Biografi Ronny Lukito pembuat tas Eiger dan Neosack. Pengusaha lama yang terlahir dari keluarga kekurangan membuat Ronny rasional. Dia pun memilih tidak melanjutkan pendidikan hingga jenjang tertinggi. Alih- alih berkuliah, Ronny Lukito, sejak remaja bekerja keras menghidupi satu keluarga.
Dia bukan lulusan Sarjana, lulusan STM, yang dilubuk hati paling dalam ingin berkuliah. Apa daya tidak memiliki biaya. Ronny memilih bekerja membantu orang tua. Kebetulah orang tuanya memiliki bisnis pembuatan tas. Sejak sekolah dasar sudah terbiasa membantu.
Jadi Pengusaha
Melalui bisnis tersebut dia belajar bagaimana pemasaran tanpa berkuliah. Dia belajar membuat produk tanpa teori. Pengusaha asli Bandung ini, cukup belajar otodidak cara mendesain tas. Modalnya Rp.1 juta dan dua pasang mesin jahit.
Peralatan sangat sederhana tetapi bisa menghasilkan tas berkualitas. Bahan baku juga terbatas tetapi dapat dioptimalkan sendiri. Ia sangat ingin melanjutkan kuliah di salah satu Universita ternama.
Sambil membantu membuat tas, Ronny berinisiatif berjualan susu yang dibungkus plastik, dijual menggunakan motor berkeliling ke tetangga- tetangga. Masa muda Ronny memang bisa dibilang berisi kesederhanaan dan bekerja keras.
Pria kelahiran 15 Januari 1967, terlahir dari enam bersaudara, dia menjadi satu- satunya anak laki di dalam keluarga pasangan Lukman Lukito- Kumiasih. Anak keturunan Buton, Sumatra dan Jakarta, yang terbiasa ikut membantu menafkahi keluarga.
Ia ingat betul waktu itu keluarga punya toko kecil. Ukuran 2,5x14m berjualan aneka macam tas. Jadi satu- satunya toko penjual tas waktu itu. Nama toko Nam Lung, khusus berjualan tas saja, ketika para pengusaha lain memilih berjualan kelontong.
“Jarang- jarang yang jualan satu macam seperti ayah saya,” tuturnya.
Tas dijual produksi perusahaan lain. Diantara produk itu. Ayah Ronny juga menjahit tas sendiri untuk dijual. Ayah Ronny tidak pernah mengarahkan menjadi pengusaha. Hanya, setamat STM, pikirannya sudah realistis dia harus membantu perekonomian keluarga.
Ketika anak seumuran masih sibuk bermain. Serius menekuni bisnis menjadi pilihan. Ronny mulai membuat tas sendiri. Salah satu produk tasnya bernama Butterfly. Diambil nama merek mesin jahit buatan China. Ronny sudah terbiasa membeli bahan, hingga mampu memilih bahan yang berkualitas.
Dia juga mengantarkan barang sendiri ke pelanggan. Sebelum berangkat sekolah, ia memilih jualan susu plastikan. Demi membantu orang tua semua dilakoni. Dia mengembangkan bisnis tersebut. Dia yang membuat tas sendiri mencoba peruntungan menjual ke mall Matahari.
Tidak mudah memasuki mall terbesar kala itu. Ia harus mempelajari trend pasaran dulu. Dicari tau produk apa disukai pelanggan Matahari. Ia berupaya memepercepat roda bisnisnya. Hingga dia bisa memasuki mall Matahari.
Omzet didapat cuma Rp.300 ribu, dibanding kompetitornya hasilkan jutaan rupiah. Mengatahui bahwa bisnisnya tidak seperti diharapkan. Dia mulai menggarap pasar lain. Pasar tedekat ialah berbisnis di Bandung. Ronny mulai rajin melakukan survei pasar.
Tas Gunung
Rasa malas memang tidak bisa dihindari. Hanya perasaan bahwa masa depan tidak bisa dilewatkan. Ia
memberanikan memasarkan di luar kota. Membuat jaringan penjualan tidak mudah. Bagi dia yang tidak menguasai pemasaran. Mentok. Dia memutuskan menggunakan jasa konsultan.
Ronny mulai belajar tentang manajemen. Bahkan rela untuk mengambil kursus manajemen keuangan sendiri. Kursus- kursus kewirausahaan banyak didatangi. Ronny rajin membaca buku menambah ilmu pengetahuan; dia gigih tidak mengenal lelah.
Hingga dia mengetahui peluang bisnis tas, bagaimana menangani masalah lapangan, hingga menangani aneka kendala penjualan. Tujuan menjadi pengusaha tas tingkat nasional terpenuhi. Produk tas pertama bikinan Ronny yang meledak, Eager.
Menggunakan nama berbahasa Swiss, tas Eager mulai diproduksi tahu 1989, fokus mengejar pasar anak muda pecinta alam.
Startegi marketing bisnis Eager unik. Mereka membentuk komunitas pecinta alam. Produk Eager itu difokuskan memang ke produk mendaki gunung. Bermula membangun komunitas pecinta alam. Dari tas Eager khusus, kini digunakan semua orang hingga mendongkrak penjualan umum.
Alasan kenapa masyarakat umum menggunakan tas gunung. Umumnya masyarakat membutuhkan tas yang memiliki kekuatan lebih. Apalagi budaya pulang kampung tidak dapat dipisahkan. Maka tidak heran jika permintaan meningkat, dan mampu membuka pabrik sendiri di JL. Cihamplas, Bandung.
Pilihan lokasi karena dekat komunitas, dan lebih menjangkau masyarakat umum karena di pusat kota. Wujud cinta alam, tahun 1998, Ronny membangun organisasi Eiger Adventur Service Team (EAST), yang mendukung pencinta alam Indonesia.
Tahun 1998 menjadi tahu berat bagi bisnis Eager. Dampak krisis monter cukup menerjang. Tetapi dia tetap bertahan, bisnis Eager tidak rontok tengah jalan. Butuh kerja keras untuk memulihkan produk Eager agar kembali menjual.
Masuk 1999, Eager mampu masuk ke pasar luar negeri, di Amerika, Jerman, Prancis, Cina, Vietnam, dan Korea Selatan. Moto mereka “to be frontier bags and fashion industries”, menjadi perwujudan cita- cita besar Ronny Lukito. Bisnis Eager lantas bersinergi menjadi PT. Eksonindo Mulit Product (EMPI).
Brand berkembang, seperti brand Export, Bodypack, Neosack, Xtreme, dan Norwand. Bagaimana dia bisa sesukses sekarang berkat mau bekerja keras. Disamping itu, pengusaha yang memiliki ketekunan belajar. Ronny Lukito mengajarkan kita tentang membangun jaringan bisnis sendiri.