Ellen May Sukses Menjadi Trader Saham

Komentar · 84 Tampilan

Belajar dari kegagalan Ellen May sukses menjadi trader saham. Memang lewat jagat internet bisa memudahkan orang jadi sorotan publik. Salah satunya pemilik Twitter @pakarsaham, menjadi sorotan kerena tips- tips -nya bagaimana bermain saham dan valas.

Belajar dari kegagalan Ellen May sukses menjadi trader saham. Memang lewat jagat internet bisa memudahkan orang jadi sorotan publik. Salah satunya pemilik Twitter @pakarsaham, menjadi sorotan kerena tips- tips -nya bagaimana bermain saham dan valas. 
 
Pemilik akun Twitter yang memiliki follower sekitar 25.409 mungkin bertambah ini tidak lain adalah Ellen May.  Bagi para trader saham namanya tidaklah asing melalui bukunya We Are Traders Not Gamblers yang diterbitkan oleh Vibby Publisher di akhir 2010.
 
 

Sukses Trader Saham

 

Dia bukanlah orang yang cuma bicara besar. Ellen telah aktif sebagai trader di tahun 2006 -an. Dimulai dari cuma berbekal perasaan atau intuisi layaknya penjudi. Lantara tidak secara total belajar bermain saham jadilah hasil yang dihasilkan tidak maksimal. 
 
Jika di tahun 2006- 2007 ia bisa sukses spetakuler sebagai seorang pejudi, lain hal di tahun 2008. Ellen sudah mendapatkan gagalnya karena krisi ekonomi yang tengah melanda dunia.

 

Dia mendapatkan rugi yang cukup besar. Gosipnya ini berhubungan dengan saham Bumi.Sejak itu Ellen mulai serius belajar mengenai saham. 

 
Sempat berhenti trading selama beberapa bulan, Ellen masih terus mengasah kemampuannya dengan banyak belajar dari buku-buku impor. Ellen mulai belajar kepada beberapa ahli yang kompeten di bidangnya, baik dari dalam maupun luar negri. 
 
Hingga akhirnya ia menemukan sebuah sistem yang sangat profitable untuk trading baik dalam saham, forex, komoditas, dan futures. Sejak krisis ekonomi ia belajar analisis teknikal secara otodidak.Melalui akun Twitter lah dia lalu berbagi kisah sukses serta cara- cara jitu bermain saham. 
 
“Tujuan saya sekadar berbagi ilmu. Ada tantangan bagaimana orang bisa sukses berinvestasi saham, komoditi, dan forex,” kata perempuan kelahiran Solo, 20 Mei 1983 ini.  Buku bacaan para trader profesionalnya meliputi karya Alexander Elder, Peter Wyckoff Jesse Livermore, atau Van K. Tharp.

 

Ellen juga berguru kepada para analis teknikal. Kini, dia tengah disibukan revisi bukunya dengan judul baru “Smart Traders Not Gamblers”. “Tapi saya tidak trading for living. Untuk living itu bagian suami,” pungkas alumnus Teknik Informatika Universitas Bina Nusantara ini.

 
Tidak berhenti di situ , ia juga tergerak untuk mengedukasi rekan-rekan trader dan pembaca bukunya dalam pelatihan- pelatihan saham di berbagai kota. Dia juga pernah muncul disalah satu acara di stasiun televisi Metro Tv.

 

Untuk informasi pelatihan saham, kamu bisa menghubungi: seminar.ellen@gmail.com. Kunjungi pula website pribadinya di www.ellen-may.com, on.fb.me/ellenmay, dan on.fb.me/ellen_may untuk mendapatkan informasi dan tips-tips trading saham, atau melalui akun twitter @pakarsaham.

 

Investasi saham gampang

 
Mungkin Anda akan “alergi” jika seseorang mengajak anda berinvestasi saham. Apalagi, imej yang terlanjur muncul mengesankan bahwa saham adalah permainan berisiko tinggi dan berbau “judi.” Padahal jika dicermati investasi saham tidak sehoror yang dikira. 
 
Bahkan kini ada yang namanya saham syariah yang bisa dilirik sebagai sarana investasi. Sebenarnya jika mau diseriusi belajar saham bisa kapan saja tak perlu menunggu punya banyak modal.

 

Jadi, kapan sebaiknya memulai investasi saham? “Sedini mungkin. Tapi, sebelum memulai investasi maupun trading  saham, sebaiknya belajar lebih dulu, jangan langsung terjun,” saran Ellen. Banyak orang yang bilang, “bermain” saham itu repot dan pasti rugi, belum tentu. 

 
Padahal, “Saham adalah bisnis atau investasi yang menguntungkan, selama kita tahu caranya. Bagi para ibu rumah tangga, ini juga bisnis yang potensial. Soalnya, mereka punya waktu banyak untuk mengamati pasar dan belajar, jadi lebih fokus. 
 
Bisa pasang transaksi di malam atau pagi sebelum market  buka,” jelas Ellen lebih dalam. Sekarang, orang pun tak perlu repot-repot pergi ke bursa untuk membeli atau menjual saham. “Kita bisa membeli saham lewat online trading ,” ujar Ellen. Kalau tidak mau repot, anda bisa saja memilih reksadana saham yang berkinerja baik sebelum terjun ke saham. 
 
Untuk mencari tahu reksadana mana yang berkinerja baik, bisa search di Google dengan keyword  “kinerja reksadana terbaik”.
 
Ia menjelaskan sebelum melakukan investasi saham, sebaiknya memilih perusahaan yang bertumbuh dan fundamentalnya bagus. Beberapa ciri-cirinya antara lain keuntungan (profitability ) di atas 20%, PER (price earning ratio ) atau rasio harga saham di bursa dengan laba bersih per saham-nya di bawah 14 persen. 
 
“Tapi jangan terlalu kecil juga, karena kalau terlalu kecil dianggap sahamnya lelet,” ujar Ellen. Investor harus mempelajari aspek fundamental. Selain itu juga harus melihat sektornya, sektor apa saja yang sedang bertumbuh. 
 
“Berinvestasilah pada sektor yang bertumbuh. Volume atau jumlah transaksi juga harus diperhatikan. Kalau tidak ada volume, berarti tidak ada transaksi, artinya saham itu enggak laku, karena tidak ada yang membeli maupun menjual,” lanjutnya.

 

Masyarakat tampaknya mulai melek pasar modal. Terbukti dengan munculnya para trader- trader sukses, dan mereka tak segan membagi ilmunya. Namun memang edukasi tentang pasar saham masih minim. Bahkan beberapa harus terseok- seok belajar secara otodidak. 

 
Salah satunya investor Ellen May yang telah melalang buana di dunia pasar modal mampu mendulang untung sebesar-besarnya. Meski begitu kegagalan itu pasti ada tapi semangat belajar itu harus tak padam.

 

Sarjana IT jebolan Universitas Bina Nusantara itu memulai trading saham pada 2006 sebagai gambler bukan investor jangka panjang. Ellen mengaku, investasi saham tidak perlu merogoh kocek dalam, cukup sediakan uang Rp100 ribu dan mulai trading. 

 
“Jangan pakai alasan mahal, wong investasi saham bisa cuma uang Rp100 ribu. Jika finansial sudah kuat, maka bisa jadi investor jangka panjang,” ucap Ellen saat acara Investor Summit and Capital Market Expo (ISCME) 2014, di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta.

 

Ia bercerita ketika pertama kali bermain saham. Ellen hanya coba- coba tanpa memahami seluk beluk pasar. Intinya sih harus beli saham lalu jual saham. Dia saat itu berbasis teknikal analisis atau feeling atau intuisi yang terkadang tak benar karena pasar berubah kapan saja.

“Saat pertama kali saya investasi di 2006, saya dapat keuntungan dari saham pertambangan dan terus untung di 2007. Namun saat krisis di 2008, saya kena imbasnya. Keuntungan dalam dua tahun raib begitu saja hingga sempat vakum selama enam bulan,” ceritanya.

Dia menyadari kesalahannya karena serakah. Akhirnya ia mendisiplinkan dirinya belajar bagaimana jual beli saham. Kesalahan trader pemula adalah terlalu mengejar untung besar. 

 
“Kebanyakan orang trading maunya dapat profit instan. Lebih baik untung sedikit sedikit tapi konsisten daripada untung 100 persen tapi hilang dengan cepat,” kata dia.

 

Ellen pun bercerita tentang dirinya dan krisis di tahun 2008. Saat itu, di tahun 2008, ia sempat merasa sakit hati dengan saham PT. Bumi Resources Tbk (BUMI) yang menenggelamkan dirinya dalam kebangkrutan. 

 
Ia gagal melihat faktor internal perusahaan sendiri. Akhirnya tanpa pikir panjang, Ellen pun mulai mengalihkan ke saham lain emiten berkode PT Ciputra Property Tbk (CTRA) yang dia beli dengan harga awal Rp100-Rp 300 per lembar.

 

“Dan sekarang harganya Rp1.100 per lembar bahkan sempat mencapai level tertinggi Rp 1.500-Rp 1.600 dalam kurun waktu 4-5 tahun. Untungnya berkali-kali lipat sambil tidur, enak tenan,” tawa ibu anak dua ini, yang sukses menjadi trader saham.

 
Selain itu, dirinya juga mengoleksi saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang dibelinya seharga Rp7 ribu-Rp10 ribu bahkan Rp21 ribu per lembar saham. Tapi pernah berada di harga tertinggi Rp 80 ribu per lembar saham.

 

“Jadi trading saham itu bisa melipat gandakan aset. Kita tinggal beli, lalu tidur. Tidur di sini maksudnya belajar, tinggal klik dan menunggu timing yang tepat,” pungkas Ellen May.


Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

 
Pemilik akun Twitter yang memiliki follower sekitar 25.409 mungkin bertambah ini tidak lain adalah Ellen May.  Bagi para trader saham namanya tidaklah asing melalui bukunya We Are Traders Not Gamblers yang diterbitkan oleh Vibby Publisher di akhir 2010.
 
 

Sukses Trader Saham

 

Dia bukanlah orang yang cuma bicara besar. Ellen telah aktif sebagai trader di tahun 2006 -an. Dimulai dari cuma berbekal perasaan atau intuisi layaknya penjudi. Lantara tidak secara total belajar bermain saham jadilah hasil yang dihasilkan tidak maksimal. 
 
Jika di tahun 2006- 2007 ia bisa sukses spetakuler sebagai seorang pejudi, lain hal di tahun 2008. Ellen sudah mendapatkan gagalnya karena krisi ekonomi yang tengah melanda dunia.

 

Dia mendapatkan rugi yang cukup besar. Gosipnya ini berhubungan dengan saham Bumi.Sejak itu Ellen mulai serius belajar mengenai saham. 

 
Sempat berhenti trading selama beberapa bulan, Ellen masih terus mengasah kemampuannya dengan banyak belajar dari buku-buku impor. Ellen mulai belajar kepada beberapa ahli yang kompeten di bidangnya, baik dari dalam maupun luar negri. 
 
Hingga akhirnya ia menemukan sebuah sistem yang sangat profitable untuk trading baik dalam saham, forex, komoditas, dan futures. Sejak krisis ekonomi ia belajar analisis teknikal secara otodidak.Melalui akun Twitter lah dia lalu berbagi kisah sukses serta cara- cara jitu bermain saham. 
 
“Tujuan saya sekadar berbagi ilmu. Ada tantangan bagaimana orang bisa sukses berinvestasi saham, komoditi, dan forex,” kata perempuan kelahiran Solo, 20 Mei 1983 ini.  Buku bacaan para trader profesionalnya meliputi karya Alexander Elder, Peter Wyckoff Jesse Livermore, atau Van K. Tharp.

 

Ellen juga berguru kepada para analis teknikal. Kini, dia tengah disibukan revisi bukunya dengan judul baru “Smart Traders Not Gamblers”. “Tapi saya tidak trading for living. Untuk living itu bagian suami,” pungkas alumnus Teknik Informatika Universitas Bina Nusantara ini.

 
Tidak berhenti di situ , ia juga tergerak untuk mengedukasi rekan-rekan trader dan pembaca bukunya dalam pelatihan- pelatihan saham di berbagai kota. Dia juga pernah muncul disalah satu acara di stasiun televisi Metro Tv.

 

Untuk informasi pelatihan saham, kamu bisa menghubungi: seminar.ellen@gmail.com. Kunjungi pula website pribadinya di www.ellen-may.com, on.fb.me/ellenmay, dan on.fb.me/ellen_may untuk mendapatkan informasi dan tips-tips trading saham, atau melalui akun twitter @pakarsaham.

 

Investasi saham gampang

 
Mungkin Anda akan “alergi” jika seseorang mengajak anda berinvestasi saham. Apalagi, imej yang terlanjur muncul mengesankan bahwa saham adalah permainan berisiko tinggi dan berbau “judi.” Padahal jika dicermati investasi saham tidak sehoror yang dikira. 
 
Bahkan kini ada yang namanya saham syariah yang bisa dilirik sebagai sarana investasi. Sebenarnya jika mau diseriusi belajar saham bisa kapan saja tak perlu menunggu punya banyak modal.

 

Jadi, kapan sebaiknya memulai investasi saham? “Sedini mungkin. Tapi, sebelum memulai investasi maupun trading  saham, sebaiknya belajar lebih dulu, jangan langsung terjun,” saran Ellen. Banyak orang yang bilang, “bermain” saham itu repot dan pasti rugi, belum tentu. 

 
Padahal, “Saham adalah bisnis atau investasi yang menguntungkan, selama kita tahu caranya. Bagi para ibu rumah tangga, ini juga bisnis yang potensial. Soalnya, mereka punya waktu banyak untuk mengamati pasar dan belajar, jadi lebih fokus. 
 
Bisa pasang transaksi di malam atau pagi sebelum market  buka,” jelas Ellen lebih dalam. Sekarang, orang pun tak perlu repot-repot pergi ke bursa untuk membeli atau menjual saham. “Kita bisa membeli saham lewat online trading ,” ujar Ellen. Kalau tidak mau repot, anda bisa saja memilih reksadana saham yang berkinerja baik sebelum terjun ke saham. 
 
Untuk mencari tahu reksadana mana yang berkinerja baik, bisa search di Google dengan keyword  “kinerja reksadana terbaik”.
 
Ia menjelaskan sebelum melakukan investasi saham, sebaiknya memilih perusahaan yang bertumbuh dan fundamentalnya bagus. Beberapa ciri-cirinya antara lain keuntungan (profitability ) di atas 20%, PER (price earning ratio ) atau rasio harga saham di bursa dengan laba bersih per saham-nya di bawah 14 persen. 
 
“Tapi jangan terlalu kecil juga, karena kalau terlalu kecil dianggap sahamnya lelet,” ujar Ellen. Investor harus mempelajari aspek fundamental. Selain itu juga harus melihat sektornya, sektor apa saja yang sedang bertumbuh. 
 
“Berinvestasilah pada sektor yang bertumbuh. Volume atau jumlah transaksi juga harus diperhatikan. Kalau tidak ada volume, berarti tidak ada transaksi, artinya saham itu enggak laku, karena tidak ada yang membeli maupun menjual,” lanjutnya.

 

Masyarakat tampaknya mulai melek pasar modal. Terbukti dengan munculnya para trader- trader sukses, dan mereka tak segan membagi ilmunya. Namun memang edukasi tentang pasar saham masih minim. Bahkan beberapa harus terseok- seok belajar secara otodidak. 

 
Salah satunya investor Ellen May yang telah melalang buana di dunia pasar modal mampu mendulang untung sebesar-besarnya. Meski begitu kegagalan itu pasti ada tapi semangat belajar itu harus tak padam.

 

Sarjana IT jebolan Universitas Bina Nusantara itu memulai trading saham pada 2006 sebagai gambler bukan investor jangka panjang. Ellen mengaku, investasi saham tidak perlu merogoh kocek dalam, cukup sediakan uang Rp100 ribu dan mulai trading. 

 
“Jangan pakai alasan mahal, wong investasi saham bisa cuma uang Rp100 ribu. Jika finansial sudah kuat, maka bisa jadi investor jangka panjang,” ucap Ellen saat acara Investor Summit and Capital Market Expo (ISCME) 2014, di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta.

 

Ia bercerita ketika pertama kali bermain saham. Ellen hanya coba- coba tanpa memahami seluk beluk pasar. Intinya sih harus beli saham lalu jual saham. Dia saat itu berbasis teknikal analisis atau feeling atau intuisi yang terkadang tak benar karena pasar berubah kapan saja.

“Saat pertama kali saya investasi di 2006, saya dapat keuntungan dari saham pertambangan dan terus untung di 2007. Namun saat krisis di 2008, saya kena imbasnya. Keuntungan dalam dua tahun raib begitu saja hingga sempat vakum selama enam bulan,” ceritanya.

Dia menyadari kesalahannya karena serakah. Akhirnya ia mendisiplinkan dirinya belajar bagaimana jual beli saham. Kesalahan trader pemula adalah terlalu mengejar untung besar. 

 
“Kebanyakan orang trading maunya dapat profit instan. Lebih baik untung sedikit sedikit tapi konsisten daripada untung 100 persen tapi hilang dengan cepat,” kata dia.

 

Ellen pun bercerita tentang dirinya dan krisis di tahun 2008. Saat itu, di tahun 2008, ia sempat merasa sakit hati dengan saham PT. Bumi Resources Tbk (BUMI) yang menenggelamkan dirinya dalam kebangkrutan. 

 
Ia gagal melihat faktor internal perusahaan sendiri. Akhirnya tanpa pikir panjang, Ellen pun mulai mengalihkan ke saham lain emiten berkode PT Ciputra Property Tbk (CTRA) yang dia beli dengan harga awal Rp100-Rp 300 per lembar.

 

“Dan sekarang harganya Rp1.100 per lembar bahkan sempat mencapai level tertinggi Rp 1.500-Rp 1.600 dalam kurun waktu 4-5 tahun. Untungnya berkali-kali lipat sambil tidur, enak tenan,” tawa ibu anak dua ini, yang sukses menjadi trader saham.

 
Selain itu, dirinya juga mengoleksi saham PT Astra Internasional Tbk (ASII) yang dibelinya seharga Rp7 ribu-Rp10 ribu bahkan Rp21 ribu per lembar saham. Tapi pernah berada di harga tertinggi Rp 80 ribu per lembar saham.

 

“Jadi trading saham itu bisa melipat gandakan aset. Kita tinggal beli, lalu tidur. Tidur di sini maksudnya belajar, tinggal klik dan menunggu timing yang tepat,” pungkas Ellen May.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Komentar