Pengalaman pengusaha Sumilan atau Milan bermula pekerjaan. Sebelum menjadi bos senapan angin, dia pernah bekerja di tempat manufaktur senapan angin. Dia mengisahkan kembali awal berbisnis senapan angin mandiri.
Pria asal Kediri, Jawa Timur, ini pernah bekerja di sebuah pabrik manufaktur senapan angin. Lamanya 20 tahun sudah ia bekerja disana dan ada masanya kejenuhan itu melanda. Tak mau selamanya jadi pegawai diputuskannya berhenti bekerja.
Milan kembali ke kampung dan mulai mengerjakan bengkel senapan angin. Selama 20 tahun sudah dirinya bekerja sebagai pegawai. Terbersit dalam pikirannya untuk membuka usaha sendiri. Berbekal uang seadanya Milan memutuskan keluar.
Jadi Pengusaha
Mau usaha sebagai petani penggarap sawah; ia tidak bisa mencangkul. Dia tak bisa bercocok tanam. Lantas usaha apa yang bisa dilakukannya, ya, dari apa pengalamannya selama ini.
“Saya dulu bekerja di pabrik, sehingga pulang ke desa untuk memulai harus usaha dari nol. Tani enggak bisa cangkul, cocok tanam enggak bisa berladang akhirnya ke bisnis ini,” pungkasnya.
Awal- awal, Milan menawarkan jasa perawatan senapan angin, di tahun 2005 hingga akhirnya diminta untuk membuatkan senapan angin. Bermodal pengalaman puluhan tahun hasilnya tak diragukan lagi. Pengusaha yang satu ini juga memiliki imajinasi luar biasa.
Hingga setiap senapan buatannya sudah layaknya film- film luar negeri. Ia menambahkan aspek peredam suara dan juga periscope atau lensa bidik. Milan merancang itu untuk senapan kaliber 4,5 mm.
Tak jauh- jauh berbisnis hingga Jakarta, Milan cukup membuka bengkel di kampungnya, Desa Cipacing, di Kecamatan Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, dirubahnya menjadi sentral pembuatan senapan angin. Pasar miliknya tentu sudah sesuai peraturan UU bahkan sudah standar internasional.
“Kita jual kaliber 4,5 mm. Ini standar internasional yang boleh dijual secara legal,” terangnya kepada Detik, ketika ditemui di sebuah acara bernama INCRAFT, di JCC Senayan.
Milan mengalir saja jika ditanya soal bisnisnya. Secara tanpa rumit- rumit merencanakan, cukup menjual tanpa memasang target, bahkan Milan mengaku tak pernah menggunakan senjatanya. Dia mengaku kasihan jika menggunakan untuk berburu binatang.
Secara terus terang usahanya dilakukan untuk mengumpulkan pundi- pundi uang dari sana. Soal resiko berbisnis senapan angin, Mila bercerita pernah dikunjungi pembeli yang ‘nyeleneh’, meminta ia untuk membuatkan senapan diatas kaliber legal. Ia sendiri tak mau mengambil resiko.
“Yang minta di atas standar banyak. Tapi saya tau resiko dan akibatnya. Saya hari ini makan, tapi kemudian kena hukum 40 tahun mending enggak,” selorohnya.
Setiap hari usahanya mampu memproduksi 50 senapan. Dibantu oleh 3 orang karyawan, kini, Sumilan jadi salah satu pengusaha yang sering keluar masuk INACRAFT.