Bisnis keripik pisang merupakan kesempatan semua orang. Pengusaha wanita Sinta bukanlah orang yang beruntung. Dia satu diantara banyak orang yang kekurangan. Dulu hidup kekurangan, kini Sinta senang, karena bisa menyisihkan apa yang dia punya untuk beramal.
Dulu perempuan 27 tahun ini hidup dari keluarga yang miskin. Selama bertahun- tahun ia membantu memenuhi kebutuhan berkeluarga. Sambil terus bersekolah dan bekerja, ia jungkir balik mengelola kapan mengerjakan PR atau ikut membantu orang tuanya.
Ia termasuk beruntung masuk Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, Sumatra. Sejak SMA kelas dua, Sinta membantu keluarganya bekerja di pabrik keripik pisang, tepat selepas pulang sekolah. Hal ini dijalani selama enam bulan berturut- turut.
Bisnis Keripik
Hasilnya lumayan bisa membantu keluarga tapi yang paling utama itu ilmunya. Ternyata dari sinilah, sebuah bisnis kecil direncanakan untuk menambah uang saku. Tak disangka bisnis ini kemudian menghasilkan jutaan rupiah.
Selama bekerja di pabrik keripik pisang ia juga sibuk mengamati. Dia mulai tau bagaimana memilih pisang berkualitas baik, memotongnya menjadi irisan tipis, menggoreng agar renyah, hingga membuat aneka rasa.
Lalu ia menghitung dalam benak berapa omzet yang kira- kira bisa dicapainya dari usaha seperti ini. Sinta kemudian bertekat membuat usaha keripik sendiri. Modalnya 3 juta rupiah hasil mengumpulkan gajinya selama ini.
Uang tersebut dibelikannya peralatan dapur serta bahan baku pisang. Ternyata membuat keripik sesuai standar kualitas tidak semudah dibayangkannya pertama kali. Ada hitung- hitungannya tersendiri dia menjelaskan. Akan tetapi Sinta terus mencoba hingga standar tersebut terpenuhi.
Dia juga menerapkan standar kualitas yang sama terhadap hasil bumi lainnya. Dengan cerdik dibuatnya produk keripik lain, seperti keripik dari singkong, ubi
jalar, talas dan sukun.
Perjalanannya meraih sukses tak mulus, satu kendalanya adalah pemasaran. Awalnya Sinta tak tahu menahu bagaimana cara memasarkan produknya karena dimana-mana sudah banyak berjualan keripik pisang. Ia juga tak bisa menggaji pegawai untuk membantunya.
Pada akhirnya, pengusaha wanita Sinta cuma mengandalkan bantuan dari saudara, dan dua teman yang memang sudah berpengalaman dalam bisnis kecil- kecilan. Untung dua teman Sinta itu sangatlah baik dan mengerti apa yang dimau Sinta.
Daerah Lampung memang terkenal akan makanan khas pisangnya salah satunya ya…keripik pisang. Awalnya hanya ada rasa gurih asin namun seiring perkembangan, rasa keripik pisang sekarang sudah bervariasi seperti rasa keju coklat.
Kedua teman Sinta juga membantu mengemas dan memasarkan keripik- keripik tersebut ke sekolah-sekolah, toko camilan dan toko cinderamata yang biasa dikunjungi wisatawan. Sinta kemudian memberikan merek Istana Keripik untuk usaha aneka keripiknya.
Sinta menamai usahanya tersebut Istana Keripik, karena memang fokusnya pada olahan satu ini. Untuk menghormati sang ibu, nama itu kemudian menjadi Ibu Merry, tepatnya menjadi Istana Keripik Ibu Merry.
Ceritanya dulu ibunya adalah orang miskin yang selelu mendapatkan cemooh dari masyarakat. Kerena beliau miskin dan tidak berpendidikan jadilah Sinta berusaha keras merubah nasib. Dari usaha kecil- kecil menambah uang saku untuk berkuliah akhirnya menjadi usaha besar seperti sekarang.
Dengan mencantumkan nama ibunya, Sintaingin mengajarkan nasib seseorang bisa berubah jika kita berusaha. Semakin lama Sinta semakin yakin akan arah bisnis dan menyatakan bahwa bisnis adalah pilihan hidupnya.
Ia percaya bahwa bisnis bisa mengangkatnya dari lembah kemiskinan dan bisa membuat keluarganya hidup lebih sejahtera. Ketika kecil, Sinta dan keluarganya sering berpindah-pindah rumah. Hidup dengan menyewa dari satu rumah ke rumah lain.
Sinta sekeluarga tak ada biaya untuk membangun rumah sendiri. Saat itu Sinta berfikir untuk bisa punya rumah sendiri agar tak perlu berpindah lagi dan bisa hidup nyaman. Bukan rumah megah yang diimpikan namun rumah sederhana yang bisa menanampung keluarganya jelas Sinta.
Yang terpenting membuat hidup nyaman, dan tampaknya impiannya kini terwujud sudah. Jiwa bisnis itu sudah ada sejak kecil tinggal dipoles kembali. Sinta adalah sosok yang ulet, karena tak ingin putus sekolah sejak sekolah dasar ia telah berjualan keripik pisang.
Otaknya memang terus berputar agar bisa membantu keluarganya. Di SMP, ia sempat membantu ayahnya bekerja di bengkel besi. Keuletan dan ketangguhannya juga terlihat disaat mengembangkan bisnis keripik pisangnya.
Ia beruntung ketika rumah orang tuanya berada di tempat strategis. Lokasinya peris di pinggir jalan. Rupiah demi rupiah kembali ia kumpulkan. Bukan sebagai modal melainkan keuntungan. Cara agar tetap survive dalam bisnis menurutnya adalah kreatifitas.
Ia mengembangkan hingga 9 rasa varian untuk keripiknya. Sinta juga mempersilahkan pengunjung mencicipi keripiknya sebelum membeli. Pisang yang jadi oleh- oleh khas Lampung memang terkenal adanya.
Dari bisnisnya ini, dalam sehari saja, Santi bisa mengahabiskan 400 sampai 500 sisir pisang untuk bahan baku. Ini untuk memproduksi 200 kg kripik pisang. Mengenai jenisnya, pisang kepok menjadi pilihan karena diangapnya lebih enak dan renyah hasilnya.
Harga keripik pisang yang di tawarkan Santi tidak terlalu mahal, antara Rp15 ribu sampai Rp35 ribu per kantong “Sekarang ini, saya bisa memperoleh laba Rp90 juta setiap bulannya,” ujar Santi, pemilik Istana Keripik Pisang Ibu Merry ketika ditemui inilah.com saat mengikuti festival UKM di Jakarta
Perempuan 30 tahun ini mengaku tidak kerepotan sama sekali soal bahan baku. Buah pisang di daerahnya sangat melimpah ruah. Santi dibantu karyawan yang berjumlah 15 orang. Usaha sejak 2005, toko tersebut berjumlah tiga di Lampung, dan tiga lagi di Jawa, yakni Jakarta, Surabaya dan Solo.
Untuk memperluas pasaran, ia pun rajin mengikuti berbagai pameran di kota besar bahkan luar negeri. Agar tetap digemari Istana Keripik kini menyediakan 10 jenis rasa.