Mantan Aktivis Kampus Menjadi Pengusaha Muda

Komentar · 38 Tampilan

Alkisah Rony Suhartono yang menginspirasi anak muda Indonesia. Seorang mantan aktivis kampus yang menjadi pengusaha muda. Dia sukses berbisnis kaos distro bernama Radja Kaos. Dalam sebulan Rony menghasilkan 1 miliar rupiah, dengan bermodal kondisi yang pernah dialaminya di kampus.

Alkisah Rony Suhartono yang menginspirasi anak muda Indonesia. Seorang mantan aktivis kampus yang menjadi pengusaha muda. Dia sukses berbisnis kaos distro bernama Radja Kaos. Dalam sebulan Rony menghasilkan 1 miliar rupiah, dengan bermodal kondisi yang pernah dialaminya di kampus.

 
Suasana politik yang musiman terkadang memanas ketika Pilkada. Rony memang tak bisa lepas dari politik Indonesia, tetapi kali ini dengan meraup untung. Fakta Pilkada menghabiskan banyak budget bagi para calon. Nah, inilah gilirannya meraup untung, Radja Kaos menawarkan kaos politik calon.
 
Para politisi akan memesan kebutuhan kampanye ke Radja Kaos. Pilkada yang digelar menghasilkan pesanan sampai 200.000 potong untuknya. Radja Kaos bahkan mampu mendapatkan 500.000 potong kaos. Pengusaha muda ini kala itu mampu menghasilkan omzet sampai Rp.2 miliar rupiah.
 
Pencapaian bisnis sudah dirasakan ketika usia masih 25 tahun. Bisnis Rony bukanlah tanpa berjuang, dirinya hanyalah anak muda yang biasa saja. Anak ingusan asal Tuban, Jawa Timur, yang sedari kecil terbiasa hidup pas- pasan. Kedua orang tuanya hanyalah guru yang dibayar ala kadarnya setiap bulan.
 

Aktivis Kampus Jadi Pengusaha

 
Dia hanyalah anak seorang guru honorer yang hidup pas- pasan. Putra sulung dari tiga saudara yang tergolong pintar. Ia selalu rangking satu hingga menjadi siswa teladan. Rony berhasil masuk ke SMP dan SMA terbaik Tuban. Selain jadi ketua OSIS, Rony juga menjabat aktivis keagamaan di sekolah.
 
Lulus SMA dirinya sadar bahwa sulit buat melanjutkan kuliah. Dia tak bermimpi melanjutkan untuk berkuliah. Suatu hari teman Rony menantang dirinya untuk berkuliah; dia menerima. Rony kemudian memilih Jurusan Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, dan akhirnya diterima masuk.

 

Tetapi bukannya senang malah membuat ayah Rony pusing tujuh keliling. “Kami tidak punya uang untuk daftar ulang,” ia mengenang. Alhasil ayahnya menjual dua kambing peliharaan untuk biaya ke Jakarta. Ayah Rony menjual Rp.600.000 dimana menjadi modal untuknya hidup di Jakarta.

Tahun 1994, Rony hidup sendiri di Ibu Kota, bermodal uang seadanya berjalan keliling kebingungan. Dia butuh tiga hari untuk menemukan kampus Universitas Indonesia. Rony bahkan berjalan kaki dari Salemba ke Depok. Belum hilang lelah, Rony kaget karena biaya pendaftaran mencapai Rp.800 ribu.

Uang bekalnya yang cuma Rp.600 ribu sudah dipakai sebagian. Mau kembali ke Tuban, Jawa Timur, dia butuh waktu tiga hari dan butuh biaya. Alhasil Rony terancam tak bisa masuk ke UI karena gagal daftar ulang. Pengusaha sukses ini nekat menemui Rektor UI untuk penangguhan pembayaran.

Beruntung dia berhasil tetapi masalah kembali datang. Rony tidak bisa membayar uang sewa pondok, dan dia harus tinggal di masjid UI. “Saya biasa tidak pegang uang berbulan- bulan,” ia melanjutkan. Dia juga tak bisa bergantung dengan kiriman orang tua, dan terpaksa mencari cara agar bisa makan.

Ia tak ragu untuk membantu pedagang pecel lele. Upahnya cukup diberikan satu porsi untuk makan malam. Kalau pedagang pecel sepi, dia tak enggan mencabut singkong liar di kawasan Universitas untuk dimakan. Biaya kuliah lain lagi, dia harus memutar otak lebih keras dibanding untuk makan saja.

Sambil berkuliah, dia berjualan teh botol keliling kampus tanpa malu- malu. Bisnis lain yaitu dia memberi jasa menulis catatan kampus. Ketika malam tiba, Rony terkadang berjualan buah di Pasar Minggu, dan uangnya dikumpulkan sedikit- demi sedikit untuk membiaya kuliah.

“Lumaya bisa buat bayar SPP,” kenangnya.

Tahun 1997 genderang reformasi bergema diantara mahasiswa kampus. Ia sebagai mahasiswa, ikut menyalakan semangat reformasi, dan berhasil menggulingkan rezim Orba. Jangan salah, Rony ini bukan orang sembarangan, dirinya sangat bersemangat hingga diangkat menjadi ketua BPM UI.

Dia sangat lama berkuliah karena jadi aktivis. Saking lamanya rektor sampai menanyakan hidupnya, dan menawarkan bisnis. Dia ditawari untuk membuka usaha konveksi untuk perlengkapan mahasiswa baru. Bertahap Rony belajar menjadi pengusaha muda, hingga nama Radja Kaos bisa dibangun nanti.

Rony mengehubungi pedagang penyedia kaos di Jembatan Lima, Jakarta Barat. Ia mulai mengerjakan bisnis konvekis hingga berkembang. Berkat kerja kerasnya banyak perusahaan menitipkan jasa untuk konveksi. Pengusaha muda ini kemudian berkembang sampai mampu melayani kaos partai.

Dia mampu melayani pesanan untuk Pilgub maupun Pilkwalkot. Rony juga melayani pesanan kaos untuk partai politik. Alhasil bisnisnya semakin berkembang higga tak terbendung. CV. Radja Kaos sekarang juga menyiapkan jasa sepanduk dan poster. Semoga bisa menjadi inspirasi buat wirausaha muda.

 

Terimakasih telah membaca di Aopok.com semoga bermanfaat, mulai lah buat iklan gratis di Iklans.com dan lihat juga di situs berkualitas dan paling populer Piool.com, peluang bisnis online Topbisnisonline.com dan join di komunitas Topoin.com.

Komentar