Bagiamana menjadi pengusaha bonek sendiri. Entah apa yang membuat Tuti begitu nekat. Tuti nekat untuk membuka usaha sendiri. Tapi yang pasti semua ia lakukan untuk ekonomi keluarganya. Meski tak pernah merasakan hidup berwirausaha.
Meski begitu ia tak mau menyerah. Usaha apa yang bisa anda lakukan. Tuti Nurhayati memilih menjadi pengusaha boneka. Meski kecil tapi ini lebih baik dari ketika ia menjadi buruh. Usaha ini telah ia jalani sejak tahun 2001.
Menjadi Pengusaha Boneka
Kisahnya seorang buruh pabrik boneka yang membuat boneka sendiri. Sebuah pabrik boneka asal Korea. Ia mengambil usaha yang masih bisa dilakoni. Tahun 2001, Tuti memulai usahanya hanya bermodalkan apa adanya. Modal awal usahnya tak sampai satu juta rupiah.
Tuti mencoba membuat boneka sendiri. Lalu ia memasarkan produknya ke toko- toko di sekitaran Jakarta. Dari toko ke toko dijalaninya tanpa mengeluh. Satu hal yang pasti pengalaman di pabrik boneka menempa kemampuannya.
Pada saat itu, kebanyakan toko boneka yang ada sudah memiliki suplier tetap dari pabrikan besar. Tidak mudah menembusnya. Ternyata menjalankan usaha sendiri tak semudah dibayangkan Tuti. Di tahun 2006, ia mengalami hampir bangkrut karena modal usaha.
Ditambah pemasaran yang sulit ia tangani. Hingg suatu hari ia mulai rajin mengikuti pameran dan hasilnya lumayan. Nah, setelah lama berjuang, akhirnya sebuah BUMN memberikan bantuan modal untuknya.
Berlajar dari perjalanan bisnisnya. Ia kini memegang prinsip bahwa perlu adanya trobosan. Perlu ada beda di dalam model- model bonekannya yang lebih inovatif. Semua berkat berbagai media seperti televisi, majalah, internet, dan lain sebagainya.
Dengan 25 orang karyawan, Tuti sudah mampu menghasilkan ribuan boneka tiap bulan. Bahkan ketika mengikuti pameran dia bisa mendapatkan 2.000 pesanan. Harga jual boneknya itu beragam dari 10.000 untuk yang termurah sampai 350.000 untu termahal.
Ia mulai mengembangkan model boneka secara periodik. Semua untuk memenuhi keinginan konsumen akan produk berkualitas dan update. Meski begitu ia masih menggarap pasar primadona seperti model beruang atau binatang lain yang lucu dan menggemaskan.
Untuk boneka karakter ia mengaku jarang memproduksi. Karena memang persaingan yang ketat serta hanya musiman. Kini, toko- toko di Mangga Dua sudah mau memajang bahkan menacari- cari produknya.
Wanita asal Sukabumi ini kini bersyukur jerih payahnya terbayar. Ia yang selalu belajar membuat usahanya itu semakin bagus. Meski demikian ia sadar pasarnya penuh persaingan. Usaha yang telah berjalan lebih dari 10 tahun ini menghasilkan margin hingga 10%- 20%.
Usaha dibidang ini memang dinamis, dimana pengusaha harus siap bersaing dengan pabrikan besar atau bersaing dengan produk luar sekalipun. Tuti beruntung menemukan cara menjadi pengusaha.