Sakit Hati Jadi Pengusaha Kisah Applecoast Clothing

Komentar · 77 Tampilan

Tiap kesukses memiliki kisah berbeda masing- masing. Adidharma Sudrajat sakit hati, dan bertekat menjadi pengusaha. Dia mengingat ketika mengunjungi sebuah mall di Bandung. Adi disana melihat jaket dan kaos seharga Rp.1,5 juta. Dia kemudian bertekat membuat produk jaket dan kaos sendiri.

Tiap kesukses memiliki kisah berbeda masing- masing. Adidharma Sudrajat sakit hati, dan bertekat menjadi pengusaha. Dia mengingat ketika mengunjungi sebuah mall di Bandung. Adi disana melihat jaket dan kaos seharga Rp.1,5 juta. Dia kemudian bertekat membuat produk jaket dan kaos sendiri.

 
“Saya pengen punya baju bagus itu tapi saya gak punya uang,” ceritanya.
 
Adi baru pulang dari Turki, setelah lama menetap dan berkuliah suatu pristiwa terjadi. Bisnis kedua orang tuanya di bidang konstruksi bangkrut. Dia terpaksa mengundurkan diri dari perkulihan. Cuma ada uang sedikit yang tersisa di tabungan.
 
Dia tidak berani menggunakan uang tersebut. Jujur Adi sangat naksir akan jaket dan kaos tersebut. Ia sangat naksir produk keluaran brand ternama itu. Demi bisa melanjutkan jenjanga pendidikan, dia bertekat berjualan bolo di pinggir jalan, dan berkuliah di Universitas terbuka.
 

Pengusaha Brand Clothing

 
Jaket dan kaos tersebut membekas di dalam hatinya. Adi jadi ingin membuka bisnis clothing sendiri. Tapi dia tidak memiliki pengalaman atau kenalan yang bisa menolong. Dengan penuh percaya diri, Adi nekat berjalan menuju tempat shopping, dengan sok akrab mendekati “kompetitor”.
 
“Kalau mau bisnis jangan malu- malu tanya, main ke tempat shopping, di sana tanya gimana cara bisnisnya, sharing bahan yang bagus dan darimana dapatnya,” kenang Adi.
 
Dia memberikan tips menjadikan kompetitior teman. Tahun 2013, bermodal uang tabungan Rp.5 juta, dan dimulailah produksi kaos. Uang dua juta disisihkan guna membuat website mumpuni. Sisa Rp.3 juta digunakan produksi, menghasilkan 4 lusin kaos.
 
Ia terlahir dari keluarga berada tetapi mengalami kebangkrutan. Dulu pengusaha properti sampai bisa berhutang miliaran rupiah. Pemuda kelahiran 21 Februari 1991 yang pula ke Indonesia, karena sudah tidak mungkin lagi kuliah di Eylul University, Izmir Turki.

 

Dari kehidupan nyaman sekarang malah berjuang mencari uang. Pernah dua bulan berjualan kue bolu di pinggiran Kota Bandung. Hasilnya tidak memuaskan, maka Adi berganti memilih membuka usaha percetakan. Dimana Adi mendapatkan pelanggan pertama lumayan menghasilkan.

Perusahaan camilan pedas memesan kemasan plastik dari percetakan. Tetapi berjalannya waktu, tidak lagi memesan karena sudah berganti model kemasan. Adi kehilangan pelanggan sekaligus tidak bisa menaikan level. Bisnis clothing merupakan buah pemikiran mendadak ketika melihat jaket dan baju.

Dia terinspirasi brand ternama untuk membuka bisnis clothing. Kenapa tidak membuat baju sendiri ketimbang membeli. Nama Applecoast merupakan hasil Sholat Isigharah Adi. Dari 50 nama yang didapatkan, nama Applecoast yang berhasil meresap di hati sampai terbawa mimpi selepas Sholat.

Total butuh waktu setahun sampai benar- benar mampu terjual habis. Dari pemilihan bahan, desain kaos belajar dari Youtube, dan menerapkan marketing. Adi rela berkeliling menjual ke teman dekat dan mampir ke toko- toko.

Semenjak peluncuran, tepatnya pada 20 April, bisnisnya telah berkembang pesat. Dari 4 lusin kaos langsung diborong habis. Tanggal tersebut lantas menjadi standar produksi desain utama nanti. Entah kenapa setiap tanggal tersebut, semua produk yang diluncurkan akan laris manis terjual.

Awalnya dia mengerjakan semua sendiri dari desain, produksi, dan pemasaran. Agar cepat membesar Adi menerapkan konsep kemitraan. Tujuannya agar mempercepat mengumpulkan modal. Bahkan ia rela menggarapkan brand lain, dengan harapan mempercepat produksi brandnya nanti.

Adi mendapatkan tawaran komisi 25% dari produksi. Ada berbagai tawaran bahkan datangnya dari brand asal Amerika. Berkat model bisnis ini, Adi mendapatkan untung Rp.23 juta dan segera diputar ke brandnya Applecoast.

Bertahap ia melepaskan diri dari brand yang menyewa jasanya. Dia lebih memilih mengerjakan brand Applecoast. Kemampuan Adi meningkat dari segala aspek termasuk desain. Hasilnya, Applecoast mampu mencetak omzet Rp.23, disusul habis masa kontraknya dengan brand- brand lain.

Mengembangkan Brand

Kisah berlanjut ketika dirinya menemukan sosok Tavan Dutton. Bule asal London yang tengah sibuk berkuliah di Indonesia. Adi bertemu sosoknya ketika tengah jalan- jalan di mall. Saat itu tampilan Adi telah berbeda, memakai kaos dan aksesoris khas anak skateboard.

Dia menemui sang bule kemudian berkenalan. Mereka saling bertukar nomor bahkan berjanji akan bertemu lagi. Adi iseng memberikan topi sampai baju gratis buat Tavan. Kemudian Adi meminta foto bule tersebut bersama produknya.

Siapa sangka sang bule mempositing fotonya ke sosmed dan viral. Dia menyebarkan produk itu ke teman- teman bulenya. Adi mulai kebanjiran order semenjak pristiwa tersebut terjadi. Applecoast lalu dibawah bendera PT. Dharma Adi Mandiri, yang menjadi salah satu brand ternama Indonesia.

Applecoast menjadi pemain clothing lokal sekala nasional. Tidak hanya berhenti di situ, lewat dunia maya, Adi mampu menggaet pembeli luar negeri. Melalui email pesanan dari negara Kentucky pun datang. Sampai Applecoast dipanggil mengikuti pameran streetwear di California, Amerika.

Nama pameran sekala internasional tersebut Agenda Show. Diikuti brand- brand kelas dunia, seperti Billabong, Nike, dan Quicksilver. Mereka akan memajang topi, t- shirt, jaket, sweater, kaus kaki, dan sepatu. Brand Applecoast yang bersanding dengan mereka menjadi kebanggaan tersendiri.

Adi sempat kebingungan menghadapi undangan tersebut. Dia nekat berangkat kesana meski terpaksa menjual mobil, dan mencari sponsorship untuk membiayai. Karena tidak paham mengenai keadaan di sana. Adi lantas mengontak pembeli asal Kentucky dan meminta bantuan.

Konsumen asal Kentucky tersebut telah menjadi mitra penjualan. Mancanegara mungkin telah sukses dirambah produk Applecoast. Tetapi Adi tetap memperhatikan pesar dalam negeri. Ia menawarkan sponsorship bagi komunitas olahraga ekstrem.

Adi penggemar olahraga ekstrem seperti skateboard, longboard, dan surfing. Total ada 14 atlet bidang olahragam ekstrem yang disponsori. Di sosial medianya, Applecoast membranding dirinya menjadi produk streetwear. Ia lantas membentuk komunitas beranggotakan pecinta olahraga ekstrem.

Nantinya anggota komunitas akan mendapatkan aneka diskon. Applecoast menyasar pasar usia 18- 35 tahun. Perbulan Applecoast menghasilkan 40 desain terbaru. Mereka memiliki 17 agen distribusi dari Jakarta, Bandung, Bali, Makassar, Banjarmasin dan Samarinda.

Adi tidak pernah berputus asa walau kedepan persaingan samakin ketat. Dia menyadari masyarakat kelas menengah menyukai merek luar. Adi mengalami kesulitan menjual di dalam negeri. Pasalnya, hampir semua toko menerapkan sistem titip jual, dan terkadang pembayar telat.

Berbeda brand luar, mereka dijual sistem beli putus, alhasil cepat memutarkan modal. Begitu banyak tantangan menjual di dalam negeri. Walau bagitu dia memenangkan perjuangan dalam kehidupan ini. Berkat ikut Agenda Show, acara yang berkonsep B to B tersebut, memberikan suatu peluang besar bagi Applecoast.

Dia berhasil menggaet 17 toko sekaligus, dan meneken kontrak menjual beli putus. Applecoast tidak membuat kembali desain lama. Dimana 70% hasil produksi atau sekitar 15- 20 ribu, fokus dijual ke Amerika. Maka Adi menjadi miliarder diusia sangat muda, yang beromzet mencapai Rp.1,2 miliar.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Komentar