Ahli Telemarketing Sukses Pengusaha Karen Derby

Comments · 70 Views

Menjadi ahli telemarketing sukses memungkinkan. Pengusaha Karen Derby ini mematahkan frustasi kita akan pekerjaan tersebut. Menjadi telemarkater susah mengesalkan ditekenuhi. Telemarkating bagi Keren merupakan satu dari keahlian marketing serius

Menjadi ahli telemarketing sukses memungkinkan. Pengusaha Karen Derby ini mematahkan frustasi kita akan pekerjaan tersebut. Menjadi telemarkater susah mengesalkan ditekenuhi. Telemarkating bagi Keren merupakan satu dari keahlian marketing serius.

 

“Aku menyukainya,” ucap Karen. “Aku sama sekali tidak menganggap itu sebagai beban,” lanjutnya. Dia bahkan terkagum- kagum orang dibayar buat telephon. Kita dibayar buat berbicara berjam- jam di gagang telephon. Tentu baginya merupakan kemudahan namun beberapa orang tidak begitu.

 

“Rasanya seperti mendapatkan uang untuk melakukan sesuatu yang mudah dan menyenangkan,” Karen berujar. Anak keempat dari lima bersaudara hidup “sederhana”. Ayahnya itu kebanyakan menganggur di rumah, sementara ibunya bekerja paruh waktu menjadi pelayan.

 

Mulai Berbisnis

 

Dia tumbuh besar di Mitcham, Surrey, London Selatan. “Aku selalu mencari cara menghasilkan uang karena kami bukan orang kaya,” lanjut Karen. Waktu sekolah, dia bekerja di sebuah toko ikan, pernah bekerja menjadi pencuci, penjual koran, juga berkeliling London mencari botol bekas dan menjualnya.

 

Disuatu waktu dia memiliki empat macam pekerjaan sekaligus. Usianya 16 tahun, Karen memilih bekerja, meninggalkan sekolah dan mulai bekerja di pabrik. Tetapi dia sangat tidak menyukainya, jadi setelah dua bulan dia meninggalkan pekerjaan tersebut mencari lain.

 

“Aku sudah tidak tahan,” ia lanjutkan. Bahwa dia tidak menyukai pekerjaan dibayar perpaket. Lalu dia menemukan pekerjaan terbaik menjadi telemarketer. Dia ditugaskan menjual sebuah space iklan dalam surat kabar lewat telephon.

 

Pekerjaan menyenangkan dia tekuni walau berpindah tempat. Dua tahun bekerja, Karen pindah ke ke Capital Radio, lalu pindah ke agen penjualan iklan. Kemudian, di tahun 1983, diusianya 22 tahun dia memutuskan membuka usaha sendiri.

 

Dia bersama seorang kawan mendirikan bisnis call center. Modal awalnya 30.000 euro -an, yang mana merupakan uang investor yang yakin akan kemampuan Karen. Banyak orang memandang Karen telalu berani ambil resiko.

 

Pengusaha Karen Derby tidak peduli. Dia merasa tidak rugi mencoba. Dibukalah perusahaan tersebut di kawasan Norbury, London Selatan, berbekal toko kecil. Karen lantas mencari jaringannya setelah sekian lama bekerja.

 

Dia menghubungi perusahaan- perusahaan besar dan mengajak mereka. Karen kemudian menunjukan kantor serta apa mereka bisa lakukan dalam telemarketing. Begitu dipercaya Karen ahli telemarketing sukses memberi persentasi.

 

Mereka diajak melihat apa yang bisa dilakukan telemarketing. Tujuh tahun perusahaan berdiri, dimana usahanya memiliki 200 staf yang menghasilkam omzet $4 juta. Ketika itu usia kandungannya telah siap melahirkan, tetapi dia memiliki pemikiran lain.

 

Dia tengah mengandung anak kedua. Karen berpikir sudah saatnya melakukan sesuatu berbeda. Siap melakukan perubahan penting hidupnya. Maka Karen menjual sahamnya senilai $1,6 juta. Tujuannya hidup lebih bebas. Namun pembeli sahamnya malah bangkrut cuma mampu membayar 500 ribu euro.

 

Rugi dia kehilangan separuh lebih nilai seharusnya. Tetapi dia mampu membeli rumah dari uangnya. Ia membeli rumah dan bekerja menjadi guru; Karen menjadi trainer telesales untuk perusahaan lain. Ini merupakan perwujudan filosofi, bahwa ada pengorbanan buat lebih baik.

 

Kerugian penjualan saham memang diluar kendali. Mungkin kamu berpikir udah enak punya usaha malah mundur. Ternyata pengusaha Karen Derby berusia 42 tahun lebih memiliki merdeka. Meskipun dia menyadari bahwa, dia mencintai dunia usaha dan menjadi guru mungkin kurang tepat.

 

Menjadi guru selama 10 tahun dan telah memiliki tiga anak. Karen kembali menjadi pengusaha. Jujur dia mengatakan menjadi trainer menghasilkan uang banyak. Dia bekerja buat perusahaan lain. Dan dia dibayar bila benar- benar bekerja, namun bekerja tidak menambah kekayaan.

 

Bila kamu memiliki bisnis maka menghasilkan uang meskipun tidur. Dulu dia memiliki perusahaan talesales. Kini dia melihat perusahaan telah memiliki pasukan sales sendiri. Banyak perusahaan lebih memilih membuat pusat pelatihan telesales, dan munculnya perusahaan jasa pelatihan.

 

Alhasil perusahaanya dulu mulai kehilangan prospek. Benar pilihannya keluar perusahaan dan menjadi trainer sales. Kini Karen Derby akan membuka perusahaan pelatihan. Tujuannya ialah menciptakan pusat pelatihan tetapi Karen tidak sembarangan.

 

Dia akan merangkul perusahaan pelatihan talesales kecil. Menjadi mereka kesatuan perusahaan besar bidang pelatihan sales. Tetapi ketika dia mengajukan bantuan permodalan perbankan. Mereka pihak bank tidak meyakini akan keberhasilan idenya.

 

Bank tidak mau memberikan modal dibutuhkan. Itu memaksa Karen mengevaluasi ide bisnis. Lalu dia mendirikan Pocket Franchise. Konsep bisnis dimana pegawai mampu membeli saham perusahaan. Ini akan membantu perusahaan sekaligus membantu pegawai.

 

Mereka yang ingin menjadi pengusaha akan ikut menjadi bagian. “Aku sampai tidak bisa tidur karena terus memikirkannya, dan aku sangat terobsesi!” ujar sang pengusaha. Dia kembali menyadari suatu tantangan akan dihadapi.

 

Akan butuh waktu sampai direktur perusahaan mau mengadopsi. Perusahaan besar menyukai ide ini tetapi mungkin merasa gugup, jelasnya. Dia harus menyampaikan ide sampai kelevel petinggi. Itu membutuhkan waktu panjang, dan dia tidak memiliki kesabaran seperti tersebut.

 

Ide Bisnis Baru

 

Gagal merevolusi bisnis melalui Pocket Franchise. Karen Derby masih tidak kehilangan hasrat buat berbisnis. Ketika dia menjadi trainer call center perusahaan orang. Dia menemukan dua perusahaan bidang energi butuh bantuan.

 

Mereka perusahaan gas dan listrik ingin banyak konsumen. Mereka menginginkan telephon ke setiap rumah menawarkan produk. Karen berpikir kenapa tidak mencarikan suplier ketimbang konsumen. Dia kepikiran kenapa tidak mencarikan orang suplier, dan mengarahkan itu ke dua perusahaan klien ini.

 

Sama- sama menguntungkan tetapi memiliki sudut pandang berbeda. Tetapi pihak klien tidak setuju tetap ngotot mencari konsumen rumah tangga. Karen berlalu berjalan melewati parkiran sampai ke mobil. Dia berpikir idenya hebat cuma membutuhkan rencana mewujudkan.

 

Ide bisnisnya lebih sederhana butuh waktu 20 menit menjelaskan. Dia melihat banyak perusahaan online memberikan peluang ganti suplier. Layanan online tersebut memberikan orang perbandingan harga tiap perusahaan gas dan listrik.

 

Alih- alih Karen memakai ide internet malah memakai telephon. Jadul memang tetapi dia menyadari orang butuhkan sentuhan langsung. Orang masih membutuhkan jasa komunikasi ketimbang memilih klik. 

 

Mereka butuh berbicara menanyakan sesuatu, menyingkirkan ketakutan, memastikan supplier benar, dan agar rumah mereka aman. Dia ambil libur selama musim panas membuat bisnis plan. Karen lalu mengunjungi kolega, Alistar Tillen, mengajaknya berpatner dan mencari investor.

 

Karen mencoba mendekati orang- orang kaya tetapi tidak berhasil. Hingga dia menemukan perusahaan bernama Bridges Community Ventures. Mereka setuju memberikan permodalan 125 ribu euro, dan mendapatkan 35% bagian saham.

 

Karen sempat menjaminkan rumahnya buat bisnis pertama. Ia kembali menjaminkan demi mendapat modal 17.000 euro, dan patnernya menanam modal 23.000 euro. Inilah cikal bakal Simply Switch, yang mana akan memberikan suplier energi termurah, dan menggantungkan pendapat dari feenya.

 

Jasa perusahaanya memakai konsep lewat surat kabar, badan amal, sampai retailer yang berprinsip kemitraan. Awalnya Simply Switch sangat kesusahan mengajak perusahaan enegeri. Mengajak buat mengikuti skema tersebut sangat susah.

 

Simply Switch sempat kesusahan akan pendapatan. Sampai mendapat 1000 panggilan untuk mengganti suplier. Mereka kemudian menambah layanan seperti mencari jasa broadband, perusahaan telephon, hingga jasa kartu kredit termurah.

 

Mereka mampu membuat konsumen datang bukan sebaliknya. Namun di tahun 2005, dia malah pilih menjual perusahaan untuk 22 juta euro dan berbisnis kembali. Karen mendirikan Call Britania yang berbasis call center.

 

Dia menciptakan lapangan pekerjaan sampai 10.000 pengangguran. Karen senang menjalankan usaha lagi. Ini caranya menikmati kehidupan memang passion. “Aku suka menunjukan pada mereka bahwa itu bisa dilakukan.

 

Ia menjelaskan, “aku orangnya cukup kompetitif”. Keinginan membuat perusahaan karena dirinya mulai berpikir: Tidak ingin meninggal dikenang sebagai “ahli menelephon”. Dia ingin menjadi seorang pengusaha sukses. Dia ingin memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Comments