Pengusaha Perempuan Di Bidang IT Ita Yulianti

Komentar · 41 Tampilan

Adakah pengusaha perempuan di bidang IT. Dunia usaha telekomunikasi dan IT bukan lagi monopoli kaum Adam. Ita Yulianti telah berhasil membuktikan dirinya melalui PT. Alita Praya Mitra. Ia menjadi pioner mematahkan anggapan lama. 

Adakah pengusaha perempuan di bidang IT. Dunia usaha telekomunikasi dan IT bukan lagi monopoli kaum Adam. Ita Yulianti telah berhasil membuktikan dirinya melalui PT. Alita Praya Mitra. Ia menjadi pioner mematahkan anggapan lama. 
 
Pasarnya tak lagi cuma Indonesia, memulai dari nol, ia memulai semuanya dari rumahnya. Debut pertama bukan di wilayah domestik menjadi nilai berbeda. Dia mengambil proyek di wilayah konflik seperti Kamboja. 
 
Luar biasa keberaniannya mengambil resiko itu berbuah kepercayaan menangani proyek- proyek lain. Omzetnya tak lagi jutaan tapi miliaran rupiah.
 

Kisah Pengusaha

Setelah lebih dari 14 tahun berkecimpung lebih dari 14 tahun di dunia industri telekomunikasi. Akhirnya, Ita bisa mandiri melalui PT. Alita Praya Mitra. Barulah ia berani mengembangkan sayapnya menjadi seorang wirausahawan setelah cukup lama mengenal dunia IT. 

 
Perusahaan yang didirikan pada Juni 1995 ini bergerak memang di bidang telekomunikasi. Berawal dari sebuah ruang kerja rumah Ita Yulianti, PT. Alita Praya Mitra kemudian berkembang menjadi perusahaan bertaraf internasional.

 

Proyek pertama yang ditangani oleh PT. Alita Praya Mitra adalah membangun infrastruktur telekomunikasi di negara Kamboja. “Pada saat itu di Kamboja relatif belum aman. Banyak ranjau dimana-mana. 

 
Tapi bersama 20 teknisi yang dibawa ke Kamboja, proyek bisa berhasil diselesaikan,” tutur Ita Yuliati, Presiden Direktur PT. Alita Praya Mitra. Perkenalannya dengan dunia telekomunikasi dan teknologi informasi memang sejak masih berkuliah.

 

Dia langsung masuk ke dunia ini, menjadi karyawan selama bertahun- tahun. Begitu lulus di tahun 1983 -an, perempuan asli Bandung bekerja di PT Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI). Disini ia diterjunkan di bagian transmission engineering. 

 
“Saya berkembang dan belajar banyak hal di PT. INTI karena dilibatkan di berbagai proyek. Saya mengenal lingkungan industri telekomunikasi secara keseluruhan juga saat di inti,” ungkapnya.

 

Ketika ditanya apakah menunggu market dulu baru bikin perusahaan? atau sebaliknya. Ita dengan mantap menjawab, “bikin perusahaan dulu,” jawabnya. Dia berkaykinan market bisa dicari, dan butuh kepercayaan. 

 
Oleh sebab itu proyek pertamanya bisa dibilang sepele di negara kecil Kamboja. Namun, jangan salah, satu hal kecil ini mulai mengambil hati market atau pasar. Menunjukan profesionalitas sebuah perusahaan baru jadi wajib ditangan wanita satu ini.

 

“Memang saat itu kepercayaan diri sedang tinggi-tingginya. Tapi buat saya menjalani hidup ini ya, dijalanin aja. Dan saya punya tekad bahwa dengan niat baik, dan dengan suatu usaha kita akan memperoleh hasil,” jelas Ita melalui alita-indonesia.com, situs informasi perusahaannya.

Sebagai satu-satunya perusahaan yang mengerjakan proyek infrastruktur telekomunikasi seperti switching, produksi telepon dan fiber optic, di perusahaan ini pula Ita mengenal vendor telekomunikasi terkemuka asal Jepang, NEC. 

 
Setelah menikah, Ita harus mengikuti suami pindah ke Jakarta yang membuatnya harus resign dari PT INTI di Bandung setelah 7 tahun bekerja. Selanjutnya ia bergabung dengan PT Nasio SDN Electric, salah satu perusahaan telekomunikasi swasta pertama di Indonesia yang berdiri pada tahun 1969.

 

Perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan infrastruktur telekomunikasi ini, memang menempatkan Ita Yuliati berada di tempat yang didominasi oleh laki-laki. “Saya tidak merasa harus berkompetisi di dunia laki- laki. 

 
Namun saya yakin dengan profesionalisme dan kompetensi yang tinggi dengan sendirinya orang akan melihat,” tutur Ita Yuliati. Baru ketika mundur dari Casio inilah perusahaan yang dirintisnya maju. Benar kata orang bahwa bisnis tak boleh menjadi sambilan begitu berdasarkan pengalamannya.  
 
Walau terbilang perusahaan baru, Alita tak kesulitan mendapatkan klien. Langkah pertamanya diawali ketika Indosat mengadakan Joint-Venture Company dengan MPTC, yaitu perusahan telekomunikasi di Kamboja menjadi operator fixed line dan tengah membutuhkan mitra untuk melaksanakan pekerjaan infrastruktur.

 

Bisnis komunikasi

Di proyek pertama mereka diberi tugas membuat desain dan konsep, namun lama- kelamaan malah Ita dan timnya dipercaya mengerjakan semuanya. Mereka mengerjakan semuanya dari desain, konsep, dan selesai, meski saat itu Kamboja tengah dalam keadaan perang. Ita memberanikan diri menerima proyek tersebut.

“Saat di Kamboja saya melihat situasi Kamboja mirip Indonesia 30 tahun yang lalu. Jadi buat saya ini masih ada kesempatan untuk tumbuh. Letak geografisnya juga bagus dan mereka dulunya juga kaya. Jadi saya putuskan untuk mengambil tugas itu. Tapi saya mulai dari hal kecil. Saya tidak ingin memulai dari yang besar,” jelasnya. 

 
Ita menambahkan awalnya mereka akan menjadi konsultan tapi malah ikut pemasangan instalasi. Ia langsung membawa pekerja sambilan sebanyak 20 untuk tambahan timnya. 
 
Di domestik, Ita memulai di Jawa Tengah dimana Alita mendapatkan kepercayaan untuk memberikan jasa telekomunikasi  oleh PT. Telekomunikasi Indonesia, TBK divisi regional IV yaitu wilayah Jawa Tengah-DI Yogyakarta. 
 
Tak lama setelah itu Alita mulai mendapat banyak tawaran. Mulai dari membangun menara base transceiver system (BTS) dari IM3 Indosat di Jabotabek serta ditawari Satelindo untuk mebangun menara dalam jumlah lebih banyak yaitu 25 unit.

 

PT. XL Axiata Tbk. kemudian mempercayakan Alita mengerjakan proyek transmisi bersama dengan NEC di luar Jawa. Dalam hal ini Alita bertindak sebagai main kontraktor dan menjadi sistem integrator. Sedangkan perangkatnya disediakan NEC. 

 
Kepercayaan operator Indonesia mulai tumbuh seiring makin banyaknya proyek yang dikerjakan Alita, bahkan hingga saat ini Alita pun masih dipercayakan untuk mengerjakan berbagai proyek telekomunikasi di Indonesia dan Kamboja.

 

“Setelah berdiri kurang lebih 15 tahun, dimana 5 tahun terakhir Alita mulai mengembangkan usahanya, tidak hanya di bidang infrastruktur telekomunikasi saja, tapi sudah meluas ke bidang lainnya seperti IT Solution,” paparnya.

Ia menambahkan jika melihat trend ke depan terjadi perpaduan antara telekomunikasi dan IT sehingga akan lebih dibutuhkan IT Solution kedepannya, seperti konten, aplikasi dan lainnya. Alita Group kini telah sukses berkembang cukup pesat dan telah menjadi Holding Operating Company, juga senantiasa melakukan rencana strategis dan ekspansi bisnis melalui diversivikasi bisnis.

Bukan cuma itu, dimulai dari satu orang karyawan pada awal pendirian
perusahaan, kini Alita dibawah kepemimpinan Ita telah mempekerjakan
kurang lebih 500 orang dengan omset ratusan miliar setiap tahunnya Lini  

 
Alita Group terbagi kedalam anak-anak perusahaannya miliknya, yang terdiri dari bidang infrastruktur telekomunikasi yaitu PT Nasio Karya Pratama, PT Buana Selaras Globalindo dan Alita Cambodia.  Sedangkan di bidang IT Solution yaitu melalui PT. Smart Aplikasi Indonesia dan PT. Nutech Integrasi.

 

Kepiawaian Ita sebagai pengusaha handal tidak sebatas pada dunia usaha telekomunikasi dan IT. Ita juga memiliki bisnis dan ketertarikan mengelola restoran dan butik. 

 
Selain sibuk berbisnis Ita juga mendirikan yayasan Yakin (Yayasan Inkubator Indonesia) yang berpusat di Yogyakarta dimana aksi sosialnya yaitu dengan memberi bantuan modal tanpa bunga para pengusaha krupuk dan pedagang kecil di Yogyakarta.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Komentar