Kisah Nyata Pengusaha Warteg Merintis Karir

Komentar · 45 Tampilan

Berikut kisah nyata pengusaha warteg merintis karir. H. Karjo, pria 53 tahun yang sekarang warga Kelurahan Kalinyamat Kulon, Margadana. Pak Karjo menjelaskan merintis usaha warteg itu jangan melihat sekarang. 

Berikut kisah nyata pengusaha warteg merintis karir. H. Karjo, pria 53 tahun yang sekarang warga Kelurahan Kalinyamat Kulon, Margadana. Pak Karjo menjelaskan merintis usaha warteg itu jangan melihat sekarang. 

 
Orang lihat ketika pulang kampung, masyarakat Tegal akan nampak mewah karena telah sukses. Para pemilik warteg tersebut pasti pulang bawa mobil. Tetapi Pak Karjo menjelaskan sempat tidak punya uang. Satu keluarga kesulitan buat makan sekitar 20 tahun silam.
 
“…lihat saja 20 tahun lalu, kami hidup untuk makan saja sulitnya minta ampun,” tutur H Karjo. Orang cuma melihat sekarang ketika sukses disisi usaha.

 

Usaha Warteg

 
Ketika kamu berkunjung ke rumahnya di Kota Tegal akan berbeda. Diman diluar nampak sederhana tetapi siap sangka banyak isinya. Karjo memiliki beberapa mobil jenis kijang berjejer. Sekarang pun masih membangun rumah ditempat lain senilai Rp. 1 miliar.
 
Pastilah awam akan melihat bahwa menjadi pemilik warteg enak. Padahal Karjo sempat tidak punya pekerjaan. Pernah dia menjadi pedagang asongan ketika tiba di tahun 1972. Dia yang merantau lantas ikut bekerja di warteg orang lain.
 
“Kalau boleh dibilang, banyak dukanya pada saat itu. Apalagi setelah menjadi pedagang asongan, saya ngenger (ikut) di tempat usaha warteg orang lain,” imbuhnya.
 
Dia dibayar cuma Rp.60.000 perbulan kadang dibayar kopi. Kadang Karjo dibayar jam tangan atau segelas kopi laken. “Senangnya minta ampun,” celetuk Karjo. Kehidupan merantaunya dilakukan sejak 1985.

 

Pak Karjo bertahap membangun usaha warteg sendiri. Dia banting stir, bersama istrinya mencoba buat mendirikan warteg kecil- kecilan. Karjo membukan warung kecil di kawasan Glodok, Jakarta Barat.

Pasangan suami istri ini tidur bersama menyatu dengan dapur. Bahkan, kalau mau tidur wajib buat mematikan kompor. Warung kontrak dengan biaya sewa Rp. 60.000 pertahun, atau sekarang mah Rp. 9 jutaan.

Kondisi tersebut dilakonai pasangan suami tersebut. Dari waktu ke waktu dijalani tanpa mengeluh malah bersyukur. Ia berkata bahwa suka duka menjadi pengusaha warteg sudah dilalui. Karjo coba menikmati dan meyakini masa depan lebih baik.

Modal Karjo adalah ketekunan menjalankan usaha tanpa mengeluh. Kisah nyata pengusaha warteg merintis karir. Hingga Pak Karjo memiliki tiga warteg berukuran lumayan besar, satu ada di daerah Kemurnia, Jakarta Barat, dua warung di Glodok.

“Ya Alhamdulillah. Berkat karunia Allah, usaha saya sekarang cukup baik,” ucap Karjo. Bersama tumbuhnya waktu, suami dari Hj. Siti Fatimah (44), mampu membangun usaha besar.

Berkat kualitas masakan sehingga digemari masyarakat dan para artis. Dia pernah melayani sosok seperti Taufik Savalas, Mpok Atik, dan Gogon. Itu berkat rasa syukur sehingga masakan wartegnya enak.

Bapak enam putra akan pulang kampung ketika telah musim lebaran. Tentu dia sudah nampak mapan sebab telah sukses. Musim lebaran merupakan tempat berkumpul keluarga. Karjo pun bernazar akan membangunkan rumah buat anak- anaknya.

Ketika ditemani pewarta nampak pria paruh baya berkaos oblong bersarung. Dia ditemani istirinya ketika ditemui di ruang tamu. Ia menjelaskan tengah membangun rumah. Enam rumah dengan nilai miliran rupiah buat tempat bernaung.

Nazarnya termasu menanggap dalang wayang golek Ki Enthus Susmono. Walau berkumpul ketika lebaran saja sangat menyenangkan. Cerita sama ditemui pengusaha warteg lain. Mereka juga bermula bersyukur, contoh H. Casmadi, yang bahkan sudah punya masjid dan pesantren dengan 500 santri.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Komentar