Alim Satria Pengusaha Tidak Mencolok Maspion

Комментарии · 68 Просмотры

Alim Satria sosok pengusaha tidak mencolok dibanding kakaknya. Adik dari Alim Markus, yang dulu pernah dulu menjabat CEO Maspion warisan ayah mereka. Kini, Satria telah melapaskan dirinya dari perusahaan tersebut, bekerja lebih keras demi membasarkan nama Satoria Group.

Alim Satria sosok pengusaha tidak mencolok dibanding kakaknya. Adik dari Alim Markus, yang dulu pernah dulu menjabat CEO Maspion warisan ayah mereka. Kini, Satria telah melapaskan dirinya dari perusahaan tersebut, bekerja lebih keras demi membasarkan nama Satoria Group.

 
Maspion Group dengan segala lini bisnisnya telah ternama. Satri tumbuh menjadi sosok kuat dengan kegemaran aneka bela diri, mulai dari silat, kungfu, dan tekwondo. Sang ayah, Alim Husin memberi contoh sifat tidak pernah menyerah. Pekerja keras yang selalu percaya bahwa semua masalah terdapat solusi.
 
Tuhan akan memberikan jalan keluar dengan berikhtiar. Entah Tuhan akan memberikan jawaban sehari itu, esoknya, atau lusa. Anak ketika dari lima bersaudara yang memilih jalan berbeda. Dalam 37 tahun dirinya ikut membangun Maspion, sekarang merintis usaha sendiri.

 

Bisnis Mandiri

 
Dia mengajak istrinya dan ke empat anaknya bersama. Ibunya, Angkasa Rachmawati memberi pesan menjaga kepercayaan. Pengusaha kelahiran Surabaya, 24 Juni 1954, dalam lima tahun menaikan peringkat perusahaanya sampai multi- nasional.
 
“Setiap bisnis menawarkan tantangan baru,” ia lanjutkan.
 
Berkat kerja keras Satoria Group meliputi bisnis properti, manfukatur, perhotelan, jasa keuangan, dan usaha jasa perdagangan. “Kami setiap hari harus bekerja keras. Setiap hari adalah hari ini, bukan esok atau nantim” tuturnya.

 

Usianya 22 tahun ketika ditarik masuk ke Maspion Group. Masih mahasiswa Ngee Ann Polythecnic Singapore, begitu lulus dijadikan General Manager PT. Indal Alumunium Industry pada 1976. Satria ingat betul usaha Indal masih join venture dengan investor Hong Kong.

Posisi usaha mengalami kerugian karena beberapa faktor. Ia paling menyoroti masalah karyawan dan proses produksi. Ia menjaskan Indal punya jalur produksi tunggal. Bila terdapat masalah dalam satu bagian makan total proses produksi berhenti.

Kemudian karyawan juga membutuhkan dorongan agar menyatu. Ada bonus system dia kembangkan agar karyawan bersemangat produksi. Mereka diberi target produksi tercepai dengan sistem bonus pemersatu. Dia pun memberikan ruang rasa memiliki kapada karyawan- karyawannya.

Tahun 1979, Satria mulai membangun pabrik buat PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk, yang mesin- mesinnya didatangkan dari pabrik yang bangkrut asal Jerman. Mesin tersebut mampu menjadi peluang bagi perusahaan membesar.

Alumindo menghasilkan alumunium terbesar se- Asia Tenggara. Bayangkan mereka mampu hasilkan omzet Rp.3,6 triliun per- tahun. Produk mereka berupa alumunium tipe AA 5052, 3003, dan juga alumunium foil. Perusahaan Alumindo memproduksi 70% pasarannya ekspor ke luar negeri.

Gonjang- ganjing krisis moneter 1998 melanda Indonesia. Alumindo bertahan karena bahan baku dari impor selaras penjualan ekspor. Kebutuhan rupiah didukung penjualan dalam negeri melalui aneka penjualan. Ini menjadi bagian unik dan termasuk unik lainnya di dalam Maspion Group.

Satria memprakasai aneka unit usaha pendukung Maspion. Kesejahteraan menjadi kunci kesuksesan perusahaan tersebut. Satria ikut menginisiasi intensif dan premi pegawai. Ambilah contoh karyawan di bagian pengecoran logam bersuhu panas, diberikan susu agar tetap sehat.

Satria berpendapat bahwa bila karyawan sakit akan berdampak. Ia menghargai betul jasa karyawan. Melalui sistem entrepreneurship bukan kapitalis membuka peluang. Pemilik usaha lebih senang bila karyawan sejahtera, bisa mensekolahkan anak- anak, dan menghidupi keluarga.

Baginya sang ayah telah memberikan pengalaman nyata. Anak- anaknya melihat betul ayahnya hidup bekerja keras. Papanya yang pernah mengalami hidup susah, selalu mengajarkan dan menekankan itu kapada anak- anak termasuk Satria.

Pengusaha harus tegas tetapi memiliki rasa empati terhadap karyawan. Jangan membiarkan bersantai- santai tetapi bukan pula menakut- nakuti. Ketegasan ini menjadi pengingat bahwa perusahaan harus berjalan. Team work tidak berjalan bila tidak ada ketegasan mencapai tujuan.

Menurut press realese dikatakan dia punya “masalah” di Maspion. Entah masalahnya apa, tetapi dia menjual semua sahamnya, dan berdikusi dengan keluarga. Mereka sepakat mendirikan perusahaan sendiri bernama Satoria Group, meliputi farmasi, agro, dan properti.

Pengusaha dari Nol

“Saya selalu terobsesi ingin seperti mendiang Papa yang merintis usaha mulai dari nol,” ucapnya.

Terngiang betul kisah papanya bermula kuli bangunan asal Pasuruan. Dia pindah ke Surabaya buat berjualan cakwe dan es lilin. Ia kemudian mengais pompa air bekas buat diperbaiki. Begitu sudah benar dia akan jual demi mendapatkan uang.

Usaha inilah kemudian berkembang menjadi Maspion Group. Dua tahun semenjak keluar Maspion, ia memutuskan kuliah kembali ke Beijing University. Kuliah sembari menyiapkan semua lini bisnis Satria Group. Dia bergumul dengan banyak pengusaha aneka bidang di sana.

Penjajakan dan penelitian diputuskan berbisnis farmasi. Kemudian Satoria melanjut bisnis food and beverage. Alim Satria juga berbisnis agro melalui glukosa dan kreamer. Arah usahanya lebih ke arah sweetener untuk bahan baku makanan dan minuman.

Bisnisnya nanti akan didirikan di lahan seluas 10 hektar di Desa Sambisirih, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan. Dia telah mempersiapkan semua mulai dari farmasi dan agro. Melalui Satario Agro, termasuk aneka food and beverage, dan Satario Pharma, berbisnis farmasi.

Ia kembali mengamati kondisi pasar Indonesia. Dari barang masuk Tiongkok, ia akan langsung fokus mengerjakan business to business, terutama healthy food and beverage ingredients. Kalau kamu mau sukses maka jangan maju- mundur membangun bisnis.

Kunci sukses Satria berupa 4 M, yaitu money, market, manpower dan management. Dia mengatakan bahwa market menjadi terpenting. Pabrik baru pasti memiliki banyak kendala. Genap setahun jalan perusahaan baik dan tidak bermasalah. Dia optimis buat mengembangkan bisnis tersebut ke depan.

Satoria Pharma menghasilkan produksi 50 juta cairan infus pertahun. Kemudian dia menambahkan 60 juta ke depan. Total kapasitas mencapai 110 botol infus pertahun. “Kita menjadi produser cairan infus terbesar di Indonesia,” ujarnya bangga.

Satoria Group Agro memproduksi sweetener 50 ribu ton per- tahun, creamer dan foamer 15 ribu ton pertahun. Satario fokus memberikan nilai tambah hingga spesialisasi. Mulai dari varian pemanis buatan maupun alami dijual ekspor dan dalam negeri. Pabriknya mengantongi ISO 22000, sertifikat halal, Codex HCCP, dan GMP.

Satoria Group memiliki jaringan distribusi farmasi dan alkes dibawah PT. Satoria Distribusi Lestari. Bisnis lain meliputi gedung perkantoran dan hotel bintang 4, Satoria Prima Persada, Surabaya. Ada pula gedung perkantoran Satoria Tower 36 lantai di Surabaya Barat.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Комментарии