Menjadi pengusaha sudah mendarah daging dalam keluarga ini. Meneruskan bisnis Anindya Bakrie punya cara berbeda. Dimana dia lebih tertarik mengembangkan lini bisnis media. Anindya fokus di bisnis PT. Visi Media Asia (VIVA), meliputi media TVONE walaupun tidak terlalu disorot.
Perusahaan keluarga Bakrie didirikan sang kakek, Ahmad Bakrie. Perkembangannya pesat menjadi salah satu perusahaan multi nasional. Bisnisnya meliputi bidang pertambangan, migas, infrastruktur, tambang, media dan telekomunikasi.
Kini, Anindya Novyan Bakrie, menjadi generasi ketika mendukung bisnis keluarga. Anin sekaligus menjadi CEO PT. Bakrie Global Venture. Sejak kecil dikenal memiliki keinginan kuat belajar sampai jenjang tertinggi. Anin lulus Northwestern University, mengambil jurusan Teknik Industri.
Bakat Wirausaha Sejak Dini
Putra dari Aburizal Bakrie dan Tatty Murniarti, melanjutkan pendidikan di Stanford Graduate School of Business, mengambil program Global Management Program (GMP). Anin aktif mengikuti aneka organisasi Himpunan Pengusaha Indonesia, Persatuan Renang Indonesia, Kamar Dagang Indonesia.
Keunggulan Anin begitu terlihat ketika usianya 27 tahun. Waktu tersebut dia mampu mengambil alih stasiun televisi ANTV atau PT. Cakrawala Andalas Televisi. Dia didapuk menjadi Presiden Direktur di sini.
“Bisnis kedepan bukan yang besar mengalahkan yang kecil, tapi yang cepat mengalahkan yang lambat,”tuturnya.
Anin mampu menangani masalah dalam stasiun televisi tersebut. Bayangkan harus membawahi satu perusahaan televisi hampir bangkrut. Mereka memiliki hutang Rp.1,4 triliun untuk menaikan saja sangat sulit. Anin memiliki pandangan tersendiri mengenai televisi swasta diluar acara umum kita.
Anin rela mendekati pemilik obligasi hingga kreditur. Ia menyuguhkan konsep meyakinkan bahwa ini akan berhasil. Bahkan berhasil menyumbangsihkan berdirinya PT. Visi Media Asia (VIVA), dengan jaringan media besar termasuk stasiun televisi swasta.
Tidak mudah bagi Anindya Bakrie tumbuh dalam keluarga ini. Beban berat sudah dirasakan karena harus mewarisi bisnis besar. Ketertarikan akan dunia bisnis bukanlah hal instan didapat. Tentu kita sering dengan anak yang tidak tertarik akan profesi orang tuanya.
Kita pernah mendengar anak penyanyi yang memilih tidak bernyanyi. Meskipun sama- sama dalam bidang seni tetapi beda. Bahkan ada orang yang profesinya melenceng jauh dari orang tuanya. Kisah ini juga menjadi bagian terbesar keluarga Bakrie secara keseluruhan.
“Waktu itu sejak masih kecil sudah diajakin diskusi bisnis,” ia menerangkan. Bahkan diskusi ini tiba- tiba muncul ketika makan bubur. Diwaktu senggang tidak jarang Anin kecil mendengar bahasan soal kewirausahaan.
Ada bapak, om- om, dan keluarga besar membahas bisnis. Padahal dia baru berusia 5- 6 tahunan, ya tidak paham sama sekali apa mereka bicarakan. Lama- lama dia timbul konsep mengenai menjadi wirausaha. Ketertarikan tersebut tanpa datang melalui keterpaksaan melainkan ketertarikan.
Lulusan S-1 langsung mendapatkan pekerjaan di Wall Street. Tetapi jangan bayangkan dirinya akan bekerjar enak. Walaupun Wall Street, faktanya ketika dia hitung gajinya dibawah UMR sana, sudah lagi ditambah kerja sampai jam 11 malam.
“Datangnya sih rapi pakai dasi, tapi gaji sedikit,” jelasnya.
Pandangan awam bahwa anak muda tidak mampu menjalankan tugas besar. Sangat sedikit jajaran petinggi perusahaan berusia muda kala itu. Pasalnya senioritas masih dianggap dikalangan eksekutif perusahaan. Dia memiliki pengalaman tetapi tentu tidak sebanyak seniornya.
Menjadi pengusaha muda tidak mudah ketika memulai. Anin mengalami “pandangan” tersebut tetapi tetap berjuang keras. Pada dasarnya ia adalah sosok memiliki rasa keingin tahuan. Alhasil ketika dia harus mengambil alih sebuah stasiun televisi, dipelajarinya perusahaan sampai ke ruang produksi.
Bayangkan kamu mengerjakan bisnis yang hampir bangkrut. Perusahaan televisi swasta yang hanya punya acara seadanya. Mereka hanya mementingkan siaran seadanya tanpa terencana. Apalagi punya hutang mencapai Rp.1,4 triliun; Anin pastilah pusing tujuh keliling.
“Seperti benang kusut,” Anin menerangkan pengalamannya. Stasiun televisi swasta tersebut memang diambil alih dalam keadaan buruk. Anin tidak gentar menghadapi masalah. Maret 2002, dirinya lalu diangkat menjadi Presiden Direktur membawahi ANTV milik PT. Cakrawala Andalas Televisi.
Ia langsung merombak konsep tayangan televisi ini. Anin juga merombak jajaran eksekutif agar lebih berpandangan ke depan. Harus mengubah image ANTV yang memilik acara seadanya. Dia sebagai pemimpin muda punya kelebihan dan kekurangan.
Dia sebagai anak muda tidak punya pengalaman disini. Anin tidak ragu berkonsultasi dengan senior di industri ini, dan juga tidak ragu mengarahkan mereka pegawai senior. Anak muda berarti menjadi lebih kreativitas dan memiliki visi luas.
Anin mengajak semua pemegang kendali berlari kencang. Bersama- sama membangun program baru yang lebih fresh. Hasilnya ANTV mempunyai program unggulan, dan mulai dilirik pemirsa setia. Dia lantas ditunjuk sebagai pemimpin PT. Bakrie Telecom (BTel), melayanai operator jaringan GSM.