Jauh sebelum “booming” nya bisnis jamur yang naik daun. Pencipta jamur crispy wirausaha muda mandiri, yang telah terlebih dahulu terkenal dari jaman now. Namanya Tririan Artianto, pemuda yang tercatat salah satu pemenang di ajang Wirausaha Muda Mandiri 2009 silam.
Mimpi yang tertunda
Bukan perkara mudah dia menyadari bisnis keripik tak berhasil. Saat itu, di Surabaya sedang musim kentang goreng yang ditaburi bumbu. Rian lantas berpikir kenapa tidak diganti jamur. Inilah cikal pencipta jamur crispy. Dia langsung mengutarakan niatnya kepada sang teman pedagang jamur.
Temannya tersebut setuju untuk membantu Rian berbisnis. Mereka lalu mencari resep yang pas enak. Keduanya kemudian patungan dan terkumpul Rp.35 juta. Modal itu dibelikan stan, peralatan masak, dan bahan baku. Kemudian lahirlah jamur crispy yang kering dibalut mayones dan saos sambal.
Pencipta Jamur Crispy
Camilan jamur ini begitu populer di Surabaya pada 2010 -an. Dia membuat gorengan jamur lengkap dengan tepung goreng. Ryan kemudian memberi topping diatas jamur- jamur itu, mulai dari sambal mayones hingga saos sambal. Kudapan kreasi Ryan yang kemdian diberi nama Mushroom Factory.
Insinyur telekomunikasi yang semakin sukses berkat jamur. Dia mengembangkan produk olahan agar beda. Bukan membuat keripik jamur, dia memilih menggoreng dengan taburan aneka saos. Total ia mengantongi omzet Rp.80 juta sampai Rp.100 juta.
Nekat ia membuka satu gerai pada tahun 2008 silam. Bermula dari pembeli yang penasaran akan jualan Mushroom Factory. Hingga mereka yang akhirnya ketagihan buat membeli lagi. Harga satu porsinya masih Rp.7000 -an. Butuh cuma tiga bulan, Rian bisa membuka empat gerai berturut- turut.
Jujur dia tak paham namanya sistem waralaba. Itu karena memang jarang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Contohnya yang sukses juga terbatas itupun kurang menarik. Hingga munculah nama pemilik Baba Rafi, Hendy Setyono, yang menunjukan kita semua bisa sukses dimasa muda.
Mulai November 2009, ia menawarkan konsep kemitraan untuk Mushroom Factory. Alhasil dia bisa membuka cabang di kota lain. Ini sangat cepat sehingga membuat dia lumayan khawatir. Terutama bila melihat sasarannya membuka bisnsi premium.
Orang yang bergabung harusnya tidak sembarangan membuka. Ingin rasanya dia membuka gerai di mall seperti di Surabaya. Sayangnya biaya sewa bisa sangat mahal sampai Rp.7 juta perbulan. Ia juga khawatir soal standarisasi, karena ia cuma mensyaratkan 70:30 tanpa menganggu jalannya bisnis.
Rian mampu menggaet enam perwaralaba. Ia juga khawatir bila malah rekan pewaralabanya merugi. Maka pengusaha muda ini menghitung ulang rencana waralabanya. Untuk memasarkan waralaba, ia memanfaatkan website perusahaan, dan menjual lewat Facebook atau milist.
Rian tidak membuat keripik jamur, malahan mengemas ini menjadi jajanan premium. Dia mengemas produk Mushroom Factory agar premium. Tidak berhenti berkreasi, Rian yang sukses menyebut namanya Mushroom Factory, juga menyajikan enoki, brokoli, bawang bombay, dan lainnya.
Walau bisnis tersebut berjalan tetapi belum diakui. Butuh setahun hingga ia bisa meyakinkan kedua orang tua. Anggapan bahwa jadi pengusaha naik turun menkhawatirkan. “Apalagi setelah bisnis saya masuk koran dan televisi,” ia senang, akhirnya dia bisa meyakinkan kedua orang tuanya itu.
Orang terlanjut mencap pengusaha hidupnya naik- turun. Mereka mengaggap pengusaha memiliki pendapatan tak stabil. Dia bertahan dengan memperbanyak varian produk. Rian mulai menjual sosis dan nugget, yang kesemuanya berbahan sama yakni jamur.
Merambah Bisnis Lain
Menjalankan usaha tanpa sepengetahuan orang tua. Rian lebih memilih untuk bilang masih bekerja di perusahaan. Padahal bisnisnya menghasilkan uang yang cukup besar. Bahkan melebihi apa yang dia dapatkan dulu. Orang tuanya tak sanggup mengetahui anaknya bukan pegawai perusahaan.
Mereka selalu menyuruh Ryan mencari pekerjaan. Dia berpura- pura bekerja di perusahaan. Padahal dia seharian mengurusi Mushroom Factory. Penolakan orang tua bukanlah hambatan Ryan berkarya. Menurutnya hambatan terbesar ialah pola pikirnya yang masih pegawai.
Mushroom Factory berjalan baik hingga Rian percaya diri. Ia pun memberi tau kedua orang tuanya. Berkat bukti berita koran dan televisi, dia mampu meyakinkan kedua orang tuanya untuk menjadi pengusaha. Mendapatkan restu bisnis Rian semakin moncer dengan aneka inovasi.
Ia menganalogikan pengusaha sebagai perenang. Belajar tekstual saja tidak cukup, orang butuh untuk terjun langsung berbisnis. Kesulitan finansial bukanlah hal baru bagi wirausahawan. Dia pernah kesulitan uang sewa tempat. Uang tabungan menikah pun dijadikan taruhan untuk menyewa tempat.
Usaha berkembang pesat sampai dia bisa membuka cabang. Begitu memakai konsep waralaba, bisnis Mushroom Factory seperti terbang. Ryan sekarang bisa membuka usaha lain sebagai tambahan. Dia meniru pengusah lain, bahwa satu bisnis bisa tidak cukup yang terpenting ada kemauan.
Rian melebarkan sayapnya menjadi produsen dan ditributor jajanan. Produk bernama keripik jamur Tiramizzu. Keripik jamur yang diapresiasi masyarakat dengan baik. Bulan pertama produksi, dia maemproduksi 1000 kemasan keripik, yang dijual ke seluruh Indonesia seharga Rp.12.000.
Tak berhenti berjualan jamur saja tetapi produk lain. Rian merambah menjadi agen sendal, investasi telekomunikasi, dan memiliki 6 gerai waralaba outlet teh poci. Lalu dia berencana menyulap tanah didekat rumahnya menjadi pesantren wirausaha.
Ia betah menjadi pengusaha. Meskipun masih banyak orang menawari dia bekerja. Justru ketika dia menganggur susah dapat pekerjaan. Sekarang dia malah ditawari pekerjaan bidang telekomunikasi, bahkan sampai ke luar negeri dengan gaji tinggi, tetapi tetap gaji sebagai pengusaha lebih banyak.
Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.