Sukses Rumah Makan Seafood Paotere Pengusaha

Komentar · 10 Tampilan

Ia sukses mendirikan rumah makan seafood Paotere di Makassar. Inilah kisah pengusaha bernama Tawakkal Sirat. Pria 47 tahun yang terlahir dari keluarga sederhana. Ayahnya penjual tas yang tinggal di Pasar Butung, Makassar.

Ia sukses mendirikan rumah makan seafood Paotere di Makassar. Inilah kisah pengusaha bernama Tawakkal Sirat. Pria 47 tahun yang terlahir dari keluarga sederhana. Ayahnya penjual tas yang tinggal di Pasar Butung, Makassar.

 
Usianya masih lima tahun telah ditinggal ayahnya selama- lamanya di 1971. Alhasil dia harus jadi sosok pengganti menjadi tulang punggung keluarga. Peninggalan sang ayah adalah usaha jualan tas kecil- kecilan. Tawakkal menjalankan usaha tersebut karena tidak ada pilihan lain.
 
Ibu Tawakkal, Ugi Daeng Jenne, sepeninggal suaminya menjadi sibuk berusaha juga. Dari sekedar ibu rumah tangga kemudian menjadi juragan becak. Usaha becak ini dijalankan menghasilkan uang cukup. Ini bisa menjadi biaya hidup Tawakkal dan adiknya bernama Hasnah Sirat.

 

Usaha Warung

 
Walupun usaha ini berkembang sampai punya 40 buah becak. Tawakkal tidak berhenti usaha sejak masih kecil. Becak- becak tersebut disewakan ke orang lain. Tawakkal sendiri masih berjualan dan sesakali membantu saudara.
 
Sebenarnya ibu Tawakkal mempunya lima orang anak. Tiga saudara Tawakkal meninggal. Sosoknya menjadi lelaki tunggal bersama ibu dan adik perempuannya. Suatu hari, pamannya yang bernama Hj. Daeng Gessing merasa ingin membantu keluarga ini.
 
Pria 58 tahun ini menawarkan Tawakkal ikut dengannya. Rumah sang paman ini, tidak jauh, hanya di wilayah Ujungtanah, Kawasan Pesisir. Disana dia mengajak pria kelahiran Ujungpandang, 17 Maret 1965 ini, untuk mencoba berdagang khas warung makan.

 

Sembari Tawakkal tinggal nanti juga berjualan warung makan. Tempat makan kecil- kecilan kaki lima di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere, Makassar. Mulai dari saat itu, masih sekolah SMP, ia sudah meracik bumbu, memasak, dan melayani pesanan pada tahun 1980.

“Waktu itu, saya masih SMP, sekolah sambil kerja di warung. Sekarang, tidak ada lagi anak-anak  mau begitu, gengsi-mi,” kenang sang pengusaha.

Jaman memang berubah, dulu dia masih bisa sekolah di SMP Negeri 7 Makassar, dan sembari jualan warung makan. Anak jaman sekarang mana mau memulai dari nol seperti itu. Tawakkal bekerja bila sudah pulang sekolah.

Tidak susah kok, yang terpenting dia bisa membagi waktu, apalagi sekolahnya di Jalan Cakalang yang tak jauh dari usahanya di Jalan Sabutung. Satamat SMP, Tawakkal masih mau bersekolah dari SMA sampai kuliah, sembari membantu pamannya juga menghasilkan bisnis sampingan.

Dia punya sawah lima petak di kampungnya, Labakkang, Pangkep, dan hasil panennya bisa dipakai menambah kuliah. Ia memang sosok pekerja keras. Dia kuliah Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen di LPI Makassar. Tawakkal mengambil jurusan perbankan dan keuangan.

Habis kuliah dia akan berjualan aneka hidangan laut. Tidak malu dia melayani selepas selesai pulang kuliah. Konsep bisnis pamannya ini unik karena tidak menyiapkan lauk. Cuma menjajakan nasi putih, sayur, dan lalapan. Pembeli yang bawa ikan, cumi segar, atau udang buat dimasakan.

Tawakkal kebagian membakarkan buat disantap di warungnya. Itu dulu model pelayanannya karena memang dekat tempat ikan. Yang makan nelayan sehabis pulang dari pelelangan atau melaut. Tubuh mereka bau ikan, kakinya berlumpur, tidak pakai sandal dan menenteng ikan dari pelelangan.

Mereka mungkin kelelahan selepas bekerja dari pagi sampai siang. Pembeli nampak lahap walau cuma makan ikan bakar. Dua belas tahun, Tawakkal menjalankan usaha pamannya, banyak sudah ilmu dia dapatkan.

Dia sudah paham mengenai makanan laut terutama seafood. Tawakkal pun mencoba ambil alih usaha milik pamannya. Dibawanya warung makan itu sedikit labih jauh dari tempat semula. Disulapnya itu menjadi rumah makan.

Sukses rumah makan seafood Paoetere berkat kemampuan adaptasi. Dari kaki lima disulap menjadi rumah makan ruko. Pertama- tama ia menyewa ruko sebelum dibeli nanti. Uangnya belum cukup tetapi dia sudah meyakini rumah makannya sukses.

Ternyata benar dia berhasil membawa warung tersebut lebih maju. Tempatnya bersih dan tidak lagi dipenuhi lalat. Rumah makan bernama Paotere, dulunya tanpa nama, berdiri pada 1992 dengan target pemasaran berubah.

Dulu dia melayani warga nelayan sekarang semua orang bahkan bermobil. Tawakkal memang sudah jago memasak seafood. Bahkan pelangganya ada M. Jusuf Kalla, adalah mantan Wakil Presiden dan sekaligus pengusaha pemilik Kalla Group.

Bapak Aksa Mahmud juga gemar makan di rumah makan seafood Paotere. Dia merupakan salah satu orang terkaya Indonesia dan pemilik Bosowa Berlian Motor, diler mobil Mitsubishi. Bapak Kalla dan Aksa tidak sekedar makan tetapi mengajari Tawakkal berbisnis.

Ini berkat kedekatan mereka menjadi sukses begini. Sehabis makan baik Kalla atau Aksa akan ajak Tawakkal mengobrol soal usaha. Pak Aksa tidak memberikan material tetapi cara mendapatkan itu. Dia memaksa Tawakkal agar membeli ruko tersebut, bukan menyewa.

Alhamdulillah, pada 1997, Tawakkal mampu membeli rukonya denga jerih payah sendiri. “Setiap ketemu (Aksa), saya dipaksa membeli ruko ini,” kenang Tawakkal.

Kesuksesan Tawakkal juga berkat ketidak lupaan akan asal usul. Anak ketiga dari lima bersaudara, yang meminta pamannya pulang ke Labakkang. Ia meminta pamannya pensiun. Diusia segitu, dia merasa sedih, dan tak tega melihat pamannya melayani di warung dan lebih baik dia nafkahi.

Berkat restu pamannya, usaha miliknya kini mampu tumbuh sangat besar. Bahkan makin populer dan banyak dikunjungi orang. Pada 2011, ada manajemen Grand Hotel and Convention Center, yang mengajaknya membuka restoran bernama sama di Jalan Andi Pangerang Petta Rani.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Komentar