saja sudah canggih. Dia menyewa dari Rp.10- 20 juta perbulan.

 

Ini lebih efektif dibanding dia kembali ke Indonesia. Pasalnya industri China lebih efektif, mesinya lebih bagus. Tidak lama kemudian lahirlah Aero Street, brand bikinannya lahir pada 2013, dibutuhkan separuh lebih gudangnya disulap menjadi pabrik.

 

Ia memproduksi 800- 1000 pasang perhari memakai tenaga kerja 30- 40 orang. Darimana ide membuat sepatu ternyata bersumber pengalaman menjual sepatu sekolah. Rico menyadari sepatu masih menjadi kebutuhan skunder masyarakat.

 

Segmentasi sepatu Rico adalah sepatu pria memiliki banyak variasi. Rico tidak cuma membuat sepatu kasual, tetapi juga sepatu olahraga dan formal. Slogan Aerostreet dibuatnya menarik “Not Everyone Can Buy a Good Shoes”. Harapannya semua orang dapat membeli sepatu bagus berharga terjangkau.

 

Sepanjang perjalanan dia menjual sepatu melalui jaringan offline. Rico mulai merambah jaringan online. Dari semua platform, pilihannya jatuh kepada platform Shopee, ditengah maraknya platforum eCommerce di Indonesia.

 

Shopee banyak membantu pengembangan bisnis Aerostreet. Rico jujur tidak paham. Bertahap dirinya belajar mengenai efisiensi dan efektifitas bisnis ini. Puluhan ribu sepatu dijual melalui satu platform marketplace ini.

 

Pada awalnya dia ditawari progam ekspor Shopee. Lewat ini bisnisnya merambah pasar global. Sepatu bikinannya dapat dibeli lewat situs tersebut beroprasi. Utamanya Singapura dan Malaysia sepatunya dapat dibeli lewat situ.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Komentar