Usaha pengawetan serangga bermula krisis moneter 1998. Bagi pengusaha ini hasilkan ribuan dollar tampak mimpi. Di masa tersebut ekonomi Indonesia hancur- hancuran. Beberapa pengusaha bertahan banyak gulung tikar. Tetapi pemuda ini malah menemukan peluang usaha luar biasa.
Dia salah satu pengusaha sukses berkat krisi. Dia bertahan terpaan badai krisis ekonomi, adalah dia Muchamad Chatim Magfur, seorang pengusaha muda agrari. Krisi moneter 98 tersebut mendorong dirinya berbisnis sendiri. Chatim awalnya sukses membangun penangkaran serangga.
Usaha Pengawaten Serangga
Aneka kupu- kupu dan kumbang sukses ditangkarnya. Kemudian itu semua akan dijualnya hingga ke luar negeri, khususnya negara Jepang, Taiwan, dan Korea. Berjalan waktu usahanya merambah aneka produksi suvenir. Jenisnya bermacam- macam tak terbatas pada kupu- kupu awetan.
Tak sebatas pada produk hiasan pigura berisi kumbang atau kupu- kupu. Satu fakta mengejutkan bahwasanya Indonesia sudah lama pada bisnis ini. Menurut sumber Kontan, disebut, sebagai negara dengan kekayaan sumber hayati serta alamnya ramah serangga.
Indonesia tercatat menjadi salah satu sumber impor aneka jenis kupu- kupu dan serangga hidup. Akan tetapi, dalam perjalan, Chatim memilih aktif mengirim serangga berbentuk suvenir sendiri.
“Awalnya dulu saya hanya main di serangga hidup untuk diekspor ke Jepang, banyak serangga yang mati, akhirnya kita buat suvenir,” ujarnya kepada Detik.com. Sejak krisis moneter ’98 itulah dirinya mulai aktif menjual aneka suvenir serangga awetan.
Dia menuturkan buat kamu yang mau berbisnis serangga. Kamu butuh surat ijin terlebih dahulu dari pihak terkait yakni Kementrian Kehutanan di bidang konservasi.
Tujuannya agar produk buatan kamu adalah serangga tangkaran dan yang dijual, meski jenis kupu- kupu atau serangga dilindungi, tapi merupakan hasil penangkaran. Berbeda binatang dilindungi lain khusus buat jenis serangga ada kemudanan dan pengecualian.
Bisnis serangga awetan memudahan dibidang legalitas. Ingat, semua harus dari hasil penangkaran jika serangga dilindungi, tegasnya. Soal pasokan serangga dirinya mendapatkan dari sebuah penangkaran. Yakni sebuah penangkaran sendiri dari penangkaran kupu- kupu di Maros Sulawesi Selatan.
Chatim mengaku kini dirinya fokus pada ekspor suvenir serangga daripada serangga hidup- hidup. Produknya setidaknya ada 16 macam, yang terdiri dari aneka serangga, seperti kupu- kupu, kumbang tanduk, capung, belalang, kalajengking dan lain- lain.
Usaha pembuatan suvenir itu mampu meningkatkan pendapatannya 5x lipat. Melalui bendera usaha bernama Dahlia Insect Souvenir, yang bertempat di kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, masih menatap berkahnya berbisnis serangga.
Memulai bisnis sejak tahun ’98 fokus usaha sebelumnya adalah menyediakan serangga untuk negara khawasan Asia Timur, khususnya dua negara besar seperti Jepang dan Korea. Meski sukses adapula kalanya usaha milik Chatim itu dilanda kesukaran. Contohnya ketika terjadi musibah Tsunami Aceh.
Dia melanjutkan kala itu, pada bulan Maret itu, ekspornya ke Negara Matahari Terbit harus rela turun drastis ke 25%. Untuk sementara satu- satunya pasar yang belum tembus adalah China. Harga serangga pigura dijual berkisar Rp.15.000 sampai Rp.3 juta.
Menurutnya bulan Februari dan Juli merupakan masanya bagi Dahlia Insect mereguk panen. Di sisi lain, negara kawasan Asia Timur tengah musim panas. Pada masa itu banyak orang tengah berlibur dan tertarik membeli suvenirnya; klop!
Dalam sebulan Chatim telah mampu mengirim hingga 4 kali yang berbobot sampai 400 kg. Omzetnya pada bulan- bulan Februari sampai bulan Juli dijelaskannya bisa mencapai angka 500 juta. Sementara pada bulan lainnya rata- rata omzetnya mencapai Rp.70 juta sampai Rp.80 juta saja.
Dirinya sendiri tak bekerja sendiri. Dibantu oleh kelompok penangkar kupu- kupu yang tersebar di seluru Indonesia; ia mampu memenuhi permintaan. Para penangkar itu tersebar di Jawa Barat, Bengkulu, dan Sulawesi Selatan.
Jenis kupu- kupu yang digemari sebagai souvenir adalah jenis swallowtail (Papilio Ulyses). Kupu- kupu itu banyak ditemui di kawasan Indonesia Timur. Banyaknya penangkar dan jumlah kupu- kupu yang sukses ditangkar membuatnya optimis bisnisnya akan berjalan lama.
Menurutnya, menariknya bisnis suvenir serangga ada pada produknya. Selain itu juga belum banyak yang ikut bermain, sehingga pasarnya masih luas. “Memang kalau kita tak ngerti kita tak bisa jualan,” jelasnya. Tapi semuanya bisa dipejari.
Memang itu juga berari kamu harus paham cabang keilmuannya. Utamanya yaitu tentang spesies serangga yang banya orang tidak tahu. Soal harga bisa berbeda jika produnya adalah kupu- kupu langka. Bisa saja dihargai mencapai ratusan juta rupiah. Chatim sendiri tetap menganut asas legalitas. Ia tak tergiur berbisnis kupu- kupu langka tanpa berasal dari penangkaran.
Untuk pasar Eropa bahkan orang meminta sertifikat untuk kupu- kupunya. Ini dijelaskan olehnya menyangkut perjanjian internasional soal spesies serangga dilindungi. Meski sukses keluhan utama baginya adalah kurangnya pasar dalam negeri.
Khusus untuk orang- orang Jepang menurutnya kekuatan mereka adalah tradisi. Mereka hobi mengoleksi aneka kupu- kupu diawetkan. Beda dengan orang Indonesia tidak ada tradisi semacam itu. Dia bersama 12 karyawan biasanya panen pesanan ketika memasuki bulan Mei- Juli.
Dia menyebut usahanya memang ada tergantung permintaan pasar. Untuk memproduksi kunci berhias serangga diproduksi sampai 1000- 2000 unit per- bulan. Dia mengingatkan bahwa permintaan ekspor itu tidak tetap.
Jika ada maka bisa sampai ratusan buah bisa diekspor. Disisi lain, ia fokus pada pengembangan usaha untuk suvenir gantungan kunci. Bisnis satu ini bisa dibilang stabil dibanding luar negeri. Tentu hasilnya untuk pasaran lokal tak se- wah permintaan pasar luar negeri.