Sentra Pembuatan Keramik Kewirausahaan Taufiq

Komentar · 12 Tampilan

Kewirausahaan Mochamad Taufiq dikenal pekerja keras. Dia juga dikenal kreatif oleh seluruh warga sentra pembuatan keramik. Usahawan asal Plered, Purwakerta, dikenal memiliki keindahan dalam seni lukis. Tepatnya dia melukis di atas keramik untuk dijual ke masyarakat luas.

Kewirausahaan Mochamad Taufiq dikenal pekerja keras. Dia juga dikenal kreatif oleh seluruh warga sentra pembuatan keramik. Usahawan asal Plered, Purwakerta, dikenal memiliki keindahan dalam seni lukis. Tepatnya dia melukis di atas keramik untuk dijual ke masyarakat luas.

 
Hampir semua produk karya Taufiq memiliki ciri khas. Ada gambar bunga khas menjadi corak atau ukiran di atas keramik. Ia memiliki warna beragam dari hijau, coklat, dan putih. Ciri khas inilah yang diminati pembeli buat membangun rumah.
 
Di sentra pembuatan keramik Plered, namanya dikenal menjadi inovator teknik keramik, dan selalu hasilkan produk menonjol dibanding pengrajin lain. Inovasinya termasuk penggunaan cat kendaraan pengganti cat tembok.
 
Sentuhan cat kendaraan hasilkan corakan berbeda sekali. Menjadi lebih menterang dibanding produk keramik buatan perajin lain. Sekilas, tampak lebih mengkilap dibandingkan keramik biasa.

 

Inovator Usaha

“Saya memang ingin merubah citra keramik Plered yang nyaris tanpa inovasi setelah puluhan tahun,” ucapnya.

Inovasi didapat berkat keniatan Taufiq hijrah ke Bandung. Dia belajar mengamati produksi keramik asal sana. Tiga bulan dia belajar membuat keramik seperti mereka. Hasilnya dia menguasai teknik keramik berbeda dibanding dulu.

Pada 1990, dia memberanikan diri merintis usaha keramik sendiri. Dulu Taufiq sempat bekerja buat pengrajin keramik Plered. Membuka usaha tentu membutuhkan modal uang. Taufiq bercerita hanya mengeluarkan uang Rp.200.000.

Dia hampir tidak mengeluarkan modal sepeserpun. Apa rahasia Taufiq membangun usaha bermodal ratusan ribu. Taufiq memakai uang tersebut buat membeli keramik milik perajin lain. Target Taufiq ialah keramik- keramik pengrajin yang belum selesai.

Dibantu istrinya, mereka mengecat sendiri keramik setengah jadi tersebut. Dia tidak langsung buat keramik sendiri. Awal- awal usahanya penuh perjuangan karena bekerja 24 jam. Dia sampai pagi harus memenuhi pesanan pasar.

“Saat itu persaingan usaha belum seketat sekarang,” ujarnya. Memakai cat kendaraan ternyata bisa hasilkan sesuatu. Lebih menarik diminati masyarakat karena bercorak unik. Usaha berkembang berkat mampu membentot perhatian konsumen.

Bertahap modal usahanya lebih kuat dibanding dulu. Alhasil Taufiq bisa memproduksi lebih banyak. Maka dia memproduksi keramik berdesain sendiri. Awalan dia merekrut tiga orang karyawan buat membantu. Bahan baku tanah liat dibelinya dari daerah Desa Citeko, Purwarkarta.

Mereka mengerjakan pembuatan keramik dari proses percetakan, pembakaran, sampai finishing. Ia dibantu karyawan hampir tidak tidur. Pesanan membludak menghasilkan omzet Rp.200- 300 ribu. Ini berkat persaingan belum seketat sekarang.

Dalam pemasaran, ia sempat mengirim sampai ke Kalimantan dan Palembang. Semenjak dia bekerja sama dengan lima toko keramik di Plered. Dia memutuskan menghentikan pengiriman. Maka tinggal dijual ke mereka toko toko tersebut saja.

Dia tidak mau memakasakan. Toh Taufiq mampu hasilkan omzet Rp.150 juta perbulan, dengan laba bersih 25- 30%. Karyawan bertambah sampai 21 orang hasilkan 1- 2 ton tanah liat. Proses pembuatan dilakukan di rumah.

Dulu dia sempat membuka empat pabrik pembuatan keramik. Namun tidak terurus lantaran dia gagal fokus. Dia pun butuh biaya menyekolahkan anak. Maka Taufiq menjual pabrik tersebut dibanding memaksakan diri. Taufiq memilih fokus mengerjakan satu industri dibanding banyak- banyak.

Tantangan Bisnis

Menjadi pengusaha tidak cukup memiliki jiwa kewirausahaan. Dibutuhkan penyelesaian masalah- masalah tiba. Walau Taufiq sukses namun pernah mengalami beberapa masalah. Tantangan bisnis pertama datang ketika butuh uang.

Kebutuhan pribadi memaksa Taufiq menjual aset demi anak. Masalah kemudian mengenai limbah dihasilkan. Ternyata dia pernah dituduh mencemari lingkungan. Bahkan sampai datang orang yang mengaku- ngakut dari pemerintahan.

Setelah mereka berdiskusi ujunya ketemu tetapi tidak disangka. Taufiq dimintai uang dalam jumlah besar. “Ya, spontan tidak saya kasih,” ujarnya, dalam sebuah wawancara bersama Kontan.co.id.

Taufiq tidak mau sukses sendirian. Lebih dari 20 tahun merintis usaha keramik, Taufiq membantu sesama pengrajin dengan menampung produk mereka. Pengusaha 58 tahun ini sudah tidak berpikir keuntungan terus. Dia ingin bisnis dikelolanya memberikan dampak sosial ke masyarakat.

Tidak semua pengrajin keramik seberuntung Taufiq. Ada total 200.000 pengrajin keramik Plered, dimana sebagian besar bangrkut menutup usaha. Mereka terkendala modal usaha. Kondisi inilah yang mendorong Taufiq bergerak.

Ia membantu mereka pengrajin kecil. Biasanya mereka memproduksi 10- 20 buah keramik perhari, dimana tidak habis dibeli. Padahal mereka membutuhkan uang balik modal melanjutkan usaha. Maka Taufiq berinisitaif menampung produksi mereka.

Saban hari, Taufiq menerima produk mereka bahkan dibayar dimuka. Para pengrajin memintanya membayar ketika barang dikasih. Dia setuju memberi uang pribadi langsung. Ada  53 pengrajin telah bergabung ke Taufiq menyalurkan produknya.

Produk keramik Taufiq beraneka ukuran dan harga. Mulai dari harga Rp.5000 -an sampai ratusan ribu rupiah. Harga tergantung bahan keramik. Dia menjelaskan khusus keramik belum finishing, yang perlu dicat, dijual lebih murah antara Rp.1000 perbiji.

Taufiq kemudian memiliki toko buat menyalurkan barang di 2007. Namun seperti dijelaskan di atas, maka semua dijual guna memenuhi kebutuhan. Itu karena membutuhkan biaya perawatan. Khususnya dia membutuhkan uang buat biaya sekolah dan naik haji.

Keramik dijual lebih murah dibanding toko keramik umum. Ini menjadi permasalah tersendiri dimana dia lebih memilih hindari. Mungkin karena dia memiliki pusat produksi jadi lebih murah. Usaha yang bernama Nur Keramik ini, mampui mendulang omzet sampai Rp.150 juta.

Laba bersih antara 20% sampai 30% dari omzet bersih. Taufiq dibantu 21 karyawan memproduksi sampai 1.800 keramik sebulan. Harga keramik paling mahal satu set keramik berbentuk mejar, berisi satu meja dan dua empat buah kursi.

Produknya dijual di toko sepanjang Jalan Raya Anjud, Plered. Ia menganjurkan kalau mau beli bisa langsung ke sana. Dia biasanya menjual keramik borongan sampai ke Jakarta. Hanya kebanyakan mereka mendikte bentuk keramik pesanan; Taufiq menolak didikte pemborong.

Ia merasa kalau memenuhi keinginan mereka. Ke depan, bisa- bisa dia dan pengrajin lain akan minim desain dan bentuk inovatif. Mereka tidak bebas berkreasi corak. Menjadi pengrajin harus konsisten berkarya. Taufiq mengatakan bahwa kewirausahaan butuh kesabaran.

Terutama kamu yang mau mencoba membuat keramik. Butuh kesabaran dan keuletan sampai bisa memproduksi. Dalam 22 tahun, dia tidak pernah menurunkan kualitas agar harga murah, alhasil dia selalu menjadi pilihan utama ketika membeli keramik hias.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Komentar