Kisah Holycow by Chef Adit sempat mengalami keterpurukan. Jadi pengusaha malah ditipu tiga ratus juta. Tidak mudah bagi istri mengikhlaskan suami berwirausaha. Apalagi ketika suami sudah memiliki kerjaan mapan. Awalnya Lucy Wiryono menolak ide suami tentang berwirausaha.
Kan kalau jadi pengusaha punya resiko besar. Orang tidak pernah tau apakah usaha akan sukses atau tidak. Hasilnya kan juga tidak besar tetap setiap bulan. Faktor- faktor lainnya, contoh faktor teknis seperti SDM berkualitas, bisa menyeret orang ke jurang kebangkrutan.
Jadi Pengusaha Ditipu
Disisi lain, pengeluaran bulanan akan selalu ada sama besarnya, bahkan bisa- bisa malahan naik. Dan sang suami, Afit Dwi Purwanto, seorang chef pada acara khusus di stasiun RCTI. Nyeletuk gini di depan Lucy:
“Kalau menjadi pegawai yang ngerasain aku, kamu, anak kita, keluarga… dan paling sudah dibafi zakat. Jika Afit membuka usaha sendiri bisa membantu banyak orang, kan?
Bayangkan kamu mempunyai pegawai, digaji kamu, kemudian menikah menafkahi istri, anak, terus sampai jenjang setinggi mungkin. Lewat usaha kita sendiri, berkat kamu, pegawai kamu itu nanti bisa mencukupi gizi, menyekolahkan, dan banyak lagi.
Jadi kita bisa lebih membantu dibanding jadi pegawai meski banyak tunjangan. Chef Afit akhirnya memutuskan berhenti dari RCTI. Lucy tengah berjudi akan nasib keluarga mereka di tangan nasib. Bersama mereka kemudian membahas mau bisnis apa.
Keduanya ternyata memiliki satu hal sama. Mereka ingin membuka tempat makan steak bagus, tetapi itu loh, butuh banyak uang dikorbankan. Kesimpulan mereka ingin membuka warung. Konsep gila mereka: Membuka warung steak wagyu murah yang berkaki lima.
Usaha mereka jualan di pinggir jalan. Istilahnya nebeng, dan waktu itu keduanya buka usaha di depan toko kaca film untuk mobil, tanah jualan mereka tentu bukan milik mereka sendiri.
Bisnis dijalankan Maret 2010 silam, dikerjakan enam orang tidak termasuk Lucy ya, tentu saja yang menjadi juru masaknya Afit. Menurut blog pribadi Lucy Wiryono, ia cuma bisa melihat saja karena tugas lebih penting, yakni menjaga anak mereka.
Hari pertama buka pengunjung lumayan. Afit dan lima orang rekannya lumayan kerepotan. Tidak punya pengalaman melayani orang, apalagi sebanyak itu. Sempet merasa takut kalau salah melayani.
Waktu asik melayani pengunjung, eh masalah datang, tiba- tiba hujan besar menyeruduk kanopi sampai bocor, becek. Beruntung pengunjung tidak kabur. Pengunjung memilih untuk bertahan bersama mereka. Orang berpikir kalau mau makan enak harus di restoran.
Inilah tantangan coba mereka patahkan. Terbukti pengunjung merasakan betah meski hujan mengguyur panjang. Kebersihan sangat diperhatikan mereka agar pengunjung merasa nyaman.
Bermodal uang bersama senilai Rp.70 juta di Bali. Mereka tengah mencoba membuktikan bahwa bisnis wagyu murah bisa. Hasrat ingin bekerja untuk diri sendiri mengemuka. Alasan itulah kenapa bisnis mereka penuh kehati- hatian serta perhitungan cermat. “…bukan keren- kerenan,” ujar Lucy.
Bisnis Murah
Murah tetapi tidak jual murahan. Konsep yang dibawa Afit dan Lucy, membawa usaha bernama Holycow ini beruntung. Dulu cuma menumpang jualan di pinggir jalan. Kini, Holycow sudah memiliki tempatnya sendiri -tanah milik mereka sendiri.
Tuga pengusaha adalah membangun kepercayaan. Gimana sih agar wagyu murah diyakini memiliki kualitas tidak kalah. Mereka mengambil daging stik asal Jepang, untuk meyakinkan masyarakat, mereka datang ke Jepang sendiri.
Melihat lewat mata sendiri peternakan sapi, dari perawatan sampai sembelih, semua halal. Kenapa daging wagyu yang dikenal mahal itu jadi miring. Ternyata rahasianya yaitu penentuan margin untung Holycow. Mereka lebih memilih meningkatkan jumlah penjualan.
Dibanding mengambil margin untung besaar. Sama- sama daging Jepang berkualitas tetapi harganya jadi lebih miring deh. Banyak orang belum tau wagyu. Jika orang lain menjual daging wagyu antara Rp.200- 500 ribu.
Maka di Holycw dijualan bisa sampai Rp.90 ribu. Lucy memang sempat berpikir amatiran. Sebelum bisnis bidang daging sapi. Dia sempat berpikir harga mahal karena faktor distribusi dan perawatannya.
Tetapi ternyata harga mahal justru karena profit diambil pengusaha. Gampangnya orang jualan di mall- mall sama di jalanan beda. Ada harus bayar AC lah, karyawan lebih mahal lah, sedangkan Holycow ini jualannya di jalan. Hitungan umum pengusaha profitnya 70% dibanding modalnya cuma 30% -nya.
Kalau Holycow membalik prinsip tersebut: Jadi profit 30% dibanding belanja modal 70%. Mangakanya mereka getol berpromosi guna menutupi margin. Pemikiran bahwa semua orang suka daging. Menjadi landasan bisnis Holycow bertahan diterpa cobaan.
Salah satunya orang berpikir daging mereka bermasalah. Mulai berpikir daging reject lah. Daginya bekas lah. Pokoknya prasangka bermunculan jika kalian menggunakan prinsip Holycow.
Sukses mereka juga terletak kepada kesabaran mengedukasi pasar bahwa kita berkualitas sama -dibanding yang lebih mahal.
Mana Holycow Asli
Sejak lama Afit menginginkan usaha sendiri. Tetapi menjadi pengusaha bukan perjalanan semalam. Butuh waktu waktu hingga berada di posisinya sekarang. Sudah mendapatkan tentangan dari istri, Afit juga mendapatkan tentangan orang tua, terutama ayah yang ingin Afit jadi profesional di bidangnya.
Gaji tetap menjadi alasan kebanyakan orang. “Dari kuliah, saya selalu ingin independen. Tidak mau jadi buruh orang lain” ujarnya kepada situs Marketeers.com.
Sejak kuliah Fakultas Hukum Universitas Trisakti. Afit sudah mulai menjual aneka kaos sablonan. Bisnis ini bahkan sempat dibapakai seorang VJ MTV. Sayang, Afit tidak pandai mengantur uang, terbawa arus kehidupan remaja berfoya- foya.
Singkat bisnis Afit runtuh karena gagal mengelola keuangan usaha. Selepas menikah dengan Lucy Wiryono, beberapa bisnis sudah dimulai, sebalum mantab berbisnis steak wagyu. Bisnis Afit meliputi bisnis keripik dan bisnis trading company.
Kegagalan dilalui kedua pasangan tersebut. Bahkan nih, tahun 2004, ia sempat tertipu sampai Rp.300 juta. Dua pelajaran kamu bisa dapatkan: Jangan fokus hanya mencari untung lebih cepat. Dan, harus paham akan seluk beluk bisnis ditekuni.
Puncak masalah justru datang ketika dia menjalankan Holycow. Yakni ketika rekan bisnis mereka memilih pisah karena berbeda visi. Alasan klise ini sempat membuat Holycow goyah pada 2012 silam.
Tepatnya di Mei 2012, kedua belah pihak memilih mengambil jalan sendiri, membesarkan Holycow masing- masing. Perpecahan memang berat tetapi jangan bersatu malah saling curiga. Menjadi catatan menarik ketika mereka berpisah lewat notaris.
Mereka membawa mediator bersertifikat membagi saham. Aneka biaya dikeluarkan mulai biaya penalti, disusul tutupnya gerai Holycow di Singapura. Hutang suplier akhirnya menumpuk di pihak Afit.
Meskipun sama- sama memakai nama Holycow, nama dibawa Afit berbeda. Bagaimana membedakan Holycow Afit atau bukan. Untuk menarik pelanggan yang sampat hilang. Aift membuka sayembara logo buat bisnis Holycow milik mereka sendiri.
Lahirlah nama Holycow Steakhouse by Chef Afit, pada Oktober 2012. Dia tau betul bahwa orang sudah tau kalau Holycow pecah kongsi.
Cuma orang belum tau Holycow yang mana besutan Chef Afit. Yang mana kah Holycow menghadirkan masakan otentik sang Chef. Unik memang, bisnis mereka dioperasi, dan memilih wajah baru berdasarkan keinginan pelanggan.
Cara brand awareness cocok buat kamu yang pisah bisnis. Membuat konsumen sadar bahwa brand mereka baru tetapi tetap memiliki kualitas sama.
Kedua belah pihak sama di mata hukum berhak memakai Holycow. Hal terbaik dilakukan ialah lewat menegaskan brand mereka. Nama by Chef Afit semisal, memberikan ketegasan bahwa inilah Holycow yang bercita rasa awal, racikan tangan Chef Afit.
Perpecahan memberikan dampak kepada keuangan juga. Memulai bisnis tinggal separuh aset, sementara dia sendiri dalam ketidak pastian, ditambah harus menanggung 28 karyawan yang memutuskan ikut Afit.
Dua gerai tersisa ditanganya, maka dia memberi dua sift pendek dan ekstra libur kepada karyawan. Isitilahnya mereka kelebihan pegawai, ketika bisnis mereka memulai ulang bermodal dua gerai. Hingga seorang Angel Investor memberika uluran tangan.
Afit membuka gerai ketiga dibuka di Kelapa Gading. Dimana tujuan menampung tenaga kerja, serta meningkatkan produktifitas. Dua sisi mata koin terjadi ketika Holycow berpisah. Terutama soal kemajuan bisnis.
Singkatnya ketika Holycow satu berbuat ulah. Maka Holycow lainnya dapat terkena dampak. Begitu juga sebaliknya, jika Holycow Afit sukses berprestasi, Holycow satunya juga ikutan mendapatkan kredit.
Pada 19 Mei 2016, seorang pelanggan bernama Lala curhat melalui sosial media Path. Sosial media yang sangat bersifat pribadi tersebut tersebar. Bahwa Lala pernah makan tiramisu MISU yang ikut diguhkan Holycow by Chef Afit, ternyata menemukan cicak!
Pihak Afit segera merespon sampai memutuskan kerja sama. Brand MISU dilepaskan kontra menjadi suplier menu tiramisu. Holycow by Chef Afit kemudian memasang surat terbuka permintaan maaf, dan memberikan klarifikasi.
Masalah begini sering terjadi kesalahan juga datang dari pihak owner. Susah memang jadi pengusaha menghadapi permasalahan. Pernah seorang pelanggan bernama Annisa menemukan ulat. Curhatnya di Twitter pada 7 Januari 2017 membuat heboh.
Dan Afit harus mampu memperbaiki keadaan karena nama brand dipertaruhkan. Lucy Winarno turun tangan menjelaskan termasuk soal “kecoa” di sayur. Dalam tanggapan pihak Holycow menjelaskan itu bukanlah kecoa melainkan sejenis belalang.
Menurut Afit menu makanan sayuran memang perlu sangat diperhatikan. Holycow by Chef Afit selalu tanggap walau masalahnya dari cabang. Lucy memberikan pengalaman penyampaian keluhan cepat tanggap. Walau pelanggan harusnya melapor bukan posting tetap ditanggapi serius dan tidak emosi.
Sayuran organik merupakan menu tambahan dan disuply pihak kedua. Dimana di Malang, sumbernya keberadaan ulat di sayur organik memang mungkin. “Kita ini sekarang memakai bayam organik, kemungkinan adanya ulat memang itu sulit dihindari,” ujar Lucy.