Panembahan Senopati menjawab, ” aku mendapatkan Lintang Johar di Nglipura.”
Segera Ki Juru mertani bertanya kembali kepada senopati ” apakah lintang Johar itu mampu dapat menghilangkan mara bahaya?”
” tidak paman,” ujar Panembahan Senopati.
” kalau begitu, bertapa lah lagi kau Senopati,” kata ki Juru mertani.
Ki Juru mertani melanjutkan perkataannya ” hanyutkan lah sebatang kayu di sungai, naiklah engkau di atas kayu yang hanyut itu. Setelah kau sampai di Laut Kidul, kau akan menjumpai Ratu Kidul.”
Panembahan Senopati menjalankan apa yang dikatakan Ki Juru mertani. Di dalam Babad Tanah Jawa disebutkan tentang pertemuan panembahan Senopati dan Ratu Laut Kidul. Ratu Laut Kidul bersedia membantu Panembahan senapati dengan bala tentara makhluk halus.
Panembahan Senopati kemudian menemui Ki Juru mertani.
” nah, sekarang apa yang kau dapatkan dari tapamu?”
” benar Kata paman, saya dapat bertemu dengan Ratu Kidul.”
” lantas, apa yang engkau dapatkan?” tanya Ki Juru mertani
” aku diberi minyak jayang katong dan telur degan,” jawab Panembahan Senopati.
” telur yang engkau dapatkan itu berikanlah pada juru taman,” kata Ki Juru mertani.
Singkat ceritera, setelah Ki Juru taman memakan telur yang diberikan oleh Panembahan senopati. Terjadi keanehan dalam diri ki Juru taman. Tubuhnya seketika berubah wujud menjadi raksasa yang besar dan sangat mengerikan.
Cerita Gunung Merapi |
Selanjutnya, raksasa itu ditugaskan menjaga Gunung Merapi. Adapun tempat penjagaannya adalah plawangan. Maka, apabila terjadi bencana yang diakibatkan oleh gunung merapi, raksasa itulah yang menjaga dan menahan agar bencana tidak menjalar ke arah selatan, khususnya keraton yogyakarta. Sebab itulah, lahar yang keluar disemburkan oleh Gunung Merapi tidak pernah mengalir ke arah selatan. Dengan demikian daerah sebelah selatan senantiasa terhindar dari bencana.
Sedangkan minyak jayang ketong diperintahkan agar dibuang, namun sebelumnya dibuka dahulu dan diusapkan pada dua anak laki-laki dan perempuan yang ada di sana. Setelah terkena jayang katong, raga keduanya tidak kelihatan. Anak laki-laki tidak tampak itu dijuluki kyai panggung, sedangkan si anak perempuan menjadi nyai koso.
Sampai sekarang, mereka dipercayai masih setia menjaga beringin putih di utara masjid yang ada di sebelah Selatan jalan.
” jangan takut! Memang aku buaya, tapi asalku manusia sepertimu juga. Aku dikutuk karena perbuatanku yang tercela. Oleh orang-orang aku biasa dipanggil Somad, pekerjaan sehari-hari ku merampok di sungai Tulang Bawang. Semua harta dan benda yang telah ku rampok, semua tersimpan dalam gua ini. Selain itu, di gua ini terdapat terowongan rahasia yang menembus langsung ke desa mu. Tak ada yang mengetahui Terowongan itu.”
Dalam keadaan terkejut dan ketakutan, Aminah berusaha menyimak seluruh perkataan sibuaya. Dan tanpa disadarinya, Aminah telah mendengar Sebuah Rahasia yang dapat memberinya jalan keluar dari gua itu. Walaupun si buaya selalu bersikap baik kepadanya dan selalu memberinya hadiah-hadiah perhiasan, ia tetap tidak kerasan, Dia ingin kembali ke desanya. Aminah berharap untuk dapat meninggalkan sibuaya yang kesepian itu sendiri didalam gua dan segera kembali ke kampung halamannya.
Pada suatu ketika, si buaya perompak tertidur dan membiarkan pintu buahnya terbuka. Aminah segera menggunakan kesempatan itu untuk keluar melalui terowongan sempit itu. Ketika menyusuri cukup lama, tiba-tiba ia melihat sinar matahari. Betapa gembiranya Aminah dapat keluar dari gua itu. Aminah, sigadis yang rupawan itu akhirnya bisa kembali ke desanya dengan selamat. Ya hidup tentram dan bahagia bersama keluarganya.
Harta berlimpah tidak menjamin hidup bahagia, buaya itu kaya raya tapi ia Kesepian dan menderita akibat perbuatannya itu.