Merintis Bisnis Souvenir
Setelah mengambi Program Diploma, Dewi berkuliah Program Sarjana di IKIP Budi Utomo. Bisnis Dewi semua bermula dari keinginan untuk membantu sang ibu. Dia ikut membantu agar ibunya bisa membuka warung.
Sejak masuk kuliah di Brawijaya, tahun 2003 -an, Dewi sering sepulang sekolah mencari daun- daun kering. Entah kenapa begitu mungkin bentuk keisengan tersendiri. Namun lambat laun, muncul ide untuk membuat kerajinan, maka dikumpulkannya daun- daun lagi.
Ia ingin merubah limbah di penjuru kampus menjadi kerajinan. Daun- daun kering tersebut lalu mulai dibersihkan, kemudian dikeringkan, dan dibentuknya menjadi sesuatu. Daun- daun tersebut lantas Dewi bentuk menjadi figura foto lucu, kotak pensil, undangan, dan bentuk kerajinan lain.
Hasil penjual kerajinan tersebut tidaklah banyak di awal. Ia hanya menjual 50 ribu, dan itupun dijual kepada teman- temannya di kampus. Jika ada pameran kerajinan di kampus, pastilah produk miliknya laku keras -terjual habis. Dewai lantas bertekat untuk menekuni bisnis ini lebih lanjut.
Suatu hari di tahun 2005, dia bertemu pengusaha karajinan dari produk limbah. Sang pengusaha lalu memesan produk kerajinan berbagai jenis. Dewi senang karena mendapatkan pesanan banyak. Itu sangat banyak buat seorang Dewi yang masih merintis usaha.
Sejak itulah usahanya berkembang pesat tak terbendung. Semula semua produksi ia lakukan secara sendiri, sekarang melibatkan 16 keryawan lepas yang merupakan tetangganya sendiri. Diluar dugaan, tahun 2007 -an, pengusaha eksportir kerajinan limbah itu harus menutup bisnisnya atau bangkrut.
Ini membuat Dewi memutar otak agar mempertahankan jalannya roda bisnis. Ia bingung bagaimana agar bisa mengelola usaha secara sendiri. Dia kebingungan akan nasib produk kerajinan yang telah ia selesai produksi. Ia harus mencari cara agar produknya cepat laku terjual.
Untuk sementara proses produksi dihentikan. Itu berarti juga menghentikan para pekerja lepas. Dewi lalu menjual dan menitipkan produk- produk sisa ke teman kampusnya. Dewi juga memajang produk tersebut di warung ibunya, berharap karyawan kantor di depan warung akan membeli.
Suatu hari ada orang belanja yang di warung ibunya menanyakan. Dia tertarik salah satu produk yang Dewi ciptakan. Pembeli tersebut kemudian membeli 750 pcs atau seharga Rp.15000 /pcs, yang kemudian dijadikan merchandise perkawinan.
Bukan main senangnya Dewi mendapatkan pesanan lagi. Kesempatan itu berlanjut menjadi produk merchandise De Tanjung. Tiap produk diberi nomor telephon, alamat, dan website usaha. Selain itu ia berani menitipkan produk- produk itu ke Gramedia, serta pusat kerajinan berbentuk konsinyasi.
Menjadi Pengusaha
Hasilnya ternyata memuaskan lebih dari harapan. Ternyata cara marketing seperti itu mampu menarik pembeli. Tidak cuma membeli sekali tetapi mengingat mereknya, siap pembuatnya, dan menjadi pelanggan tetap produk De Tanjung.
Sebuah marketing dari mulut- ke mulut. Selepas itu. Dewi jadi lebih rajin mengunjungi event fashion show dan aneka wedding expo yang diadakan di berbagai kota. Tujuannya mencari tau tentang tren terbaru dalam industri, terutama yang berkaitan bisnis pernikahan.
Secara periodik, Dewi bekerja sama dengan beberapa pragawati untuk pemaran souvenir dan kartu undangan perkawinan. Ini karena pernak- pernik, souvenir, dan kartu undangan sudah masuk menjadi lifestyle bukan sekedar untuk pernikahan.
Khususnya bagi mereka kelas menengah atas sangat tertarik. Dewi pun menyediakan aneka produk berbagai harga. Dia menyiapkan dari termurah Rp.3.000 hingga Rp.50.000 per- pcs. Produk- produk itu akan disesuaikan kebutuhan pelanggan bukan sekedar membuat
Anak tunggal pasangan almarhum Adi dan Suharti, yang tak segan memperluas pangsan pasarnya melalui waralaba. Usaha ini ternyata terbukti ampuh membuka berbagai mitra pewaralaba souvenir. Produknya kini bisa ditemui di berbagai kota dari Malang, Bontang, Palu, Bekasi, Cirebon, bahkan Papua.
Berkat marketing pintar, omzet bisnisnya juga meningkat, dari yang sebelumnya cuma Rp. 650 juta di tahun 2008, meningkat menjadi Rp. 935 juta di 2009, dan di tahun 2010 lalu, omzet usahanya telah tembus mencapai Rp. 1,1 miliar, dimana keuntungan bersih Rp. 273 juta.
Dia, kini, mempekerjakan 52 orang di pusat produksinya. Sebagian mereka bekerja adalah anak- anak muda sekitar rumah. De Tanjung, bendera bisnis miliknya telah berumur 11 tahun dimana
omzetnya mencapai Rp.2 miliar. Sang pemilik pun dianugrahi berbagai
penghargaan atas bisnis dan usahanya kini.
“Bagi saya karyawan- karyawan inilah yang membantu usaha saya berkembang menjadi besar,” ujar pengusaha muda Dewi Tanjung.
“Ini buah kesabaran, ketekunan, dan yang paling utama berani bermimpi,” cetus Dewi, yang terlihat memasang raut wajah gembira. Dia salah satu pemenang Wrausahawan Mandiri di 2011 bersama 180 peserta. Yang mengejutkan ketika Dewi mengungkapkan modal usaha ini cuma Rp.50 ribu.
Kontak:
Email: de_tanjung@yahoo.com
Facebook: Dewi Tanjung
Alamat: Jl. Mondoroko tengah 19 A, Singosari – Malang
Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.