Bayangkan soto jamur instan seperti mie instan. Pengusaha soto jamur berikut mencoba mendobrak pakem. Siapa yang tak suka soto? Makanan khas Indonesia yang satu ini bisa dijumpai di seluruh penjuru. Berbeda variasi dari satu kota ke kota membuatnya tak lekang di makan jaman.
Tak hanya berhenti disitu, variasinya kini juga bertambah canggih, seperti Sotoji. Makanan yang dihidangkan dari restoran, kafe, hingga di warung di pinggir jalan, atau kini bisa anda nikmati di rumah. Bisa kamu bayangkan soto dijual dalam kemasan seperti produk mie instant seperti di televisi.
Rohmat Sastro Sugito, hanya pemuda biasa, namun berkat kreatifitas ada yang jadi tak biasa. Berbekal rasa ingin menyajikan makanan bergizi dalam kemasan, terpikirlah ide tersebut. Ia ingin menciptakan makanan cepat saji tapi punya nilai gizi.
Soto Jamur Instan
Jadilah produk itu, Sotoji, atau kepanjangannya soto jamur instant. “Awalnya banyak petani jamur. Nah, kalau sedang panen harganya kan jadi murah. Kalau diolah harganya jadi stabil,” katanya saat berbincang dengan Okezone suatu hari.
Awalnya Rohmat cuma iseng- iseng membuat menu dari berbagai macam jenis jamur. Dia meracik sendiri setiap masakan dengan berbagai jenis jamur yang ada. Lalu, jadilah ide itu muncul, ia merubah jamur jadi soto kemudian mengemasnya.
Saat ini produk Sotoji telah dipatenkan olehnya sebagai bentuk komitmen. Menurutnya, dari sekian jamur hanya jamur tiram yang mampu diterima pasar dan enak disajikan dalam bentuk Sotoji.
“Sebelumnya sempat dicoba segala jenis jamur, ada tiram, kancing, akhirnya setelah dipertimbangkan yang paling bisa diterima pasar adalah jamur tiram,” aku pengusaha soto ini. Sekarang ini, bisnisnya ini telah resmi menjadi sebuah perusahaan kecil bernama PT. Tri Rastra Sukses Sejahtera.
Meski diakuinya perusahaan ini masih dalam bentuk skala kecil, yang hanya memproduksi 40 dus setiap harinya, namun dia menargetkan dalam waktu dekat bisa memproduksi lima kali lipat. Semangatnya tak main- main ia bahkan memberikan contoh gratis sebelum diluncurkan.
Untuk memulai usaha, tentunya membutuhkan modal yang tidak sedikit. Saat disinggung berapa modal yang digunakan untuk memulai usaha yang masih tergolong hijau ini, dia enggan menyebut angka pasti. “Yang jelas, modalnya seharga satu unit mobil kijang,” katanya berkelakar.
Tak berhenti disitu, ia pun telah memesan mesin untuk menambah produksi. Mesin khusus yang berasal dari Malang, Jawa Timur, ini diharapkan bisa menambah produksi menjadi 500 dus per- hari.
“Sehari 40 dus, satu dus isi 20 pieces. masih skala kecil karena terbatas di mesin,” akunya. Alasannya untuk membeli mesin dari Malang juga bisa diacungi jempol. Dia mengaku ingin produk asli Indonesia nya akan diproduksi oleh mesin asli Indonesia. Semangatnya perlu diapresiasi.
Marketing Bisnis Unik
Bicara modal berarti bicara berapa besa kemampuan bermarketing. Rohmat sendiri mengaku produk unik ini punya pasar sendiri jadi bisa menghasilkan nilai yang cukup fantastis. Saat ini, per dus sotoji di jual seharga Rp50 ribu.
Dalam sehari, perusahaan baru memproduksi 40 dus dan rencanannya akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan. Jadi jika dikalkulasikan, pendapatan per hari Rp2 juta atau jika dihitung dalam satu bulan bisa meraup pendapatan Rp60 juta.
“Namun tahun pertama belum untung. Masih dalam tahap ekspansi pasar,” elaknya.
Tentang marketing cukuplah mudah yaitu melalui internet. Cara tersebut dihitung cukup ampuh dan tentu lebih murah diawal- awal bisnis. Rohmat punya cara unik, yaitu dengan mengadakan lomba blog.
Ia mencoba memasarkan produk barunya melalui tangan trampil para blogger. Mereka akan mereview bagaimana sih detailnya produk baru ini sebelum dijual ke masyarakat. Hasilnya cukup memuaskan.
“Gerakan pertama lomba blog, menggunakan ranah online. Hal itu dilakukan karena terbatas dana. Mereka (peserta lomba) membuat blog segala hal mengenai Sotoji,” tutup Rohmat. Ia juga tak menutup kemungkinan untuk menjadikan bisnis ini menjadi warlaba.
Bentuk warlaba juga masih dalam proses perencanaan. Dalam kedai-kedai yang sudah dimilikinya saat ini, selain dijual Sotoji kemasan, juga dijual yang sudah siap makan. Hal ini menjadi salah satu cara pemasaran Sotoji. Sebab, belum banyak yang menjual Sotoji kemasan.
Karena, Sotoji baru bisa diperoleh di beberapa toko kecil saja. Cara marketing lainnya yaitu menggunakan akun Twitter. Untuk yang satu ini, akun @sotoji_ sudah punya 242 pengikut. Meski belum terlalu banyak pengikutnya optimis itu harus tetap ada.