Usaha Tas Rajut Pengusaha Jawa Timur Winarsih

Kommentarer · 79 Visninger

Dulu waktu SMA dirinya diajarkan keterampilan merajut dasar. Ini bekal sang pengusaha Jawa Timur untuk membuka usaha tas rajut. Ia mulai menjadikan merajut hobi. Tanpa disadari keahlian Winarsih yang dulu semakin hebat. Dia bahkan mampu membuat rangkaian bunga dari tali rajut.

Dulu waktu SMA dirinya diajarkan keterampilan merajut dasar. Ini bekal sang pengusaha Jawa Timur untuk membuka usaha tas rajut. Ia mulai menjadikan merajut hobi. Tanpa disadari keahlian Winarsih yang dulu semakin hebat. Dia bahkan mampu membuat rangkaian bunga dari tali rajut.

 
Winarsih tidak berharap menjadi wirausaha sukses. Ia hanyalah pegawai perusahaan biasa. Dianggap bahwa keterampilan ini hanyalah sebatas hobi. Namun dia menyadari bahwa merajut bukanlah cuma pelajaran sekolah. Tidak semua orang bisa mendalami dan menghasilkan karya bagus.
 
Menyadari bahwa karya rajutannya disukai banyak orang. Winarsih nekat membuka usaha tas rajut pada 2015 silam. Bermodal Rp.5 juta, dibuatnya sandal rajut yang dikombinasikan sandal kayu. Istri dari Supriyanto, memilih mengundurkan diri dari perusahaan untuk wirausaha.
 
Dia mulai melakukan serangkaian inovasi. Dari produk fashion sampai furnitur dapat dibuat dari tali rajutan. Kemudian berdirilah Win’s Rajut sebagai nama usahanya. Harga jualnya tidak mahal antara Rp.10 ribu untuk ikat rambut sampai Rp.1,2 juta untuk penyekat ruang.

 

Menjadi Pengusaha

 
Produk diproduksi mulai dari sandal teplek, taplak meja, bunga rajut, sepatu, karpet dan lain- lain. Ini sangat variatif alhasil Winarsih mampu menyasar banyak pasar. “Pelan tapi pasti, produk mulai saya pesarkan. Alhamdulillah banyak yang suka produk saya,” senangnya.

 

Dia pun menggandeng ibu- ibu rumah tangga membantu. Winarsih tidak segan pula mengajak anak muda ikut bergabung. Harganya memang terjangkau, UKM asli Desa Karangrejo, Kec. Gempol, Kab. Pasuruan. Ini semua dibuat dengan bahan baku ramah lingkungan dan berkualitas.

Win menggunakan bahan tali nilon yang tidak mudah kotor. Bahannya mudah dirawat dikombinasi bahan alami, seperti batok kelapa untuk kancing atau kayu daur ulang untuk lampu. Tidak cuma ia kombinasikan rajut dengan kayu tetapi juga kulit.

Biar konsumen tidak jenuh maka dilakukan inovasi terus. Ada barang baru setiap dua minggu sekali. “Karena berangkat dari hobi, jadi ingin selalu berinovasi,” tutur Win. Barang laman tidak akan dia produksi lagi. Boleh dibilang produk ini sangat limited edition ya.

Minimal dia akan membuat produk baru setiap dua minggu. Kendala terbesar ialah pemasaran karena tidak semua orang suka handmade. Cuma orang yang punya nilai seni dan menghargai barang artistik seperti ini. Win meyakinkan kamu usaha rajut masih memiliki prospek selama kreatif dan inovatif.

Bersyukur dia mendapatkan perhatian pemerintah melalui Pemkab Pasuruan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Maka produknya dibawa dipasarkan di tiga titik penting, dari Masjid Chengho, Taman Dayu hingga Sentral Bangli, tersebar dari Yogyakarta, Magetan, Madura dan Lampung.

UKM binaan Bedo atau Bali Export Development Organization, yang aktif diajak mengikuti aneka pameran dalam dan luar kota. Dari offline sampai online usahanya berkembang dibantu anak- anak Winarsih. Perempuan 51 tahun yang kin tidak sekedar membuka usaha melainkan tugas sosial juga.

Berbagai media dipakai untuk memasarkan produk- produk unik ini. Sebulan mampu hasilkan omzet sampai Rp.20 jutaan. Sasaran utama produk kerajinanny di kawasan pariwisata. Kalau tidak musim liburan maka omzet bisa lebih rendah.

Win dibantu 20 orang pegawai mengerjakan tiap tahapan. Sebenarnya Winarti mampu membuat itu sendiri. Namun dia membagi- bagikan tugas agar semua bisa mendapat pekerjaan. 20 orang pegawai melakukan pekerjaan borongan, dan 2 orang pekerja melakukan finishing.

Winarti juga bersemangat memberikan pelatihan. Pertama dulu membuat sandal buat dipakai sendiri dilihat tetangga. Sekarang dia mengajak masyarakat ikut membuat sandal rajut. “Saya memerlukan mereka, mereka juga senang,” tuturnya, diman mereka bisa mengerjakan sembari urus rumah.

Pekerjaan bisa dilakukan sembari nonton tv, menjaga anak, atau duduk santai. Sistem kerja borongan membuat kelompok- kelompok binaan sekaligus. Mereka tidak cuma diajak bekerja tetapi diajari buat usaha sendiri.

Pelatihan tidak pandang bulu siapapun boleh ikut, dari 70 orang peserta mungkin cuma 10 serius buat melanjutkan. Tidak apa- apa, Winarsih sudah menjadikan ini sebagai aktivitas sosial. Tidak jarang ia diundang ke desan lain untuk mengajar.

Ada beberapa kelompok binaan di lima desa berbeda. Win juga ikut berdiskusi ide- ide bisnis baru yang mungkin dikembangkan. Dari banyak kelompok binaan tersebut, diharapkan akan munculkan kampung rajut. Tempat masyarakat bisa berwirausaha, memiliki brand sendiri, dan diperdayakan.

Ini akan menjadi komoditas suatu wilayah khususnya Kecamatan Gempol, dan Kabupaten Pasuruan. Desa rajut akan menyerap lebih banyak pekerja melalui usaha. Melalui kampung rajut inilah, dirinya berharap memunculkan para pengrajin besar, hingga mandiri dan membuka lapangan pekerjaan baru.

Berkat aktif mengembangkan wirausaha sosial. Dia diganjar Juara 1 Maslahat Award Kab. Pasuruan,

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Kommentarer