Usaha Modal Patungan Sejuta Jadi Puluhan Juta

Komentar · 167 Tampilan

Mardiana usaha modal patungan sejuta jadi puluhan juta. Pengusaha wanita 39 tahun adalah warga Desa Simbang, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulsel, yang menjadi perintis usaha. Bahkan dia menjadi perintis usaha budidaya jamur tiram di Makassar.

Mardiana usaha modal patungan sejuta jadi puluhan juta. Pengusaha wanita 39 tahun adalah warga Desa Simbang, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulsel, yang menjadi perintis usaha. Bahkan dia menjadi perintis usaha budidaya jamur tiram di Makassar.

 

Orang di sana masih kepikiran kalau semua jamur beracun. Namun kini, kebalikannya masyarakat suka aneka olahan jamur tiram. Mardiana atau yang akrab dipanggil Diana bersyukur. Dia memplopori sampai sekarang menuai hasil.

 

Ibu dua anak yang masih kecil- kecil, ini menjelma menjadi pengusaha sukses. Dia pun mengajak tetangga ikutan budidaya. Mereka diberi pemahaman mengenai jamur tiram. Diajarkan mereka mulai dari persiapan media tanam sampai panen.

 

Target Pasar

 

Diana tak jenuh mengedukasi bahwa jamur tiram lezat, bergizi, dan aman dikonsumsi. Edukasi terus dilakukan sembari terus mengembangkan budidaya. Petani jamur pemula yang melihat boomingnya jamur di Pulau Jawa dan Bali.

 

Diana ikutan belajar mengolah jamur selain menanam. Ada jamur crispy, sup jamur, dan sate jamur, dikembangkan pasca- panen. Diana mengajak ibu- ibu yang menganggur ketika di rumah. Mereka yang sibuk mencari kutu di tetangga, dan duduk- duduk di teras diajak.

 

“Ibu-ibu yang tadinya cari kutu di tangga atau di teras rumahnya kini mereka lebih aktif karena disibukkan usaha jamurnya masing- masing,” kata Diana kepada pewarta Merdeka.com.

 

Dikisahkan dia, suaminya Ahmad, dan seorang teman patungan. Usaha modal patungan sejuta jadi puluhan juta. Temannya ini rekan kerja suaminya di LSM. Bareng mereka patungan di 2010, terus dibelikan 100 baglog dan bibitnya dari Jawa.

 

Mereka bersama meriset usaha buat dijalankan di Makassar. Dan mereka mencari peluang usaha lewat internet. Diana mencari bisnis minimal modal tetapi menguntungkan. Melihat budidaya jamur di Jawa dan Bali berkembang pesat; Mereka menginisiasi.

 

Diana alumni jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin, menyadari bahwa masyarakat Jawa dan Bali suka makan jamur. Dia kepikiran kenapa Makassar tidak. Padahal kuliner di Makassar memiliki cita rasa sama.

 

“Saat itu saya berpikir pokoknya dimulai dulu, belum kepikiran bagaimana pemasaran,” jelas Diana sembari tertawa. Dia seperti masuk ke hutan rimba ketika merintis.

 

Merintis budidaya jamur tiram sempat berpindah tempat. Pertama dia membuka di Kabupaten Bone, tetapi hasilnya pas- pasan. Kemudian dia pindahkan ke Desa Taeng, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Goa, dan dia pindahkan ke Desa Simbang, Kabupaten Maros.

 

Suatu ketika dia iseng melihat ke supermaket buat evaluasi. Dia mencari jamur tiram ternyata ada. Dia melakukan pengamatan siapa pembeli. Diana mencati tau kalangan mana mau beli. Ternyata hasilnya warga etnis Tionghoa banyak membeli jamur tiram.

 

“Akhirnya kita jual ke Pasar China di Jalan Bacan. Suami jual ke sana awalnya dua kilogram. Rupanya laris manis,” ia senang. Kemudian Diana tidak menjual langsung, melainkan penjual akan membeli dari dirinya, atau jadi suplier.

 

Kemudian datang pedagang dari Pasar Sawah dan Pasar Kalimbu. Dan pemasaran hasil panen jamur miliknya meluas. Banyak pedagang datang mengambil dari Diana. Mereka menjadi reseller kemudian dijual ke hotel- hotel dan pasar- pasar.

 

Ada tiga hotel di Makassar sudah disuply petani jamurnya. Diana menjual 400- 500 kilogram perhari. Itu semua merupakan gabungan panen ibu- ibu Desa Simbang, dan usaha dampingan dari Kabupaten Soppeng.

 

Ada 40 ibu- ibu di kawasan Makassar didampinginya. Karena sekarang peminatnya banyak, padahal produksi terbatas, maka satu reseller dijatah 30 kilogram dan seharga Rp.25 ribu perkilogram. Usaha modal patungan sejuta tersebut diberinama Celebes Mushrooms Farm.

 

Tidak cuma jualan jamur tetapi juga berjualan bibit. Diana dibantu 11 orang. Perbulan mereka mampu memproduksi 7 ribu sampai 10 ribu baglog yang dijual Rp.4000 perbaglog. Pembeli bibit dari wilayah Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan Manado.

 

Omzet usahanya Rp.40- 60 juta perbulan dengan keuntungan 40%. Diana yang ahli di bidang IT juga mendapat pesanan dari Brazil dan Inggris. Tetapi dia tidak sanggupi karena keterbatasan produksi. Dia sebagai pengusaha, mempunyai obsesi mengembangkan usaha lebih besar tetapi terbatas dana.

 

Diana bukan tanpa kegagalan. Pernah dia rugi 2000 baglog karena gagal tumbuh. Adapula serangan hama serangga dan jamur liar. Diana mengajarkan, pengusaha harus siap evaluasi, cari solusi termasuk lewat internet, dan jangan panik kalau ada masalah.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Komentar