Menjadi pengusaha bidang konsultasi masih menjanjikan. Nama Chiat Peng, usianya 34 tahun, memiliki pandangan, “bila dia bisa maka saya bisa!”. Pandangan inilah menjadi modal Chiat Peng maju. Dia gigih dan bekerja keras. Ia bahkan tertantang malukan hal sama dengan pengusaha sukses.
Tertantang menjalankan wirausaha walau tanpa pengetahuan. Nama Chiat Peng masih kecil tidak punya pendidikan menonjol. Tetapi dia memiliki tekat ketika memiliki kemaun. Sampai ketika dia masuk kuliah mulai berprestasi.
Dia lantas menjadi staf pengajar Universitas Tarumanegara. “Saya tidak pernah berpikir untuk mengajar. Dari segi prestasi saya biasa- biasa saja, dari pengalaman mengajar, saya tidak punya apa- apa,” ujarnya lagi.
Chiat Peng mengaku terinspirasi seorang dosen baik. Dia masih muda. Mendedikasikan hidupnya menjadi pengajar. Terinspirasi hingga kagum sampai mulai belajar lebih tekun. Sang dosen lantas mengajaknya menjadi asisten dosen.
Ia selalu tertantang melakukan sesuatu. Di kiri ke kanan, dirasakan butuh tantangan baru, Chiat Peng mulai melirik orang- orang sukses sekitarnya. Mereka makan nasi. Dia makan nasi. Sama- sama makan nasi kenapada dia tidak bisa sukses mereka.
“Mereka kan makan nasi, saya juga makan nasi. Kenapa dia bisa begitu, kok saya tidak bisa? Saya terinspirasi. Suatu hari, mungkin tidak setahun atau dua tahun, tetapi saya pasti bisa seperti itu,” tegas dia.
Chiat Peng bekerja keras hingga menjadi seperti orang disekelilingnya. Maka inilah yang membawa nasibnya sampai ke Negeri Paman Sam. Dia menyandang gelar MBA. Itu berkat kerja keras bahkan sampai menyiapkan diri demi tes TOEFL.
Dia bahkan mengulang tes berkali- kali. Kegigihan mempelajari pelajaran memunculkan kebosanan. Ia tetap belajar dan gigih sampai sukses. Setiba ia di Amerika malah mendapatkan hantaman keras. Krisis moneter mendera dunia termasuk Indonesia.
Kondisi keuangan sulit sampai krisis moneter usai dan masuk reformasi. Ia pun memohon kepada pihak dekan universitas untuk mempercepat studi. Namun disyaratkan harus belajar lebih keras bila dipercepat. Chiat Peng belajar lebih keras dibanding mahasiswa lain.
Ia bekerja paruh waktu menjadi asisten profesor. Juga menjadi staf bekerja di lab. Dia juga mengambil banyak mata pelajaran. Dia sampai bermalam- malam mengerjakan tugas di perpustakaan. Tidurnya beberapa jam saja dan sudah menjadi makanan sehari- hari.
Itu semua dibutuhkan demi menyelesaikan studi cepat. Begitu lulus dia berangkat ke New York buat mencari tantangan lagi. Teman sahabatnya orang Amerika menceritakan impian. Bahwa inilah tanah peluang bila kamu mau berjuang.
“This is land of opportunity. If you say you can work here, you can be successful.” Chiat Peng yakin bahwa akan sukses ketika menginjakan kakinya.
Dalam dua bulan, sesuai ditargetkan, ia menjadi assistant to marketing director di salah satu kantor di New York. Pengalaman menjadi pegawai menempanya bekerja lebih keras. Terutama kendala bahasa harus dapat diatasi berbagai cara.
Inilah batu loncatan karirnya lebih tinggi ketika kembali ke Indonesia. Chiat Peng bijak menyadari ini tidaklah akan mudah. Proses dilaluinya melalui selalu belajar dan bekerja keras. Banyak keluar rumah merupakan cara jitu tetap terinspirasi.
Temuilah sebanyak mungkin pengusaha muda. Balajarlah dari mereka sampai bersemangat kembali dari keterpurukan. Dia tetap menjadi sosok tertantang. Akhirnya Chiat Peng menjadi pengusaha bidang konsultasi. Usaha konsultasi ini yang menspesialkan sales management.
Berbekal pengalaman 10 tahun menjadi modal. Dia menawarkan jasa konsultasi selling skill. Dilihat banyak perusahaan membutuhkan penanganan selling. Pengusaha muda ini kemudian memberikan aneka advice. Ia pun menjadi pembicara sampai menjadi trainer.
Chiat Peng akan membantu perusahaan lain. Inilah sosok trainer sukses yang bernama lengkap, Tjiauw Chiat Peng, trainer sekaligus eksekutif muda aktif.