Usaha keluarga tersebut mengalami pasang surut. Pengusaha karpet Atta Ul Karim membangun bisnis milik keluarga. Ayahnya merintis Al Barkat Oriental Rugs and Carpets, atau Al Barkat Carpets dulu menempati dua ruko kawasan Jalan Fatmawati nomor 28 AA.
Ayahnya bernama Malik Masood Ahmad bekerja keras sampai berdarah- darah. Atta menjelaskan bahwa ayahnya merupakan pembangun fondasi. Dari dua ruko berkembang menjadi lebih luas. Mereka lantas menjadi kepercayaan pejabat dan selebriti.
Pengusaha karpet yang menawarkan harga murah tetapi berkualitas tinggi. Ayah Malik Masood handal dalam menentukan kualitas. “…tapi kalau tanya ayah saya, waduh luar biasa perjuanganya. Istilahnya sampai berdarah- darah,” ujarnya kepada Merahputih.com.
Cara Jualan Karpet
Prinsip kejujuran diajarkan Malik kepada anaknya, termasuk Atta. “Dia baik hati bukan pura- pura. Jadi harga segini, emang harga segini, tidak bisa dikurangi lagi, udah jujur gitu,” ucap Atta. Tertanam dibenak Atta kalau mau naikin harga gak enak, enggak boleh naikin harga tinggi- tinggi.
Atta berkisah bahwa dulu ayahnya merupakan pelopor. Hanya dua sampai tiga penjual karpet berjualan di Jakarta. Malik tak pernah patah semangat. Pandangannya adalah makin banyak persaingan justru akan bagus. Memberikan peluang lebih banyak meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Ayahnya senang ketika orang senang membeli ke tokonya. Senang kalau mereka senang tau bahwa karpetnya berkualitas dan murah. Kini Al Barcat memiliki 27 cabang yang tersebar di 16 kota besar di Jakarta, Medan, Surabaya, dan Makassar.
Al Barkat memilikii strategi bisnis unik. Mereka menyuguhi teh pakistan ketika datang. Walau orang enggak jadi membeli tetap dikasih. Teknik awal Al Barkat ialah berjualan melalui Yellow Pages. Ayah Atta akan menghubungi satu per- satu telephon tercantum, menawarkan karpet.
Atta menjelaskan mereka siap melakukan pesan antar. Atau pengunjung boleh datang ke showroom. Atta muda sudah membantu ayahnya. Ia menawarkan karpet dari Masjid ke Masjid. Mengantarkan memakai mobil sampai bergulung- gulung.
Tak jarang dia membawa karpet pakai motor dipangku. Kini Al Barkat sudah memakai teknik reseller. Syaratnya, reseller harus bertemu Atta sebagai pemilik sekarang, dan pahamilah rumus menentukan harga. Reseller wajib membawa tiga pelanggan dulu.
Atta akan menentukan apakah orang tersebut mampu menjual. Nanati reseller akan dibuatkan kartu nama. Syarat pembelian juga tidak ditentukan. Tidak ada minimal belanja. Tetapi calon reseller harus membawa tiga orang dulu buat bukti.
Pengusaha karpet Atta Ul Karim merupakan kelahiran Pakistan. Ayah dan ibunya ke Indonesia buat berjualan karpet. Atta, yang ketika itu masih 15 tahun, disuruh datang ke Indonesia buat membantu jualan. Tentu Atta remaja sempat merasa sedih karena meninggalkan teman- temannya.
“Kan kalau orang tua ditolong anaknya lebih semangat,” Atta menjelaskan. Menetap di Indonesia, dia menemukan teman dan saudara baru.
Tahun 2009, dia diserahi melanjutkan usaha karpet keluarga. Karpetnya berasal dari berbagai negara di Timur Tengah, ada dari Pakistan, Turki, Iran, Afganistan dan Kazakhstan. Atta sendiri mampu buat menaikan penjualan Al Barkat berkat sosial media.
Ada Twitter dan Instagram membantunya menaikan penjualan. Atta sendiri juga terdampak Covid 19 namun bertahan. Kan orang tinggal di rumah, Atta optimis orang akan tetap membeli karpet. Inilah saatnya kita menikmati kenyamanan di rumah.
Atta tidak pernah mengeluarkan karyawan karena pandemi. Mereka dirumahkan, tetap digaji, jangan memutuskan rejeki orang. Pengusaha karpet Atta Ul Karim percaya bahwa, ada istri- anak yang akan mendoakan rejeki pegawainya. “Sehingga kita pun ikut didoakan,” ucapnya.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.