Bisnis online sering dituduh menipu. Pengusaha Akbar Karikatur bercerita perjalanan bisnisnya sampai sekarang. Memang dunia digital memberikan kemudahan total. Tetapi tidak semua orang memiliki kemampuan. Itu adalah kemampuan membedakan dunia nyata dan internet.
Beberapa malah kerepotan mengerjakan bisnis mereka disini. Dunia internet memberikan kemudahan juga kesukaran.
Jadi Pengusaha
Seperti kisah pemilik Akbarkarikatur. Dia mendapatkan banyak komplain tentang pesanan. Banyak mereka komplain bahkan merasa tertipu. Orderan tanpa didukung sumber daya manusia. Padahal Akbar katanya menyanggupi pesanan tetapi sulit dihubungi dan gagal memenuhi pesanan.
Padahal sudah mengirimkan uang pembayaran. Penulis tidak menjudge tetapi menyoroti fenomena. Dalam berbisnis dibutuhkan profesionalisme. Ingat bahwa pembeli adalah raja. Maka sebagai pengusaha layaknya tidak menjanjikan jika tidak sanggup.
Kamampuan membuat karikatur digital Akbar berbuah bisnis. Kisah pria berambut gondrong, bernama Akbar Satriawan, seorang pengusaha muda asal Semarang. Bekal kemampuannya menggambar digital. Akbar lantas iseng buat memasarkan karyanya lewat sosial media.
Salah satu hasil karyanya yang menarik ialah ketika Pilkada Kota Semarang. Akbar menggambar karikatur buat salah satu calon Wali Kota. Setelah gambar selesai, kemudian dapat ia perbanyak diatas kaos.
Nah, lewat ajang inilah, nama Akbar semakin dikenal sebagai pembuat kaos asal Semarang. “Saya mulai serius membisniskan gambar karikatur digital sejak 2011 silam,” jelas Akbar.
Pada awalnya dia mulai membuat blog sendiri. Diunggah kemudian dikomentari orang bahwa hasil karyanya bagus. Berjalan waktu dia mulai mengembangkan konsep kaos printing. Sebelum itu Akbar mendapatkan banyak job membuat gambar buat web Pemprov.
Lambat laun dia juga dikenal sebagai ahli dekor. Salah satunya menjadi pendekor aksesoris gambar untuk Achmad Dhani Masterpiece Karaoke. Kemudian menggambarkan ke kaos buat dipasarkan lewat berbagai event. Melalui bisnis kaos printing usahanya mulai menggurita tidak cuma online.
Tahun 2004 barulah kaos karikatur Akbar dipasarkan. Dengan pengalaman seadanya dia mencari tau, cara bagaimana sih menempelkan gambar ke kaos. Bagaimana dia menjahit, mendesain, dan bagaimana caranya menjual ke orang banyak.
Ia menyasar pasar backpacker awal. Dia menganggap pasar ini masih sepi. Memang kala itu demam traveling semacam ini belum booming. Kaos berkata- kata dan gambar simple diunggah Akbar. Isinya kebanyakan tentang sindiran untuk menikmati hidup dengan traveling.
“Anda kerja, saya libur. Anda libur, saya liburan.”
Kalau Akbar lebih memilih menjadi pelopor. Dia tidak suka mengikuti demam acara televisi. Seperti kaos yang bertuliskan My Trip My Adventure ataupun National Geography. Akbar memilih membuat gambar yang original dengan tulisan nyeleneh khas.
Pria asli Wonosobo, kelahiran 29 April 1990 ini, memang memiliki idealis dalam berkarya. Jiwa kesenian di dirinya lebih kental dibanding sekedar bisnis. Karya gambar Akbar lain seperti menggambar hewan- hewan yang hampir punah seperti gambar badak bercula satu.
Ia mendapatkan inspirasi selama menjadi backpacker. Ya Akbar memang hobi bertraveling jadi pantaslah kalau dia tau betul. Anak ketiga pasangan Supardi dan Yuli memang suka bepergian ke beberapa negara.
Terutama di kawasan Asia Tenggara seperti Bangkok. Dari sanalah ide tentang gambar dan kata muncul. Uniknya, Akbar menjelaskan, untuk memberikan kesan spesial setiap desain diproduksi maksimal 22 kaos jadi benar ekslusip.
Akbar juga mengadakan lomba quotes kata- kata unik. Melalui Instagram berhastag mengajak konsumen ikutan membikin kata- kata unik. Pemenang lomba akan mendapatkan dua kaos gratis. Satu kaos berdesain kata pemenang sendiri, dan satunya lagi bebas memilih.
“Satu dengan desain quote tersebut, satu lagi bebas memilih.”
Alumnus Universitas Dian Nuswantaro (Udinus) tahun 2014 ini, semakin eksis berbisnis lewat perpanduan antara sosial media dan nyata. Belum ada setahun sudah menghasilkan puluhan juta.
Tidak cuma masuk ke pasaran Semarang tetapi juga luar Jawa, mulai Sulawesi, Kalimantan, sampai ke Papua.
Bahkan pernah dia mendapatkan pesanan sampai 150 potong dari Hong Kong. Memanfaatkan internet bagi Akbar adalah memperluas pasaran sekarang. Dia juga rajin bertemu konsumen langsung. Salah satunya yaitu lewat ajang Car Free Day Jalan Pahlawan Semarang.
Harga ditawarkan Akbar juga kompetitif. Yakni Rp.55 ribu untuk kaos lengang pendek dan harga Rp.65 ribu buat lengan panjang. Walau murah tetapi margin untung dihasilkan pria gondrong ini besar. Mungkin ini berkat uniknya karya Akbar.
Dia dibantu empat karyawan mampu mengerjakan 3 lusin per- hari. Baru setahun berbisnis omzet Akbar sudah menyentuh puluhan juta. “Kalau omzet bulanannya sudah cukup buat memenuhi kebutuhan sehari- hari dan uang saki backpackeran,” selorohnya.
“Rencananya, akhir tahun mendatang, mau plesiran ke Turki sekalian bulan madu,” tutupnya. Mungkin ini alasan utama kenapa Akbar menjadi sukar melayani.
Disisi lain dia masih di luar negeri -seperti kasusnya dia katanya sedang di Bangkok tidak ada sinyal- sementara internet tidak pernah tutup.