Houtman mungkin bukanlah siapa- siapa tanpa masa lalunya. Dari nol, perjalanan hidupnya diisi dengan kerja keras dan terus belajar. Kisahnya telah menginspirasi banyak orang, termasuk penulis, hingga akhir hayatnya di tahun 2012, namanya akan kita kenang dalam tulisan ini.
Kejamnya Ibu Kota
Hidup seperti itu tak pernah memupuskan asanya untuk mendapatkan hidup layak. Dalam hati terdalam ia masih yakin akan pilihan untuk berhijrah. Suatu hari ketika beristirahat di kolong jembatan, ia melihat banyak mobil mewah berseliweran.
Tekat Houtman telah bulat untuk menjadi kaya. Dia ingin seperti orang- orang yang mengendarai mobil- mobil mewah. Ini membuatnya berfikir keras bagaimana mencapai cita- citanya tersebut. Ia ingin hidup layak dan serba berkecukupan.
Suatu hari, tiga hari setelah mengirim surat lamaran, Houtman akhirnya mendapat panggilan kerja dari sebuah perusahaan terkemuka di dunia, The First National City Bank (Citibank), sebuah bank yang terkenal asal AS.
Sukses dari nol
lain masih menganggapnya office boy; ia menerima itu.
Bicara tentang berbahasa Inggris, dia bisa dibilang cukup untuk seorang
office boy meski hanya bisa menjawab yes atau no, tapi ia tetap ingin
belajar terus.
Sejak hari itu, ia berdiri di luar kelas pelatihan untuk mempelajari segala sesuatu yang diajarkan selama pelatihan. Akhirnya, petugas pelatihan tidak hormat memintanya untuk bergabung pelatihan. Namun, ia tidak diizinkan untuk mengambil bagian dalam ujian seperti peserta lainnya.
Houtman selalu ikut membantu staf lain dalam menyelesaikan pekerjaannya secara sukarela. Ia yakin dari membantu sukarela maka skillnya akan ikut bertambah. Dia jadi mengerti cara kerja dan bagaimana menyelesaikan pekerjaan kantoran.
Dia mulai menghafal istilah- istilah bank yang rumit dari seringnya bertanya. Ia jadi bahan tertawaan karena pertanyaan- pertanyaan itu terkesan “aneh”. Dia tetaplah seorang office boy dihadapan para staf kantor itu.
Seiring waktu ia faham istilah-istilah perbankan seperti kliring, Letter of Credit, Bank Garansi, Transfer, dan lain sebagainya. Ada juga temannya yang sirik sering mengatainya, “ngapain OB aja kok ingin tahu hal-hal seperti itu, jadi OB ya OB sajalah gak perlu aneh- aneh.”
Suatu ketika ada mesin yang bisa memperbanyak dokumen secara cepat, bernama mesin foto copy. Waktu itu mesin foto copy barusan dipasarkan dan harganya masih mahal sehingga sedikit kantor yang memilikinya.
Houtman jadi semakin gencar menawarkan diri untuk pekerjaan- pekerjaan rumit. Di sela- sela pekerjaan sebagai petugas foto copy, ia sibuk membantuk pekerjaan- pekerjaan rumit dan sulit secara sukarela. Tujuan utamanya adalah mendapatkan pengetahuan dari sana.
Dia diberi tugas membubuhkan stempel di kolom- kolom tertentu. Dari sana Houtman ikut membaca tentang dokumen- dokumen penting tentang teknis perbankan. Dia juga menjadi lebih berhati- hati. Tugas untuk membubuhkan stempel butuh kehati- hatian tinggi dan tidak boleh ada kesalahan.
Dari pekerjaan sampingannya tersebut ia jadi cepat menguasai berbagai pekerjaan yang diberikan dan selalu mengerjakan tugasnya dengan baik.Dia juga semakin terkenal di kalangan karyawan Citibank lainnya karena sangat ringan tangan membantu staf lainnya.
Saat memangku jabatan barunya sebagai pegawai bank di Citibank, ia tetap haus akan ilmu pengetahuan. Houtman masih tetap ringan tangan dalam membantu staf lain dengan harapan mendapatkan ilmu dari mereka.
CEO terbaik Indonesia
Hingga saat ini belum ada yang mengalahkan jenjang karir seorang Houtman Zainal Arifin. Dari satu jabatan paling bawah, sebagai pesuruh, naik ke tingkat tertinggi sebagai Vice President. Meski hanya lulusan SMA namun sifatnya yang tak mudah puas membuatnya belajar banyak.
Houtman Zainal Arifin sang inspirator ini dipanggil Sang Khalik pada tanggal 20 Desember 2012 pukul 14.20. Jenazahnya disemayamkan di Jln. H. Buang 33 Ulujami Kebayoran Lama, Jakarta. Selamat jalan Pak Houtman semoga segala budi baikmu selama ini menjadi amal jariyah yang mengiringimu di alam baka. Amien.
Sebelum meninggal ada nasihat yang disampaikan kepada sang sahabat, Indra. Nasihat yang ternyata juga sebuah pesan terkahir untuknya, untuk kita semua. Inilah nasehat beliau yang sangat bermanfaat bagi kita semuanya:
“Indra, tanpa bermaksud sombong, saya pernah berdiri di puncak gedung termewah di dunia. Pernah di elu-elukan atas prestasi saya yang hebat, pernah dihormati karena jabatan saya yang tinggi, juga dipuji karena saya dianggap sebagai teladan kemuliaan. Tapi Indra, bukan itu yang jadi kebanggaan saya. Kalau saya diizinkan untuk membanggakan suatu hal dalam hidup saya, maka kebanggaan terbesar saya adalah keluarga saya. Istri dan anak-anak saya. Melihat istri saya setia dan tegar menemani saya kala suka dan duka, melihat anak-anak saya tumbuh mandiri dan berbakti. Indra, tidak ada pemandangan yang lebih indah dari itu. Tidak ada kebanggaan yang lebih besar dari itu. Maka berjuanglah untuk keluargamu. Bangun istanahmu dengan teladan dan kasih sayang. Kemudian pertahankanlah bagaimanapun caranya. Tidak ada satupun di dunia ini yang lebih penting dan berarti dari keluargamu dan apa yang kamu tinggalkan untuk mereka. Saya sengaja menyampaikan ini di hadapan Nina, istrimu, karena kamu tidak akan pernah sanggup tanpa dukungannya.”
Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.