Pengusaha Alumni Gontor ini Pemilik Restoran Seafood

Komentar · 18 Tampilan

Menjadi pengusaha alumni Gontor ini kembangkan usaha seafood. Banyak orang menganggap orang lulusan pesantren cuma jadi guru ngaji. Hal ini dipatahkan pria bernama Edi Supedi, atau yang akrab dipanggil Edoy, dimana sekaligus memataskan pengusaha tidak mesti lulusan universitas.

Menjadi pengusaha alumni Gontor ini kembangkan usaha seafood. Banyak orang menganggap orang lulusan pesantren cuma jadi guru ngaji. Hal ini dipatahkan pria bernama Edi Supedi, atau yang akrab dipanggil Edoy, dimana sekaligus memataskan pengusaha tidak mesti lulusan universitas.

 
Usaha bernama Sekar Seafood berpusat di Bandung. Restoran aneka makanan laut berada di kawasan Sunaraja Braga, Bandung. Awal mulanya Edoy membuka usaha sebisanya tanpa mikir modal. Cepat dia langsung membuka usaha nasi ayam dan sambel gelo.
 
Cepat- cepat pula dirinya banting stir membuka usaha restoran. “Di Bandung pecinta seafood banyak, pemain sedikit,” jelasnya. Dia mengenang 15 cabang ayam gelonya tutup karena masuk zona merah.

 

Usaha Restoran Seafood

 
Agar membedakan seafood lain maka Edoy menghubungi para suplier langsung. Dibawa dari laut Indramayu, langsung fresh diambil dan diolah sehari itu. Pengusaha ini akhirnya mampu membuka cabang pertama. Usaha apapun membutuhkan tekat kuat, tidak terkecuali seafood.
 
Pasang surut bahkan gagal sudah menjadi makanan Edoy. Dia menanggung resiko berbekal yakin dan tekun. Pasti bisa Edoy mampu membuktikan dengan dua cabang. Prinsipnya jangan sekali- kali kamu menyerah. Bahkan menurunkan kualitas demi harga murah untuk menggaet orang.

Konsumen malah akan kabur bila bahan bakunya tidak segara. Karena sangat mempengaruhi rasa dari masakan kamu. Tiap restoran memiliki menu andalan maka begitupula Sekar Seafood. Restoran ini mengandalkan kepiting lada hitam.

 

Walau ini makanan andalan bukan berarti lainnya kurang enak. Justru harus sama enaknya, ya kan selera orang beda- beda, tujuan makanan andalan biar orang gampang. Kalau masuk mereka tinggal mantap memesan kepiting lada hitam.

Eddy Seopendy bersama kakaknya, Aris Widyanto bersama membangun bisnis ini. Ternyata mereka juga senang memasak selain alasan berbisnis. Hobi memasak yang didasari kesukaan keduanya untuk berburu kuliner di Bandung.

Mereka mencicipi makanan, merasakan bumbunya yang disusul perbincangan santai. Tidak cuma makanan seafood semua mereka suka. Ingin rasanya membuat makanan yang bumbu saja dicocol enak. Pakai nasi cukup berlaut bumbu kepiting lada hitam sudah enak pisan.

Kakak beradik ini mencoba memecahkan rahasia setiap makanan dicicipi. Bumbu masak apa serta komposisinya dieksperimenkan dulu. Mereka lantas memasak kemudian ditawarkan melalui Sekar Seafood. Edoy pun tidak segan bergaul dengan chef- chef hotel terkenal.

Edoy mulai bereksperimen, mengganti bumbu ini- itu, dan menemukan komposisi pas. Tidak enggan pula bertanya pengalaman pelanggan. Jadi tidak salah bila ada perusahaan operator seluler memesan sampai 200 porsi. Begitu mendengar pesanan begitu besar maka apa dilakukan Edoy selanjutnya.

Restoran Sekar Seafood tidak akan mampu menampung 200 orang. Tak hilang akal Edoy langsung mencari hotel kenalannya. Tempat terdekat yang biasanya mengadakan acara disulap. Dibawanya para pegawai itu ke sana, dan langsung disuguhi 200 porsi menu seafood langsung.

Kepiting lada hitam, kerang, dan ikan barakuda disajikan. Sempat chef asal hotel tersebut mencicipi kepiting lada hitam. Dia terkaget karena begitu enak kepiting olahan mereka. Berkat kecekatan Edoy nama usahanya semakin berkibar mampu melayani partai besar.

Pelanggan dari Singapura dan Malaysia mampi bila berkunjung ke Indonesia. Orang Bekasi juga mampi ke sini lantaran lebih murah.

Usaha Terus

Mengapa selepas menjadi santri malah memilih wirausaha. Karena menyenangkan orang juga punya nilai ibadah. Tidak sekedar mengejar keuntungan makanya rasa diatas segalanya. Usaha ini sempat tidak menghasilkan, bahkan merugi tujuh bulan berturut- turut karena tidak laku.

Sekarang perhari restoran ini menghasilkan puluhan juta rupiah. Harapannya restoran seafood yang disenangi semua orang berbagai usia. Ke depan, ia memilih membuka usaha lain, lini bisnis baru yang masih kuliner berkonsep nasi kuning.

Sebelum menjadi Sekar Seafood aslinya usaha makanan khas Indramayu. Dimana Edoy membawa nama Si Ratu Pedes Bebek Belur. Usaha bersenjatakan menu gomyang, sup kepala ikan dan makanan Indramayu lain.

Berjualan gomyang tidak mudah karena belum dikenal. Satu porsi gomyang dijual Rp.70.000. Tiga bulan pertama usahanya babak belur. Dia bahkan menanggung minus Rp.15 juta karena tak laku. Ini karena warga Bandung belum tersosialisasi.

Butuh waktu lama mengenalkan cita rasa gongyam ke lidah masyarakat Bandung. Alhasil tiga bulan itu dia harus menanggung hutang gaji karyawan, listrik, air dan sewa tempat. Edoy meyakinkan ini enak tidak kalah sama masakan kepala kakap.

Begitu membuka usaha baru mereka belajar dari pengalaman. Termasuk memotong rantai bahan baku yang jauh. Ini biar kedapan mereka dapat dengan mudah membeli bahan. Mereka pun mengajak kerja sama 25 mitra nelayan pemasok kepiting, cumi, kerang, dan kepiting.

Mereka pun mengolah udang windu yang berasal dari tambak. Edoy membeli harganya dengan tinggi karena langsung. Edoy sendiri semenjak awal tidak sembarangan mengambil. Tidak ada jaminan barangnya bagus karena tergantung alam.

Maka bila barang bagus seberapapun akan dibelinya untuk dijual. Ia berani menjamin bahan bakunya segar. Edoy juga belajar bahwa kapal nelayan kecil lebih baik. Nelayan yang menangkan secukupnya tidak berlebihan.

Alhasil tangkapan nelayan berperahu kecil selalu mebawa ikan segar. Nelayan besar akan berada di lautan sampai 45 hari. Nelayan kecil sore barangkat dan pagi kembali mensetok ikannya. Ke depan ia tinggal menaklukan Jakarta, sudah ada tempat seluas 3000 m2 disiapkan tahun depan.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

 
Usaha bernama Sekar Seafood berpusat di Bandung. Restoran aneka makanan laut berada di kawasan Sunaraja Braga, Bandung. Awal mulanya Edoy membuka usaha sebisanya tanpa mikir modal. Cepat dia langsung membuka usaha nasi ayam dan sambel gelo.
 
Cepat- cepat pula dirinya banting stir membuka usaha restoran. “Di Bandung pecinta seafood banyak, pemain sedikit,” jelasnya. Dia mengenang 15 cabang ayam gelonya tutup karena masuk zona merah.

 

Usaha Restoran Seafood

 
Agar membedakan seafood lain maka Edoy menghubungi para suplier langsung. Dibawa dari laut Indramayu, langsung fresh diambil dan diolah sehari itu. Pengusaha ini akhirnya mampu membuka cabang pertama. Usaha apapun membutuhkan tekat kuat, tidak terkecuali seafood.
 
Pasang surut bahkan gagal sudah menjadi makanan Edoy. Dia menanggung resiko berbekal yakin dan tekun. Pasti bisa Edoy mampu membuktikan dengan dua cabang. Prinsipnya jangan sekali- kali kamu menyerah. Bahkan menurunkan kualitas demi harga murah untuk menggaet orang.

Konsumen malah akan kabur bila bahan bakunya tidak segara. Karena sangat mempengaruhi rasa dari masakan kamu. Tiap restoran memiliki menu andalan maka begitupula Sekar Seafood. Restoran ini mengandalkan kepiting lada hitam.

 

Walau ini makanan andalan bukan berarti lainnya kurang enak. Justru harus sama enaknya, ya kan selera orang beda- beda, tujuan makanan andalan biar orang gampang. Kalau masuk mereka tinggal mantap memesan kepiting lada hitam.

Eddy Seopendy bersama kakaknya, Aris Widyanto bersama membangun bisnis ini. Ternyata mereka juga senang memasak selain alasan berbisnis. Hobi memasak yang didasari kesukaan keduanya untuk berburu kuliner di Bandung.

Mereka mencicipi makanan, merasakan bumbunya yang disusul perbincangan santai. Tidak cuma makanan seafood semua mereka suka. Ingin rasanya membuat makanan yang bumbu saja dicocol enak. Pakai nasi cukup berlaut bumbu kepiting lada hitam sudah enak pisan.

Kakak beradik ini mencoba memecahkan rahasia setiap makanan dicicipi. Bumbu masak apa serta komposisinya dieksperimenkan dulu. Mereka lantas memasak kemudian ditawarkan melalui Sekar Seafood. Edoy pun tidak segan bergaul dengan chef- chef hotel terkenal.

Edoy mulai bereksperimen, mengganti bumbu ini- itu, dan menemukan komposisi pas. Tidak enggan pula bertanya pengalaman pelanggan. Jadi tidak salah bila ada perusahaan operator seluler memesan sampai 200 porsi. Begitu mendengar pesanan begitu besar maka apa dilakukan Edoy selanjutnya.

Restoran Sekar Seafood tidak akan mampu menampung 200 orang. Tak hilang akal Edoy langsung mencari hotel kenalannya. Tempat terdekat yang biasanya mengadakan acara disulap. Dibawanya para pegawai itu ke sana, dan langsung disuguhi 200 porsi menu seafood langsung.

Kepiting lada hitam, kerang, dan ikan barakuda disajikan. Sempat chef asal hotel tersebut mencicipi kepiting lada hitam. Dia terkaget karena begitu enak kepiting olahan mereka. Berkat kecekatan Edoy nama usahanya semakin berkibar mampu melayani partai besar.

Pelanggan dari Singapura dan Malaysia mampi bila berkunjung ke Indonesia. Orang Bekasi juga mampi ke sini lantaran lebih murah.

Usaha Terus

Mengapa selepas menjadi santri malah memilih wirausaha. Karena menyenangkan orang juga punya nilai ibadah. Tidak sekedar mengejar keuntungan makanya rasa diatas segalanya. Usaha ini sempat tidak menghasilkan, bahkan merugi tujuh bulan berturut- turut karena tidak laku.

Sekarang perhari restoran ini menghasilkan puluhan juta rupiah. Harapannya restoran seafood yang disenangi semua orang berbagai usia. Ke depan, ia memilih membuka usaha lain, lini bisnis baru yang masih kuliner berkonsep nasi kuning.

Sebelum menjadi Sekar Seafood aslinya usaha makanan khas Indramayu. Dimana Edoy membawa nama Si Ratu Pedes Bebek Belur. Usaha bersenjatakan menu gomyang, sup kepala ikan dan makanan Indramayu lain.

Berjualan gomyang tidak mudah karena belum dikenal. Satu porsi gomyang dijual Rp.70.000. Tiga bulan pertama usahanya babak belur. Dia bahkan menanggung minus Rp.15 juta karena tak laku. Ini karena warga Bandung belum tersosialisasi.

Butuh waktu lama mengenalkan cita rasa gongyam ke lidah masyarakat Bandung. Alhasil tiga bulan itu dia harus menanggung hutang gaji karyawan, listrik, air dan sewa tempat. Edoy meyakinkan ini enak tidak kalah sama masakan kepala kakap.

Begitu membuka usaha baru mereka belajar dari pengalaman. Termasuk memotong rantai bahan baku yang jauh. Ini biar kedapan mereka dapat dengan mudah membeli bahan. Mereka pun mengajak kerja sama 25 mitra nelayan pemasok kepiting, cumi, kerang, dan kepiting.

Mereka pun mengolah udang windu yang berasal dari tambak. Edoy membeli harganya dengan tinggi karena langsung. Edoy sendiri semenjak awal tidak sembarangan mengambil. Tidak ada jaminan barangnya bagus karena tergantung alam.

Maka bila barang bagus seberapapun akan dibelinya untuk dijual. Ia berani menjamin bahan bakunya segar. Edoy juga belajar bahwa kapal nelayan kecil lebih baik. Nelayan yang menangkan secukupnya tidak berlebihan.

Alhasil tangkapan nelayan berperahu kecil selalu mebawa ikan segar. Nelayan besar akan berada di lautan sampai 45 hari. Nelayan kecil sore barangkat dan pagi kembali mensetok ikannya. Ke depan ia tinggal menaklukan Jakarta, sudah ada tempat seluas 3000 m2 disiapkan tahun depan.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Komentar